Bisnis Waralaba Minuman di Indonesia Terus Dilirik Investor

Industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang seksi dan memiliki ceruk pasar yang lumayan besar di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Sep 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2019, 10:00 WIB
Kulo Group dan Mitra Boga Ventura (MBV) yang megembangkan minuman segar boba. Dok
Kulo Group dan Mitra Boga Ventura (MBV) yang megembangkan minuman segar boba. Dok

Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan sektor industri makanan dan minuman di Indonesia termasuk yang cukup besar. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang telah mendekati 270 juta jiwa.

Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian pada triwulan pertama tahun 2019 saja, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri makanan dan minuman mencapai 6,77 persen. Angka tersebut berada di atas pertumbuhan PDB industri nasional yang berada di level 5,07 persen.

Sektor industri makanan dan minuman ini menyumbang 35,58 persen terhadap PDN industri nonmigas dan sebesar 6,35 persen terhadap PDB nasional. Hal ini menjadikan industri makanan dan minuman sebagai salah satu penyumbang terbesar PDB nasional.

Banyak perusahaan makanan dan minuman baik lokal maupun asing yang terus mengembangkan bisnisnya. Sebagian di antara mereka kemudian menawarkan dengan pola kemitraan. Belakangan, minuman bubble tea yang berasal dari Taiwan juga ikut menyemarakkan pasar makanan dan minuman di Tanah Air.

Wajar saja, hal ini terjadi karena industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang seksi dan memiliki ceruk pasar yang lumayan besar di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Andrew Nugroho beberapa waktu lalu mengaku optimistis pertumbuhan usaha waralaba di Indonesia tahun ini bisa bertumbuh sekitar 10 persen atau naik dibanding tahun lalu yang bergerak di kisaran 5-6 persen year on year (Yoy).  Pertumbuhan ini termasuk penambahan gerai, konsep baru dan transaksi.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada periode Januari-Juni 2019, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor makanan dan minuman menempati peringkat keempat dari keseluruhan sektor dengan nilai transaksi Rp 21,26 triliun.

Sedangkan, Penanam Modal Asing (PMA) tercatat menempati peringkat keenam dengan nilai investasi USD 706,7 juta. Data ini jelas menunjukkan bahwa sektor industri makanan dan minuman di Indonesia masih menjadi lahan bisnis yang gurih.

Karena itu, tidak salah jika belakangan ini para pebisnis baik asing dan lokal ramai-ramai membidik sektor industri makanan dan minuman Indonesia.

 

bubble drink
Minuman dengan isian bola-bola jeli atau populer dengan sebutan bubble drink ternyata masih diminati

Salah satu di antaranya adalah Kulo Group dan Mitra Boga Ventura (MBV) yang mengembangkan minuman segar boba. Minuman segar berbasis teh dan susu plus topping tapioka pearl.

Animo publik di Tanah Air terhadap minuman ala Taiwan ini dinilai sangat tinggi. Hal itulah yang membuat dua brand waralaba kuliner Kulo Group dan Mitra Boga Ventura (MBV) menghadirkan Xi Bo Ba, gerai minuman segar boba. 

“Xi Bo Ba hadir untuk menjawab permintaan pasar terhadap boba yang lagi ngehits. Kami membuat boba yang tidak mahal, tetapi tidak kalah di rasa,” ujar Michael Marvy Jonathan, petinggi MBV, Jumat (26/9/2019).

 Dia mengatakan jika pihaknya ingin memberikan kebahagiaan pada setiap orang yang meminumnya melalui rasa yang khas dari Taiwan.

“Jadi, kami ingin orang habis minum ini senang. Tidak cuma senang karena rasanya, tapi bayarnya juga senang karena harganya pas di kantong” papar Marvy.

Sementara itu, Michael Bunyamin dari Kulo Group menjelaskan, Xi Bo Ba adalah bagian dari Kulo Group. Kulo Group adalah pendiri dari kedai Kopi Kulo, Pochajjang Korean BBQ, dan Kitamura Shabu-shabu.

Saat ini Kulo Group memiliki sekitar 500 gerai kulinernya di seluruh Indonesia. Sedangkan MBV memiliki sekitar 150 gerai waralaba kuliner seperti Bakso Kemon dan Co Choc.

Dalam enam bulan ke depan, setidaknya akan ada 250 gerai Xi Boba di sejumlah kota di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua.

"Hingga akhir tahun ini, ada 100 outlet yang buka. Minimal, di satu kota ada tiga gerai, selanjutnya tahun depan hingga total 250 outlet,” ujar Michael.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya