Pusat Belanja ITC Sepi, Ini Sebabnya

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia membeberkan alasan mengapa pusat belanja ITC saat ini sepi pengunjung

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jul 2019, 18:14 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2019, 18:14 WIB
Smartphone
Ilustrasi salah satu ITC di Jakarta. Liputan6.com/Shintya Alfian

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, terjadi penurunan geliat bisnis pusat-pusat belanja, khususnya di International Trade Center atau ITC. Dia mengakui, saat ini ITC tak lagi semenarik dulu.

"Itu yang mesti mereka kumpul bareng-bareng, duduk sama-sama, coba daya tariknya dirubah supaya bisa lebih menarik. Tapi kumpulin orang itu susah. Semua pemilik, jadi agak susah. Tapi ada beberapa ITC berhasil melakukan itu dan ramai," kata dia, saat ditemui, di Jakarta, Kamis (11/7/2019).

Salah satu hambatan bagi ITC untuk bertransformasi, kata dia, karena sulitnya membuat keputusan bisnis. Dia mengatakan, mayoritas pusat perbelanjaan tersebut berkonsep trade center dan merupakan bangunan strata title. "Decision maker-nya terlalu banyak. Semua bos di situ. Kan tiap kios, satu pemiliknya satu," ungkapnya.

Artinya, setiap kios bisa dimiliki oleh perorangan maupun kelompok. Hal inilah yang membuat pengelola atau pengembang kesulitan untuk menyatukan pendapat seluruh pemilik kios. Jauh lebih gampang jika berstatus sewa atau leasing.

"Pengelola nggak bisa perintah mereka. Kalau yang leasing kan gampang. Ah kita nggak mau ini, udah nggak kasih perpanjang, maunya ini. Bukan hanya mayoritas (setuju) saja. Kalau sebagian nggak mau, bagaimana? Ini yang mesti didorong," ujar dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perilaku Konsumen Berubah

Smartphone
Ilustrasi salah satu ITC di Jakarta. Liputan6.com/Shintya Alfian

Penurunan kinerja bisnis, jelas dia, sejauh ini baru dialami oleh ITC di wilayah DKI Jakarta. Perubahan pola perilaku konsumen lah yang menjadi penyebab.

"Kalau di luar kota Jakarta mereka nggak ada penurunan sebab mereka masih diterima toko cuma kios-kios doang. Buat mereka masih oke. Yang di kota besar, tuntutan makin berat. Kalau  di sana (luar kota) memang tujuannya mau beli barang. Dia udah enjoy. Jakarta udah nggak enjoy lagi," jelas dia. 

Karena itu, untuk memperbaiki kondisi ini diperlukan kesediaan dari para pemilik gerai di ITC untuk duduk bersama dan mengambil kesepakatan terkait arah transformasi ITC ke depan.

"Orang kalau udah mulai susah baru dia mulai rembukan. Baru bikin keputusan untuk ngapain," tandasnya.


Daya Beli Masyarakat Tak Turun, Hanya Mulai Pilih-Pilih

Sambut Hari Raya Idul Fitri dengan Midsummer Night Sale
Pengunjung memilh baju untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri di Lippo Mall Puri, Jakarta, Jumat (24/5/2019). Untuk menarik pengunjung dalam rangka Festival Jakarta Great Sale, berbagai diskon ditawarkan dari pukul 20.00 hingga 00.00 dalam Midsummer Night Sale. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan membantah pernyataan yang menyebut adanya penurunan daya beli masyarakat. Disebut-sebut, menurunnya daya beli tersebut kemudian berdampak pada turunnya bisnis pusat perbelanjaan.

"Saya kira daya beli masyarakat tidak turun. Kalau kita bilang turun, misalnya toko-toko jual kaos aja Rp 4 juta, masih laku kok dia," ujar dia saat ditemui di Jakarta, Kamis (11/7/2019).

Menurut dia, yang saat ini terjadi adalah masyarakat semakin teliti dalam menghabiskan uangnya. Mereka membeli barang-barang yang betul-betul sesuai dengan keinginan.

"Sebenarnya sekarang bukannya (daya beli masyarakat) turun. Dia milih. Lebih bijak menggunakan uangnya. Dia mau pilih apa sih yang dia perlu banget. Apa yang menarik," ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya