Pabrik Baru Diminta Serap Pekerja Lokal, Ini Jawaban Cabot

Sektor industri dituntut jadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga kemudian harus bermuara pada penciptaan lapangan kerja.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 21 Nov 2019, 17:45 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2019, 17:45 WIB
Peletakan batu pertama proyek Cabot Corporation di Cilegon
Peletakan batu pertama proyek Cabot Corporation di Cilegon (dok: Maulandy)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meminta Cabot Corporation yang baru saja melakukan ekspansi proyek peningkatan kapasitas produksi serat karbon hitam (black carbon) di Cilegon, Banten, untuk bisa menyerap tenaga kerja lokal.

Sektor industri dituntut jadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga kemudian harus bermuara pada penciptaan lapangan kerja.

"Semoga Cabot bisa serap tenaga kerja dari penduduk Banten sendiri, sehingga bisa mengurangi angka kemiskinan di Banten sendiri," ujar dia di Cilegon, Banten, Kamis (21/11/2019).

Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2018 lalu mencatat, Banten merupakan provinsi dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi di Indonesia. Dengan jumlah angka sekitar 8,52 persen atau sebesar 496,73 ribu orang.

Menanggapi arahan tersebut, Senior Vice President sekaligus President of Reinforcement Materials Cabot Corporation Bart Kalkstein mengutarakan, pihaknya berkomitmen untuk banyak memberdayakan sumber daya manusia lokal.

"Dengan ekspansi di Cilegon ini tentunya ada tiga level yang akan membantu mengurangi unemployement rate, karena dengan ekspansi ini akan banyak sekali sesi-sesi pekerjaan yang bisa diisi oleh pekerja lokal," ungkap dia.

"Kita akan bekerja dengan lebih banyak membawa equipment yang akan datang. Tentu kita perlu pekerja yang bisa mengkombinasikan mesin-mesin itu. Tentunya dengan lebih banyak produksi yang dihasilkan, logistik dari Cabot Indonesia juga akan menggunakan pekerja lokal untuk membantu ekspansi ini," tandasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menperin Harap Cabot Bantu Tekan Defisit Neraca Perdagangan

Menperin Agus Gumiwang
Menperin Agus Gumiwang. Dok: Kementerian Perindustrian

Cabot Corporation resmi melakukan peletakan batu pertama untuk proyek peningkatan kapasitas produksi serat karbon hitam (carbon black) di Cilegon, Banten, pada Kamis (21/11/2019).

Dengan adanya peningkatan kapasitas produksi ini, Cabot Corporation akan menambah sekitar 80 ribu metrik ton kapasitas produksi tahunan, yang diharapkan akan selesai pada 2021.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita yang turut hadir pada kesempatan tersebut berharap, Cabot dapat bantu menekan defisit neraca perdagangan yang dialami negara, yakni dengan menghasilkan substitusi impor untuk produksi black carbon.

"Nah ini yang sekarang dilakukan oleh Cabot, dimana Cabot akan menambah produksi dari black carbon yang diproduksi dari fase pertama perkembangan industri ini," ujar Menteri Agus dalam acara persemian di Cilegon, Banten, Kamis (21/11/2019).

Lebih lanjut, Menperin Agus mengutip catatan bahwa kebutuhan serat karbon hitam di industri dalam negeri saat ini masih sangat bergantung dari pasokan impor yang mencapai 70 persen dari total kebutuhan.

"Berdasarkan data yang saya terima, kebutuhan dari carbon black yang berasal dari dalam negeri sebesar 230 ribu ton per tahun. Dan 70 persen dari kebutuhan tersebut masih diimpor dari berbagai macam negara, termasuk China dan India," cibirnya.

Oleh karenanya, ia berharap agar Cabot bisa bantu sokong kebutuhan serat karbon hitam di industri dalam negeri hingga menekan defisit neraca perdagangan, lewat substitusi impor sebesar Rp 1,5 triliun.

Sebagai catatan, angka Rp 1,5 triliun itu merupakan nilai rupiah dari hasil produksi black carbon dari Cabot, yang sekitar 90 ribu metri ton per tahun.

"Maka dengan ekspansi dari Cabot, Kita harapkan substitusi impor yang sebesar 90 ribu ton per tahun atau Rp 1,5 triliun per tahun bisa menekan defisit neraca perdagangan di industri perdagangan,"

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya