Atasi Tumpahan Minyak di Karawang, Pertamina Terjunkan 1.500 Personil

PHE ONWJ telah memasang ratusan meter fishnet di pantai terdampak dan 2.700 meter oil bom yang tersebar di muara sungai untuk menghindari penyebaran tumpahan minyak.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 09 Agu 2019, 13:36 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2019, 13:36 WIB
Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Oil spill yang telah membeku di sekitar tambak penangkap udang di perairan Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Pencemaran minyak ini menyebabkan hasil tangkapan nelayan setempat menurun dan merusak hutan bakau fi sekitar Muara Beting. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Hulu Energi Offshore North Java (PHE-ONWJ) terus memperkuat personil dan peralatan guna membersihkan tumpahan minyak (oil spill) di Pantai Karawang. Saat ini, lebih dari 1.500 lebih personil beserta peralatannya diterjunkan untuk mengatasi tumpahan minyak tersebut.

Selain itu Pertamina juga mendapat dukungan dari warga sekitar area terdampak, turut terlibat sebanyak 87 personil TNI yang bekerjasama menangani tumpahan minyak di sepanjang pantai terdampak di wilayah Karawang. Sejumlah perlengkapan dan peralatan penghadang tumpahan minyak dipasang di pesisir dan muara sungai untuk mencegah meluasnya tumpahan minyak di perairan dan aliran sungai.

VP Relation Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya menjelaskan, warga yang terlibat dalam aksi pembersihan tumpahan minyak ini adalah tenaga pendukung yang melakukan aksi permbersihan atas dasar keinginan sendiri.

Tenaga pendukung tersebut merupakan warga setempat yang sehari-harinya hidup dan tinggal di kawasan itu. Mereka dilengkapi dengan perlengkapan yang sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan pembersihan tumpahan minyak.

"Nelayan yang umumnya sedang tidak melaut sangat antusias membantu penanganan di pantai. Kami menyambut niat baik mereka dan menyiapkan perlengkapan yang sesuai standar HSSE. Mereka juga dicek kesehatannya oleh tim medis yang kita siapkan," ungkap Ifki, Jumat (9/8/2019).

Selain warga, lanjut Ifki, anggota TNI yang terlibat aktif membersihkan oil spill juga terbagi dalam beberapa regu yang berkoordinasi dengan tim Pertamina dan tenaga pendukung lainnya. Meski menggunakan seragam TNI, anggota TNI yang turun lapangan juga harus mengenakan perlengkapan keamanan dan keselamatan pembersihan tumpahan minyak.

Menurutnya, untuk memaksimalkan upaya penghentian penyebaran tumpahan minyak  yang terlepas dari penghadangan di laut, PHE ONWJ telah memasang ratusan meter fishnet di pantai terdampak dan 2.700 meter oil bom yang tersebar di muara sungai.

"Peralatan ini dapat mengisolir sebaran tumpahan minyak di atas permukaan dan menghambat pergerakannya masuk ke dalam aliran sungai. Sehingga pencemaran perairan dan sungai dapat dikendalikan dan kehidupan biota laut dan sungai dapat diselamatkan," jelasnya.

Sementara untuk menjaga kesehatan warga di perairan terdampak, ia menyebutkan, PHE ONWJ juga mendirikan Pos Kesehatan di area terdampak. PHE ONWJ telah bersinergi dengan Pertamedika dengan mengirimkan 5 ambulance, 5 dokter dan 35 paramedis yang disebar di 5 Posko Kesehatan.

"Selain dokter dan perawat, PHE ONWJ dan Pertamedika juga menyiagakan ambulance emergency yang dilengkapi dengan AED (Automated External Defibrillator) atau alat defibrilasi jantung otomatis. Selain untuk mengecek dan menjaga kesehatan tenaga pendukung yang terlibat dalam aksi pembersihan pantai. Tidak hanya itu, Posko Kesehatan ini juga diperuntukkan bagi warga yang merasa ada keluhan dengan kesehatannya," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Apa Kabar Penanganan Tumpahan Minyak di Laut Karawang?

Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Oil spill yang telah membeku di sekitar tambak penangkap udang di perairan Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Oil spill akibat kebocoran di sumur lepas pantai YYA1 Karawang milik Pertamina Hulu Energi di blok migas ONWJ. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) masih melakukan penghentian kebocoran gas dan menanggulangi tumpahan minyak di lepas Pantai Karawang yang terjadi sejak 12 Juli 2019.

Vice President Relations Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya mengatakan, para pekerja PHE ONWJ bersama tim ahli internasional di bidang sumur minyak dan gas (migas) mulai melakukan pengeboran. Pengeboran ini demi menghentikan gelembung gas di sekitar anjungan YY sejak Kamis, 1 Agustus 2019 pukul 14.00 WIB.

Hingga Rabu 7 Agustus, tahap pengeboran YYA1-RW memasuki kedalaman sekitar 540 meter dan sedang dalam tahap persiapan pengeboran hole section 17 sampai 1/2 inch. Pengeboran ini dimulai dua hari lebih cepat dari jadwal semula dan ditargetkan mencapai kedalaman 2.765 meter.

"Beberapa pekerjaan persiapan bisa dilakukan simultan sehingga dapat mempercepat waktu tajak dua hari dari rencana awal," kata Ifki, di Jakarta, pada Rabu 7 Agustus 2019. 

Munculnya gelembung gas di sekitar anjungan YY yang dioperasikan PHE ONWJ berawal pada Jumat dini hari, 12 Juli 2019. Sesuai standar keselamatan, PHE ONWJ menghentikan aktivitas pengeboran dan mengaktifkan Incident Management Team (IMT).

Pekerja PHE ONWJ berupaya maksimal menanggulangi kondisi yang tidak normal tersebut sesuai prosedur operasi. Hingga pada 14 Juli 2019 dilakukan proses evakuasi.

"Prioritas utama adalah keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan sekitar, ” tutur Ifki.

Dia melanjutkan, PHE ONWJ juga berupaya menahan tumpahan minyak dengan melakukan strategi proteksi berlapis di sekitar anjungan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya