Harga Emas Diprediksi Tembus USD 1.400 per Ounce di Akhir Tahun

Harga emas terpukul cukup keras pada perdagangan Jumat lalu karena data tenaga kerja Amerika Serikat (AS).

oleh Septian Deny diperbarui 08 Jul 2019, 07:30 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2019, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas terpukul cukup keras pada perdagangan Jumat lalu karena data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lebih baik dibandingkan dengan prediksi analis.

Dengan adanya data tenaga kerja yang lebih baik tersebut, ekspektasi bahwa Bank Sentral AS atau the Federal reserve (the Fed) akan memangkas suku bunga 50 persen pun luruh. Saat ini ekonom dan analis tengah menghitung ulang.

"Sekarang terlihat semakin kecil kemungkinan bahwa the Fed akan mulai memotong suku bunga pada bulan ini seperti yang diharapkan pasar. Kami masih berpikir the Fed akan memangkas suku bunga ketika ekonomi melambat," jelas Andrew Hunter, ekonom dari Capital Economics U.S seperti dikutip dari Kitco, Senin (8/7/2019).

"Kemungkinan besar mereka akan mulai pada bulan September daripada Juli, ”tambah Hunter.

Dengan adanya perkiraan baru dari para ekonom ini berdampak jangka pendek terhadap harga emas. Penguatan dolar AS membawa harga emas dan perak turun sekitar 2 persen pada Jumat lalu.

Namun secara jangka panjang, harga emas masih akan tempus angka USD 1.400 per ons karena adanya kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global.

Oleh karena itu, beberapa analis melihat bahwa pelemahan yang terjadi pada Jumat lalu akan pulih kembali pada perdagangan pekan ini.

"Kami dengan senang hati mengulangi perkiraan kami di akhir 2019 untuk harga emas akan melampaui USD 1.400 per ounce, ”kata Kieran Clancy analis komoditas dari Capital Economics U.S.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Perdagangan Jumat Lalu

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

 Harga emas turun 2 persen pada perdagangan Jumat dan merupakan penurunan mingguan pertama dalam tujuh pekan. Penurunan ini terjadi setelah data menunjukkan bahwa pertumbuhan pekerjaan AS membaik untuk periode bulan Juni.

Dengan adanya data ekonomi yang membaik tersebut, ekspektasi adanya penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mereda dan hal tersebut menekan harga emas.

Mengutip CNBC, Sabtu (6/7/2019), harga emas di pasar spot turun 1,2 persen menjadi USD 1.398,39 per ounce setelah mencapai titik terendah di USD 1.386,52 pada sesi sebelumnya. Harga logam mulia ini mengalami penurunan mingguan sekitar 1 persen, yang bisa menjadi yang terbesar sejak pertengahan April. 

Sedangkan harga emas berjangka AS turun 1,4 persen menjadi USD 1.400,90 per ounce.

Angka nonfarm payrolls meningkat 224 ribu pekerjaan pada bulan lalu, angka terbesar dalam lima bulan terakhir. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan data nonfarm payrollshanya naik 160 ribu pekerjaan saja.

“Data pekerjaan AS mendorong semua tekanan pada harga emas sekarang. Angka-angka penggajian menghancurkan semua harapan. Itu dapat mengurangi urgensi untuk pemotongan Fed pada bulan Juli, ”kata Chris Gaffney, president world markets TIAA Bank.

Menambah tekanan pada harga emas, dolar AS melonjak ke puncak tertinggi dalam dua minggu terhadap sekeranjang enam mata uang utama dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya