Sambut Akhir Pekan, Rupiah Kembali Merosot terhadap Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah menyambut akhir pekan.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Mei 2019, 13:22 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2019, 13:22 WIB
Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller tengah menghitung mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah menyambut akhir pekan.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Jumat (3/5/2019), rupiah melemah 37 poin atau 0,25 persen ke posisi 14.282 per dolar AS dari periode 2 Mei 2019 di kisaran 14.245 per dolar AS.

Demikian juga berdasarkan data Bloomberg. Rupiah melemah 0,20 persen ke posisi 14.280 per dolar AS pada Jumat siang ini. Pada awal pembukaan, rupiah melemah 14 poin ke posisi 14.265 per dolar AS dari penutupan perdagangan Kamis kemarin 14.251 per dolar AS. Rupiah bergerak di kisaran 14.265-14.286 per dolar AS.

"Pagi ini mata uang kuat Asia utama, yen dan dolar Hong Kong dibuka melemah terhadap dolar AS yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah," ujar Ekonom PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih, seperti dikutip dari laman Antara, Jumat pekan ini.

Dari eksternal, bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve masih pertahankan suku bunga pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) 30 April-1 Mei 2019 lalu pada level 2,25 persen-2,5 persen di tengah data ekonomi AS yang kembali solid.

Angka pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 tercatat 3,2 persen (tahun ke tahun) dengan angka ketenagakerjaan yang masih menguat.

Sentimen konsumen AS pada April direvisi lebih tinggi, mengkonfirmasi pengeluaran konsumen AS yang mencatatkan angka tertingginya selama 9,5 tahun terakhir. Indeks manufaktur dari the Markit juga naik, walaupun survei ISM mencatat aktivitas pabrik tumbuh terendah dalam 2,5 tahun terakhir.

"The Fed memberikan sinyal bersabar untuk kebijakan selanjutnya, menunggu perkembangan data-data. Sebelumnya The Fed dalam notulensi untuk FOMC Maret menyebutkan, tahun ini the Fed tidak menaikkan suku bunganya," kata dia.

Ia prediksi, nilai tukar rupiah akan bergerak melemah menuju kisaran Rp 14.260 per dolar AS-Rp 14.280 per dolar AS.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Nilai Tukar Rupiah Menguat Tipis pada Perdagangan Kemarin

Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis di perdagangan hari ini, Kamis 2 Mei 2019. Pagi ini, Rupiah dibuka di level 14.206 per dolar AS atau menguat dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di 14.256 per dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, Rupiah bergerak melemah usai pembukaan. Tercatat, saat ini nilai tukar berada di level 14.247 per dolar AS.

Bank Indonesia (BI) mencatat pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap USD mengalami penguatan secara point to point 1,17 persen hingga 23 April 2019. Bila dibandingkan dengan level 2018, nilai tukar Rupiah juga menguat 2,17 persen secara point to point dan 0,80 persen secara rerata.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, perkembangan ini tidak terlepas dari perkembangan aliran masuk modal asing yang besar ke pasar keuangan domestik, termasuk aliran masuk ke pasar saham yang berlanjut pada April 2019.

"Nilai tukar Rupiah pada 23 April 2019 tercatat menguat 1,17 persen secara point to point dibandingkan dengan akhir Maret 2019 dan 0,58 persen secara rerata dibandingkan dengan rerata Maret 2019," kata Perry kemarin.

Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah akan stabil dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga baik. Hal ini sejalan prospek sektor eksternal yang membaik didorong prospek perekonomian domestik yang tetap positif dan ketidakpastian pasar keuangan yang berkurang.

"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, khususnya di pasar uang dan valas," tandas dia.

 

Pelemahan Rupiah Akibat Meningkatnya Kebutuhan Dolar AS

Rupiah Tembus 14.600 per Dolar AS
Petugas melayani nasabah di gerai penukaran mata uang di Ayu Masagung, Jakarta, Senin (13/8). Pada perdagangan jadwal pekan, senin (13/08). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh posisi tertingginya Rp 14.600. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa hari lebih disebabkan oleh faktor internal. Salah satunya yaitu meningkatnya kebutuhan dolar Amerika Serikat (AS) di dalam negeri.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, pada kuartal II kebutuhan akan dolar memang cenderung mengalami peningkatan.

Hal tersebut karena pada kuartal ini perusahaan melakukan pembagian deviden serta membayar utang luar negeri yang membutuhkan dolar dalam jumlah besar.

"April, Mei, Juni ini memang memasuki pembagian dividen multinasional company, pembayaran bunga dan sebagainya," ujar dia di Kantor BI, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2019.

Namun, lanjut dia, faktor eksternal juga turut mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yaitu adanya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global. ‎"Sentimen risk off memicu pelemahan indeks saham global diikuti penguatan tajam nilai tukar USD (DXY) naik ke level tertinggi sejak Mei 2017,” ungkap dia.

Meski demikian, Onny memastikan BI tetap akan memantau pergerakan nilai tukar ini. Bank sentral juga tetap berada di pasar untuk menjaga rupiah tetap stabil.

"Tapi iya kami tetap berada di pasar," tandas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya