Hadapi Nataru, AirNav Indonesia Akan Oprasikan Bandara 24 Jam

Komitmen itu diberikan untuk memudahkan masyarakat yang ingin melakukan berpergian menggunakan pesawat pada saat periode Nataru.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Des 2019, 15:52 WIB
Diterbitkan 05 Des 2019, 15:52 WIB
Bandara Juanda T2 (Dok Foto: Angkasa Pura I)
Bandara Juanda T2 (Dok Foto: Angkasa Pura I)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Riyanto mengaku siap mengoprasikan 24 jam untuk beberapa bandara di Indonesia pada saat periode Natal dan Tahun Baru (Nataru). Komitmen itu diberikan untuk memudahkan masyarakat yang ingin melakukan berpergian menggunakan pesawat pada saat periode tersebut.

"Program untuk layani Nataru, sama persis saat layani Lebaran. Ada beberapa bandara siap dioperasikan 24 jam jika diminta. Kita juga extend operasional di jam-jam operasi bandara," kata dia dalan diskusi digelar di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis (5/12).

Tak sampai di situ, pihaknya juga akan memperhatikan keselamatan lebih untuk para maskapai dan penumpang utamanya masalah faktor cuaca. Dia pun memperkirakan, puncak arus di bandara terjadi pada 23 Desember 2019.

"Kami semua siap layani sebaik-bainya pesawat untuk Nataru," katanya.

Seperti diketahui pada Lebaran kemarin, AirNav Indonesia melakukan berbagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan lonjakan traffic penerbangan sepanjang masa arus mudik dan arus balik Lebaran 2018.

"Langkah persiapan dan koordinasi ini sudah dilakukan jauh hari sebelum musim mudik Lebaran tiba untuk memaksimalkan pelayanan AirNav Indonesia dalam melayani kepadatan pengaturan lalu lintas penerbangan," jelas Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto di Jakarta.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

AirNav Indonesia Satukan Layanan Penerbangan di Pekanbaru dan Padang

Petugas ATC AirNav Indonesia memantau penerbangan melalui radar
Petugas ATC AirNav Indonesia memantau penerbangan melalui radar (dok: Ilyas)

Indonesia terus meningkatkan pelayanan navigasi penerbangan di wilayah Indonesia. Tebaru, AirNav Indonesia mengintegrasikan pengelolaan wilayah udara Padang dengan Pekanbaru, Riau.

Integrasi pengelolaan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kemanan penerbangan dan pelayanan perusahaan. Selama ini, wilayah udara Padang masih dilayani secara prosedural atau manual. Sementara wilayah udara Pekanbaru sudah terlayani dengan sistem radar.

Corporate Secretary AirNav Indonesia Novy Pantaryanto menjelaskan integrasi ini sudah resmi dilakukan per 10 Oktober 2019 dan masih dalam tahap percobaan hingga satu tahun ke depan.

"Penyatuan pengelolaan wilayah udara ini juga memberikan efisiensi bagi perusahaan dalam meningkakan layanan. Begitu juga dengan maskapai," ucap Novy kepada wartawan, Kamis (27/11/2019).

Saat ini, wilayah udara Pekanbaru melayani pergerakan pesawat sekitar 100 pergerakan setiap harinya. Sementara di Padang hanya melayani sekitar 30 pergerakan pesawat di wilayah udaranya. Selain itu, faktor infrastruktur layaknya tower ATC juga diklaim lebih mumpuni yang ada di Pekanbaru.

Efisiensi AirNav lainnya juga dilihat dari sisi investasi. Jika Perseroan harus menginvestasikan sistem radar dengan kemampuan yang sama seperti apa yang sudah terpasang di Pekanbaru, membutuhkan biaya mencapai Rp 80 miliar. Namun jika hanya menambah jangkauan radar yang sudah ada di Pekanbaru, investasinya hanya sekitar Rp 10 miliar.

 

Tingkatkan Kapasitas Penerbangan

Petugas ATC AirNav Indonesia memantau penerbangan melalui radar
Petugas ATC AirNav Indonesia memantau penerbangan melalui radar (dok: Ilyas)

Sementara itu GM AirNav cabang Pekanbaru Posler Manihuruk, menyatakan bahwa dengana danya layanan berbasis radar untuk wilayah udara Padang, juga meningkatkan kapasitas penerbangan.

“Sebelum dilayani radar, petugas ATC AirNav dan pilot pesawat berhubungan secara manual. Pilot memberi laporan posisinya kepada ATC melalui sambungan komunikasi khusus pilot-ATC. Jadi saling percaya aja karena ATC hanya bisa mengetahui persis keberadaan pesawat dari laporan pilot. Oleh karena itu separasi atau jarak antar pesawat diberi jarak 10 menit penerbangan atau sekitar 80 nautical mile (nm),” ujarnya.

Sedangkan kalau menggunakan radar, ATC bisa tahu persis keberadaan pesawat karena ada data dari radar. Maka jarak antar pesawatnya juga bisa lebih dekat yaitu sekitar 5 nm. Jadi nantinya pesawat yang dilayani bisa lebih banyak dan tingkat keselamatannya juga meningkat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya