Harga Minyak Naik 9 Persen pada Pekan Ini

Pada perdagangan Jumat, harga minyak berjangka Brent naik 69 sen atau 1,1 persen menjadi USD 65,14 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Jun 2019, 06:32 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2019, 06:32 WIB
ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak berjangka naik 1 persen pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Sedangkan sepanjang pekan ini, harga minyak mentah AS naik lebih dari 9 persen dan harga minyak Brent yang menjadi patokan global naik 5 persen.

Kenaikan harga minyak ini didorong oleh kekhawatian akan serangan Amerika Serikat (AS) ke Iran yang dapat dipastikan akan mengganggu aliran minyak dari Timur Tengah yang menyediakan lebih dari seperlima dari produksi minyak dunia.

Sementara, harga bensin di AS melonjak sekitar 4 persen menyusul kebakaran besar di kilang Philadelphia Energy Solutions di Philadelphia. Kilang tersebut merupakan yang terbesar di Pantai Timur AS.

"Meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran telah berkembang sebagai pemicu utama dalam melonjaknya harga minyak," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (22/6/2019).

Selain ketegangan AS-Iran, alasan lain harga minyak terus melambung pada pekan ini adalah pertemuan Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) di Juli yang diperkirakan masih akan tetap mengendalikan produksi.

Pada perdagangan Jumat, harga minyak berjangka Brent naik 69 sen atau 1,1 persen menjadi USD 65,14 per barel. Sementara kontrak minyak mentah US Texas Intermediate (WTI) paling aktif ditutup naik 0,6 persen ke level USD 57,43 per barel.

Dengan kenaikan pada Jumat ini membawa harga minyak Brent di jalurnya untuk kenaikan sekitar 5 persen untuk minggu ini dan WTI melonjak lebih dari 9 persen, yang merupakan persentase kenaikan mingguan terbesar sejak Desember 2016.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Perdagangan Sebelumnya

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak mentah dunia melonjak lebih dari 5 persen usai Iran menembak jatuh drone militer Amerika Serikat (AS), yang meningkatkan kekhawatiran konfrontasi militer antara Teheran dan Washington.

Harapan bahwa Federal Reserve AS dapat memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya turut merangsang pertumbuhan di negara konsumen minyak terbesar dunia, dan penurunan persediaan minyak mentah AS juga mendukung harga.

Melansir laman Reuters, Jumat (21/6/2019), harga minyak mentah Brent, patokan global, ditutup naik USD 2,63, atau 4,3 persen menjadi USD 64,45 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik USD 2,89, atau 5,4 persen menjadi USD 56,65 per barel.

"Pada pertemuan (the Fed) ada siklus pelonggaran yang membayangi yang akan memukul dolar dan menopang harga komoditas dan ada juga ketegangan dengan Iran," kata John Kilduff, Mitra di Again Capital Management di New York.

"Harga minyak dapat naik lebih lanjut karena ketegangan antara AS dan Iran memanas," dia menambahkan.

Presiden AS Donald Trump mengecilkan dugaan Iran terkait dengan jatuhnya drone militer AS, serata mengatakan dugaan itu ditembak secara tidak sengaja dan bahwa "itu akan membuat perbedaan besar" baginya jika pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh telah diujicobakan.

Sementara komentar yang muncul menunjukkan bahwa Trump tidak bersemangat untuk meningkatkan hal terbaru dalam serangkaian insiden dengan Iran. Dia turut memperingatkan bahwa: "Negara ini tidak akan mendukungnya."

Teheran mengatakan pesawat tak berawak Global Hawk yang tidak bersenjata sedang dalam misi mata-mata atas wilayahnya. Tetapi Washington membantah dengan mengatakan jika drone yang ditembak jatuh berada di wilayah udara internasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya