Indonesia Soroti Hal Ini pada Pertemuan Tingkat Menteri G20

Indonesia salah satunya menyoroti peran WTO sebagai lembaga perdagangan dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jun 2019, 14:34 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2019, 14:34 WIB
(Foto: Dok Bank Indonesia)
Pertemuan G20 di Fukuoka, Jepang (Foto: Dok Bank Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengungkapkan terdapat sejumlah hal yang disampaikan Indonesia dalam pertemuan Tingkat Menteri G20 di Jepang pada beberapa waktu lalu. Salah satunya defisit kepercayaan dalam sistem perdagangan multilateral.

"Kami sampaikan sebagai sikap Indonesia yang pertama kita menyoroti mengenai ada yang kalimat agak keras, deficit of trust dari multilateral trading sistem," ujar dia, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (12/6/2019).

Poin penting yang mau dikritisi Indonesia adalah kecenderungan proteksionisme yang menguat. Kecenderungan itu tampak dalam menguatnya tensi perdagangan.

"Sebenarnya pesan yang mau kita sampaikan mengenai kecenderungan proteksionisme, kecenderungan tensi dari hubungan perdagangan antar beberapa negara yang semakin meningkat kita menyampaikan untuk tidak atau di eskalasi," urai Enggar.

"Jadi agak diturunkan, seharusnya turunkan tensi itu karena pada dasarnya kalau itu terus berjalan maka tidak ada satu pun negara yang diuntungkan," imbuhnya.

Indonesia juga menyoroti peran WTO sebagai lembaga perdagangan dunia. Indonesia mendorong adanya reformasi dalam tubuh WTO, terutama penguatan peran WTO dalam penyelesaian sengketa.

Peran tersebut terancam tidak berfungsi karena kosongnya anggota appellate body di WTO yang bertugas mengatasi sengketa.

"Kita secara khusus sampaikan mengenai appellate body. Kalau tidak diisi bulan Desember ini, maka WTO akan kehilangan fungsinya untuk dispute settlement ini," tegas dia.

"Tapi nampaknya tidak mudah sepertinya ada beberapa hal yang ada negara Amerika terus terang minta tidak dimasukan mengenai appellate body, mengenai atensi yang meningkat dari perang dagang dan sebagainya. Juga terorisme mengenai proteksionisme. Di sisi lain China minta untuk tidak disampaikan mengenai ada tahun ini sudah habis berlaku pembatasan baja," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

Ada Perang Dagang, Strategi Indonesia Jaga Pasar Ekspor

Capaian Ekspor - Impor 2018 Masih Tergolong Sehat
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Kenaikan impor dari 14,46 miliar dolar AS pada Maret 2018 menjadi 16,09 miliar dolar AS (month-to-month). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China kian memanas. Hal ini mendorong negara-negara di dunia mencari cara agar ekonomi negara terkena dampak minimal dari perang dagang. Selain itu, tentu mencari serta memanfaatkan peluang dari pelanggan tersebut.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan Indonesia memiliki sejumlah upaya. Dua diantaranya berusaha menjaga pasar yang sudah ada, serentak mencari pasar-pasar baru.

"Dengan ketidakpastian seperti ini tentu tidak mudah, maka kita jaga langganan kita, jaga market yang ada dan kita percepat seluruh perjanjian kalau tidak di tahun depan kita akan sangat tertinggal," kata dia, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (12/6/2019).

"Kita saksikan negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, sangat agresif, dan kita harus ikuti itu," lanjut Enggar.

Perdagangan dunia, dikatakan tengah mengalami penurunan kinerja. Hal tersebut tampak dari pemangkasan proyeksi pertumbuhan perdagangan dunia tahun 2019 oleh WTO.

"Tidak ada satupun negara yang bisa katakan (perdagangan) saya meningkat. WTO sendiri proyeksi pertumbuhanya 2017, 4 persen kemudian 2018, 3,6 persen tahun ini 2,6 persen," urai dia.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

 

Penurunan proyeksi pertumbuhan perdagangan dunia, memberi sinyal adanya penurunan daya beli negara-negara.

"Satu sama lain akan saling kena, contoh yang baru terjadi Huawei terkena dia, tapi industri komponen yang ada chips-nya yang diproduksi di AS dan Eropa itu tutup," jelas dia.

"Huawei juga turun, di sini juga turun, dan semua akan menurun dikenakan tarif tambahan meningkat harganya. Kalau harga naik memicu inflasi, dan kalau kita mau belanja dengan harga naik daya beli masyarakat akan terganggu dan pasti ekspor juga akan terganggu," imbuhnya.

Atas dasar itu, Enggar menegaskan pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan akan terus berupaya menjalankan tugas, baik dalam menjaga pasar yang sudah ada serta membuka pasar baru.

"Maka akhir-akhir ini kita terus memberikan prioritas dalam tugas kita dalam membuka pasar baru dan mempercepat seuruh perjanjiam ke Amerika Latin, yang selama ini belum tersentuh," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya