3 Miliarder Ini Ternyata Mantan Gelandangan

Berbeda dengan miliarder lain yang punya modal (meski sedikit), 3 orang kaya raya ini berangkat dari nol. Benar-benar nol alias sama sekali tidak punya aset apapun.

oleh Athika Rahma diperbarui 27 Jul 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2019, 21:00 WIB
Chris Gardner, dari gelandangan jadi miliarder
Chris Gardner, dari gelandangan jadi miliarder (Wikipedia)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar miliarder di dunia ini kaya raya berkat harga warisan. Namun sisanya, mereka harus harus membanting tulang untuk bisa mengumpulkan pundi pundi uang. Bahkan beberapa diantaranya sebelumnya harus mengalami penderitaan hanya untuk bertahan hidup.

Berbeda dengan miliarder yang punya timbunan uang karena faktor keturunan, 3 orang kaya raya ini berangkat dari nol.

Benar-benar nol alias sama sekali tidak punya aset apapun! Tapi, dengan tekad dan semangat yang kuat, mereka bisa membuktikan kalau cobaan hidup tidak menghalangi orang untuk naik level.

Merangkum dari berbagai sumber, berikut 3 daftar miliarder yang dulunya menggelandang di jalan:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

1. Chris Gardner

Chris Gardner, Gelandangan yang Sukses Jadi Pialang Saham
Chris Gardner, gelandangan yang sukses jadi pialang saham

Kisah pria ini sangat menyentuh hingga diangkat ke dalam film yang menginspirasi, The Pursuit of Happiness. Ceritanya, Chris Gardner yang kala itu bercerai dengan sang istri, tidak punya apapun selain anak-anaknya dan status magang yang dia emban.

Ya, magang. Karena gaji magang sangat kecil, dia tidak bisa membayar uang sewa apartemen.

Chris dan anak-anak selalu berpindah tempat tidur, mulai dari kolong meja kantor, toilet stasiun kereta api, taman, hingga penampungan di gereja. Untuk makan, mereka biasa pergi ke dapur umum.

Untungnya, karier Chris semakin membaik. Dirinya diangkat jadi karyawan tetap dan punya gaji yang mapan, sehingga bisa menyewa tempat tinggal sendiri dan membangun perusahaan investasi, Gardner Rich.

Dari situ, dirinya mendulang uang hingga jadi miliarder. Kekayaannya saat itu berada di angka USD 60 juta dan terus bertambah. Sekarang, dirinya bekerja jadi motivator dan menjadi sponsor badan amal.

Kisah kanak-kanak Chris saja sebenarnya sangat memilukan. Dia tidak tahu siapa ayah kandungnya, punya ayah tiri yang suka mabuk-mabukkan dan kasar.

Ibunya bahkan sempat putus asa dan mencoba membunuh suaminya. Namun karena semangatnya, Chris berhasil sukses dengan bahagia.

2. Steve Jobs

5 Hal Ini yang Menjadi Ukuran Orang Sukses Menurut Steve Jobs
Banyak hal yang bisa menjadi ukuran seseorang dikatakan sukses. Lima hal ini menjadi ukuran kesuksesan bagi Steve Jobs. Bagaimana denganmu?

Siapa sangka miliarder yang bersinar berkat raksasa teknologi yang dia bangun, Apple, ini ternyata pernah berjalan jauh hanya untuk makan?

Ya, Jobs pernah sama sekali berada di tahap tidak memiliki apapun. Sebenarnya, Jobs ini terlahir dari keluarga yang cukup baik. Ayahnya seorang patolog dan ibunya seorang novelis. Tapi, karena orang tuanya khawatir tidak bisa menyekolahkan Jobs hingga sarjana, akhirnya dirinya dititipkan pada orang tua angkat.

Mirisnya, orang tua angkat Jobs juga tidak lulus pendidikan tinggi, bahkan hanya tamatan SMA saja. Namun, mereka berjanji akan menyekolahkan Jobs hingga sarjana. Saat kuliah, Jobs prihatin terhadap orang tua angkatnya yang menghabiskan dana pensiunnya hanya untuk menyekolahkannya.

Dia memutuskan drop out dari kampus dan mencari biaya hidup sendiri. Jobs menjual botol Coca Cola dengan bayaran 5 sen per botol, berjalan jauh hingga 7 mil untuk makan di Kuil Hare Khrisna. Dirinya tinggal dengan menumpang di beberapa temannya.

Namun, Jobs punya hobi mengutak atik komputer dan mendesain sesuatu. Dia juga gemar merealisasikan ide gila. Siapa sangka, hal itu menarik perhatian Steve Wozniak, rekannya, yang berujung pada pendirian perusahaan IT, Apple Company.

Berkat kerja kerasnya, Jobs dan Wozniak berhasil membawa Apple jadi perusahaan kelas wahid dengan valuasi triliunan Dolar.

3. Dave Sandoval

Dave Sandoval
Sumber: Business Insider

Ketika itu, Dave memutuskan hidup sendiri saat baru berusia 17 tahun. Siapa yang tahu kalau kehidupan akan sangat berat, hingga membuat Dave menggelandang di jalan?

Segala pekerjaan dia lakoni, mulai dari membersihkan lintasan bowling, menjual speaker, bekerja di pabrik minyak, mencuci truk hingga menjual kaus kaki. Saat lelah, dia beristirahat di kursi-kursi pantai. Saat lapar, dia menyelinap ke klub malam, mengambil sisa makanan dan kadang berpura-pura mabuk agar bisa beristirahat di sofa klub.

Setelah mendengar bibinya meninggal karena sklerosis, dia mencoba peruntungan bekerja di perusahaan farmasi Jepang.

Ternyata, Dave belajar banyak dari situ, hingga dia mendirikan perusahaan farmasi sendiri, Purium Health Products, yang meraup laba USD 47 juta tahun 2015 lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya