Percepat Penanganan Tumpahan Minyak, Pertamina Dapat Kelonggaran Impor

SKK Migas tidak hanya memberikan rekomendasi impor alat, namun juga terlibat ‎dalam penanganan tumpahan minyak

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Sep 2019, 17:24 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2019, 17:24 WIB
Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Limbah tumpahan minyak (oil spill) terlihat mencemari Pantai Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Pencemaran minyak ini menyebabkan hasil tangkapan nelayan setempat menurun dan merusak hutan bakau fi sekitar Muara Beting. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

 

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memberikan kelonggaran kepada PT Pertamina (Persero) untuk impor alat . Kelonggaran tersebut untuk mengatasi tumpahan minyak di perairan Karawang yang berasal ‎dari sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ).

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, SKK Migas mengeluarkan rekomendasi agar proses impor alat penanganan‎ tumpahan minyak dari sumur YYA-1 dipercepat, sehingga masalah tersebut cepat diatasi.

"Kalau karena upaya untuk menyelesaikan tumpahan minyak memang menjadi prioritas karena itu ‎kan bencana ya," kata Dwi, saat menghadiri I‎PA Convex 2019‎, di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (4/9/20‎19).

SKK Migas tidak hanya memberikan rekomendasi impor alat, namun juga terlibat ‎dalam penanganan tumpahan minyak yang dipicu oleh kebocoran gas dari sumur YYA-1 tersebut.

"SKK Migas bukan hanya memberikan rekomendasi, tetapi SKK ikut terlibat dalam tim itu," ujarnya.

Menurut Dwi, percepatan impor hanya dilakukan saat kondisi mendesak karena tumpahan minyak harus segera diatasi, tidak berlaku dalam hal umum dan kondisi normal.

"Jadi tidak berlaku impor dipermudah untuk keseluruhan kasus. Jadi ini karena tumpahan minyak itu," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tumpahan Minyak Pertamina Sudah Sampai Rumah Warga

Tumpahan Minyak Pertamina Cemari Perairan Muara Gembong
Pegawai Pertamina melintas di depan tumpukkan karung berisi limbah tumpahan minyak (oil spill) di Pantai Muara Beting, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (28/7/2019). Oil spill akibat kebocoran terjadi di sumur lepas pantai YYA1 Karawang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, tumpahan minyak mentah dari Sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) sudah masuk ke rumah warga di wilayah Cemara Jaya Karawang Jawa Barat. Hal tersebut membuat 10 keluarga harus dipindahkan ke tempat aman.

Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya mengatakan, perlatan Pertamina tidak mampu membendung dan menangkap tumpahan minyak, akibat perubahan arus yang makin deras yang menyebabkan ombak menjadi lebih tinggi sehingga masuk ke rumah warga yang dekat dengan pantai.

“Dengan kondisi arus, ditambah adanya banjir rob tanggal 28 agustus 2019 lalu, akibatnya tumpahan minyak tidak tertangkap oil boom, dan langsung masuk ke rumah warga yang berjarak sangat dekat dengan pantai," kata Ifki, di Jakarta, pada Senin 2 September 2019. 

Demi menjaga keselamatan, secara paralel 10 kepala keluarga (KK) di Pisangan yang rumahnya terkena tumpahan minyak dipindahkan ke tempat yang lebih aman.

Bagi warga yang belum pindah, tim medis dari Pertamedika melakukan kunjungan kesehatan ke rumah untuk melakukan daily check up dan dan membagikan masker.

"Kami berupaya untuk membujuk warga agar mau dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Namun memang belum semuanya bersedia. Selain itu, kami juga terus berupaya mencarikan yang lebih aman bagi warga Cemara 1, Cemara 2 dan Pisangan," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya