Jokowi: Yang Suka Impor Akan Saya Gigit

Jokowi berjanji akan membereskan urusan impor komoditas yang dinilai menjadi penyebab terjadinya defisit transaksi berjalan

oleh Athika Rahma diperbarui 28 Nov 2019, 20:51 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2019, 20:51 WIB
Jokowi Pimpin Rapat Terbatas Penghapusan Penggunaan Merkuri
Presiden Jokowi berbincang dengan Sekretaris Kabinet Pramono Anung sebelum rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (9/3). Rapat itu membahas mengenai penghapusan penggunaan merkuri pada Pertambangan Emas Skala Kecil. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji akan membereskan urusan impor komoditas yang dinilai menjadi penyebab terjadinya defisit transaksi berjalan/current account defisit (CAD).

Hal tersebut disampaikannya dalam pemaparan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2019 di Jakarta, Kamis (28/11/2019).

"CAD kita selalu mengganggu volatilitas rupiah. Ini karena ketergantungan yang besar terhadap impor, terutama minyak dan gas," tuturnya.

Lebih lanjut, Jokowi menyindir ada beberapa pihak yang memang senang mengimpor. Dia berkata akan mengganggu para penyuka impor ini.

"Ada yang senang impor, tapi tidak mau diganggu impornya, mau minyak atau LPG. Saya akan ganggu (impornya). Pasti akan saya gigit itu orang," imbuhnya.

Lebih lanjut, Jokowi juga menyinggung soal ekspor crude palm oil (CPO) yang tidak diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sebelum dieskpor.

Oleh karenanya, penggunaan B20, B30 hingga B50 akan terus didorong untuk menurunkan impor minyak.

"Kalau B20 berjalan B30 berjalan Januari tahun depan lalu masuk lagi B50, artinya impor minyak kita akan turun drastis," pungkas Jokowi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jokowi Protes Soal Kelapa Sawit ke Delegasi EU-ASEAN

Presiden Jokowi Pimpin Rapat Perdana Kabinet Indonesia Maju
Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat kabinet paripurna di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (24/10/2019). Dalam rapat kabinet paripurna perdana tersebut mendengarkan arahan Presiden dan membahas anggaran pendapatan dan belanja negara tahun 2020. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima delegasi EU Asean Business Council. Pertemuan dilakukan tertutup pada pukul 13.30 WIB.

Mengawali pertemuan, Jokowi menceritakan rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Republic of Korea (RoK) Summit yang dihadirinya beberapa waktu lalu. Dalam KTT tersebut, Jokowi mengaku melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in.

"Pembahasan utamanya membahas mengenai bisnis dan investasi," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (28/11).

Selain bertemu Moon Jae-in, Jokowi juga mengaku bertemu pebisnis Korsel. Pertemuan itu memberi harapan besar bagi Indonesia untuk memperkuat kemitraan dengan ASEAN.

Jokowi menyebut, kondisi ekonomi ASEAN saat ini semakin baik dibanding pertumbuhan ekonomi global pada umumnya. Bahkan, Direktur managing IMF Kristalina Georgievamengatakan ASEAN adalah titik terang bagi perekonomian dunia.

"Setiap saat di mana negara-negara berkembang menghadapi aging society, ASEAN mendapat bonus demografi.Saat sejumlah negara berkembang memilih proteksionisme, ASEAN terus melanjutkan membuka ekonominya," sambungnya.

Ekonomi ASEAN

Jokowi Pimpin Rapat Terbatas
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Rapat terbatas perdana dengan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju itu mengangkat topik Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Perekonomian. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut Jokowi, ekonomi ASEAN akan terus tumbuh selama dapat mengelola ekosistem perdamaian yang telah dipelihara selama 52 tahun belakangan. Dia juga menyebut, kemitraan dengan ASEAN menguntungkan.

"Saya harap bisnis dari negara-negara barat juga memiliki pandangan yang serupa, termasuk dari UE," kata Jokowi.

Sebelum menutup sambutan, Jokowi menyampaikan keberatan atas diskriminasi Uni Eropa terhadap produk kelapa sawit Indonesia.

"Minyak sawit Indonesia terus menerima diskriminasi baik dari segi kebijakan maupun dari perusahaan-perusahaan Eropa. Tentu saja Indonesia tidak akan tinggal diam dengan diskriminasi ini," tegas Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya