Jokowi Minta Pengusaha Ambil Kesempatan Perang Dagang

Presiden Jokowi menuturkan, ada sejumlah produk yang dapat ditingkatkan kapasitas ekspor ke AS dalam rangka ambil momen perang dagang.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 12 Jun 2019, 17:28 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2019, 17:28 WIB
20160721- Presiden Jokowi Jelaskan Manfaat Tax Amnesty di Istana- Faizal Fanani
Presiden Joko Widodo saat wawancara khusus dengan SCTV di Long Room Istana, Jakarta, Rabu (20/7). Presiden menjelaskan berbagai macam keuntungan dari Tax Amnesty. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) memanfaatkan momentum perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. 

Permintaan itu disampaikan Jokowi ketika menerima para pengurus Kadin dan Hipmi di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (12/6/2019). 

"Jangan kita memandang itu sebagai sebuah masalah besar tetapi menurut saya ada sebuah peluang, ada sebuah opportunity yang bisa kita ambil dari ramainya perang dagang ini," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta. 

Jokowi mengatakan, pengusaha kini harus mulai membenahi urusan-urusan ekonomi, pasca Pemilu 2019. Kendati saat ini hasil Pemilu disengketakan Mahkamah Konstitusi (MK), Jokowi menyebut perang dagang merupakan peluang peningkatan ekonomi bagi Indonesia. 

"Pasar Amerika yang sebelumnya dimasuki produk-produk daria China bisa jadi peluang untuk juga memperbesar kapasitas, sehingga produk kita (Indonesia) bisa masuk ke sana," kata dia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lalu mengingatkan agar para pengusaha mulai meningkatkan kapasitas produksi. Jokowi lalu mencontohkan produk yang cocok untuk ditingkatkan produksi dan kapasitas ekspornya ke AS yaitu, tekstil, garmen, elektronik, dan furniture. 

"Produk furniture yang saya tahu, lebih dari 50 persen datang dari China, ini kenapa tidak diisi dari kita (Indonesia)? Saya kira peluang-peluang seperti ini yang secara detil harus dilihat dan manfaatkan," ujar dia. 

Dalam pertemuan ini, Jokowi ditemani Koordinator Staf Khusus Kepresidenan Teten Masduki dan Staf Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika.

Selain itu, turut hadir pengusaha Erick Thohir.  Sementara itu, dari kalangan pengusaha hadir Ketua KADIN Rosan Perkasa Roeslani dan beberapa pengusaha Raden Pardede, dan Anindya Bakrie. Sedangkan dari Hipmi, hadir Ketua Hipmi Bahlil Lahadalia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Hadapi Perang Dagang, Jokowi Minta Masukan Pengusaha

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima kunjungan pengurus Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (12/5/2019).
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima kunjungan pengurus Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (12/5/2019).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (12/5/2019). Kepada para pengusaha tersebut, Jokowi meminta masukan konkret terkait apa yang harus dikerjakan pemerintah di sektor perdagangan.

"Pada siang hari ini, saya minta masukan tapi enggak usah banyak-banyak, kira-kira yang konkret, itu apa sih yang harus kita kerjakan setelah nanti MK (sengketa Pilpres) rampung biar saya bisa kerja," kata Jokowi.

"Apa yang diinginkan pengusaha? Jangan banyak-banyak, 3 aja apa? Bapak kerjain ini pak. Enggak usah banyak-banyak nanti malah kebanyakan," sambung Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga meminta masukan kebijakan dari para pelaku bisnis. Sebab, Jokowi melihat bahwa perang dagang antara AS-China sejatinya dapat menjadi peluang peningkatan ekonomi bagi Indonesia.

"Pasar Amerika yang sebelumnya dimasuki produk-produk dari China bisa jadi peluang untuk juga memperbesar kapasitas, sehingga produk kita (Indonesia) bisa masuk ke sana," ucapnya.

Tak hanya itu, dia meminta para pengusaha mulai fokus mengkondusifkan kinerja masing-masing perusahaan, usai penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019. Termasuk salah satunya, fokus soal investasi.

"Saya tahu Pemilu telah selesai meskipun masih ada proses MK. Kami berharap bisa fokus lagi, konsentrasi lagi pada urusan-urusan ekonomi dan terutama karena perang dagangnya semakin sengit," ujar Jokowi.

Dalam pertemuan ini, Jokowi ditemani Koordinator Staf Khusus Kepresidenan Teten Masduki dan Staf Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika. Selain itu, turut hadir pengusaha Erick Thohir.

Sementara itu, dari kalangan pengusaha hadir Ketua Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani dan beberapa pengusaha Raden Pardede, dan Anindya Bakrie. Sedangkan dari Hipmi, hadir Ketua Hipmi Bahlil Lahadalia.

 

Ada Perang Dagang, Strategi Indonesia Jaga Pasar Ekspor

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China kian memanas. Hal ini mendorong negara-negara di dunia mencari cara agar ekonomi negara terkena dampak minimal dari perang dagang. Selain itu, tentu mencari serta memanfaatkan peluang dari pelanggan tersebut.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan Indonesia memiliki sejumlah upaya. Dua di antaranya berusaha menjaga pasar yang sudah ada, serentak mencari pasar-pasar baru.

"Dengan ketidakpastian seperti ini tentu tidak mudah, maka kita jaga langganan kita, jaga market yang ada dan kita percepat seluruh perjanjian kalau tidak di tahun depan kita akan sangat tertinggal," kata dia, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu, 12 Juni 2019.

"Kita saksikan negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, sangat agresif, dan kita harus ikuti itu," lanjut Enggar.

Perdagangan dunia, dikatakan tengah mengalami penurunan kinerja. Hal tersebut tampak dari pemangkasan proyeksi pertumbuhan perdagangan dunia tahun 2019 oleh WTO.

"Tidak ada satupun negara yang bisa katakan (perdagangan) saya meningkat. WTO sendiri proyeksi pertumbuhanya 2017, 4 persen kemudian 2018, 3,6 persen tahun ini 2,6 persen," urai dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya