Produksi Minyak Pertamina dari Luar Negeri Belum Capai Target

Pertamina mencatat realisasi produksi migas di luar negeri pada semester I 2019 baru mencapai 88 persen

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Sep 2019, 19:05 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2019, 19:05 WIB
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat, realisasi produksi minyak dari ladang minyak dan gas (migas) di luar negeri pada semester I 2019 baru mencapai 88 persen dari target. Hal ini disebabkan kendala pada fasilitas pencarian minyak di Aljazair.

Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu mengatakan, sampai semester I 2019 produksi minyak Pertamina dari luar negeri baru mencapai 99.930 barel per hari (bph) atau 88 persen dari target dan gas sebesar 261 juta kaki kubik per hari (MMScfd).

"Belum mencapai target (produksi minyak dari luar negeri," kata D‎harmawan, saat menghadiri I‎PA Convex 2019‎, di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (4/9/20‎19).

Menurut Dharmawan, belum tercapainya target produksi minyak tersebut diakibatkan kendala pada kompresor di lapangan migas yang terletak di Aljazair. Untuk diketahui, melalui Pertamina Internasional EP telah menggarap Lapangan MLN di Aljazair Afrika Utara.

"Karena ada problem kompresor di Algeria, tapi udah online sekarang, Minyak yang 99 ribu bph, gasnya 261 mmscfd," jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Target Lebih Rendah

20160414- Kilang Pengolahan Minyak Terbesar ke-2 di Indonesia-Kalimantan- Fery Pradolo
Petugas lapangan memantau Area Tanki LPG (Spherical Tank) di kawasan kilang RU V Balikpapan, Kalimantan, Kamis (14/05). Kilang RU V merupakan kilang pengolahan minyak Pertamina terbesar ke-2 di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Menurut Dharmawan, perusahaanya akan‎ membawa pulang minyak dari lapangan di luar negeri ke Indonesia sebesar 7 juta barel pada tahun ini. Jumlah tersebut lebih rendah dari perkiraan sebesar 8 juta barel. Hal ini disebabkan oleh spesifikasi minyak yang tidak cocok untuk dikelola di kilang dalam negeri.

"Sistemnya beda, sebagian karena jenis crudenya belum cocok, sebagian karena bukan entitlement kita, yang disebut service kontrak, yang bs dibawa karena entitled dan minyaknya cocok itu 7 juta barel, tahun ini diperkirakan sama," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya