Polisi China Tahan Pria yang Guyur Miliarder dengan Air

Polisi China tahan pria yang menyiram miliarder pendiri Baidu dengan sebotol air.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 05 Jul 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2019, 21:00 WIB
Miliarder Robin Li disiram di atas panggung.
Miliarder Robin Li disiram di atas panggung. Dok: AFP via South China Morning Post

Liputan6.com, Beijing - Kasus penyiraman air di atas panggung malah berakhir di kepolisian. Kasus ini menimpa miliarder Robin Li Yanhong (50) ketika memberikan presentasi di Beijing, China.

Dilansir dari South China Morning Post, pelaku akhirnya ditahan oleh kepolisian selama lima hari akibat perbuatannya. Belum jelas apa motif sebenarnya dari penyiraman.

Robin Li adalah co-founder dari Baidu dan salah satu orang terkaya di China. Saat penyiraman berlangsung, ia sedang memberi presentasi soal kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam acara tahunan Baidu.

Mendadak, seorang pria berpakaian hitam menerobos ke panggung dan menyiram sebotol air ke kepala miliarder itu. Robin Li pun merespons dengan Bahasa Inggris: "What's your problem?" ujarnya.

Setelahnya ia lanjut memberi presentasi dan berkata ke audiens: "Seperti yang kamu lihat, ada banyak juga hal tak terduga dalam pengembangan AI," ujar Li yang disambut tepuk tangan audiens.

Sebelum penyiraman terjadi, pelaku sempat sesumbar di Weibo dengan berkata apakah kecerdasan buatan milik Baidu yang bernama Xiaodu bisa menyetop dirinya yang ingin menyiram sang miliarder.

Respons warga China di media sosial pun beraneka ragam: ada yang mendukung pelaku dan mengkritik. Kasus penyiraman ini juga justru yang mendapat sorotan di acara tahunan Baidu. Selain itu, perusahaan air kemasan yang digunakan pelaku pun memakai kesempatan ini untuk mempromosikan produk mereka. 

Menurut Forbes, kekayaan Robin Li sebesar USD 6,8 miliar atau Rp 96,2 triliun (USD 1 = Rp 14.151). Baidu merupakan satu dari tiga penyedia layanan digital terbesar di China yang bersama Alibaba dan Tencent, ketiganya disebut BAT.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Miliarder Bill Gates Ungkap Kesalahan Terbesar dalam Hidupnya

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Penyesalan terbesar dari miliarder Bill Gates ternyata juga berada di industri teknologi. Manusia terkaya nomor dua di dunia ini mengaku menyesal karena tidak mengembangkan sistem seperti Android ketika ia dulu memimpin Microsoft.

"Kesalahan terbesar adalah mismanajemen yang saya lakukan sehingga menyebabkan Microsoft tidak menjadi Android seperti sekarang," ungkap Bill Gates seperti dikutip Independent.

Operation system (OS) seperti Android dinilai sudah mendominasi alih pasar. Bill Gates menilai di dunia teknologi hanya ada satu ruang untuk pesaing OS Apple, dan itu seharusnya bisa diambil Microsoft.

Bill Gates menilai valuasi Android juga amat besar, yakni USD 400 miliar atau setara Rp 5.661 triliun. Dan di pasar teknologi, pihak pemenang mengambil segalanya.

"Ini sungguh pemenang mengambil segalanya (wintter take all). Hanya ada satu ruang untuk sistem operasi yang bukan milik Apple, dan berapa harganya? USD 400 miliar. Itu bisa saja ditransfer dari perusahaan G ke M," ujar Bill Gates tanpa menyebut nama lengkap Google.

Android Inc. aslinya adalah startup milik Andy Rubin yang dibeli Google pada tahun 2005. Venture Beat memperkirakan Google membelinya seharga USD 50 juta atau kini setara Rp 707 miliar jika disesuaikan inflasi.

Bila laporan Venture Beat dan perkiraan Bill Gates sama-sama benar, artinya Google berhasil untung besar dalam pembelian tersebut. Sebab, kini harga Android sudah ribuan triliun rupiah.

Miliarder George Soros Ingin Pajak Orang Kaya Naik

Miliarder sekaligus filantropis berpengaruh dunia, George Soros dalam agenda World Economic Forum 2019 (AFP/Fabrice Coffrini)
Miliarder sekaligus filantropis berpengaruh dunia, George Soros dalam agenda World Economic Forum 2019 (AFP/Fabrice Coffrini)

Miliarder George Soros mengirim surat terbuka agar pajak orang kaya dinaikan. Permintaan ini ia sampaikan karena pajak para miliarder dinilai bisa menyelesaikan berbagai masalah seperti krisis iklim dan membantu pertumbuhan ekonomi.

Dilaporkan Fox Business, surat terbuka itu dikirim Soros dan beberapa miliarder lain kepada calon presiden 2020 agar mendukung naiknya pajak bagi mereka yang merupakan bagian dari 1 persen orang terkaya di Amerika Serikat (AS).

"Amerika memiliki tanggung jawab moral, etika, dan ekonomi untuk lebih banyak menarik pajak dari kekayaan kami. Pajak kekayaan bisa membantu menanggulangi krisis iklim, meningkatkan ekonomi, meningkatkan kesehatan, menciptakan peluang dengan adil, dan memperkuat kemerdekaan demokratis kita. Melaksanakan pajak kekayaan adalah kepentingan republik kita," demikian bunyi surat terbuka itu. 

Selain miliarder George Soros, para orang kaya lain yang menandatangani surat terbuka itu adalah Justin Rosentein, Alexander Sorot, Abigail Disney, dan Chris Hughes.

George Soros juga sudah dikenal sering menyumbang uang demi kepentingan kemanusiaan. Menurut Forbes, kekayaannya kini mencapai USD 8,3 miliar.

Sebelumnya, beberapa capres AS yang mendukung naiknya pajak miliarder seperti Senator Elizabeth Warren. Uang itu juga akan digunakan demi melunasi utang kuliah para warga AS.

Miliarder Bill Gates juga pernah menyampaikan bahwa pajak orang kaya seperti dirinya perlu naik. Pandangan itu juga didukung oleh investor legendaris Warren Buffett.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya