Ada Mobil Listrik, Bagaimana Nasib Program Konversi BBM ke BBG?

Sebelum ada program kendaraan listrik, pemerintah sudah menjalankan program konvesrsipenggunaan BBM ke BBG untuk transportasi umum

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Des 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 21 Des 2019, 17:00 WIB
72 Armada BRT Trans Semarang Dipasangi Konverter Gas
Sebuah bus usai mengisi Bahan Bakar Gas (BBG) saat launching "Program Konventer Gas BRT Trans Semarang" di Pelataran Parkir Patra Jasa Semarang, Rabu (9/1). Sejumlah bus mulai beralih menggunakan BBG pada bus sedang (medium) . (Liputan6.com/Gholib)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Pemerintah sedang mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi impor minyak dan pencemaran udara. Namun di sisi lain, pemerintah juga telah menggulirkan penggantian konsumsi (konversi) Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) pada sektor transportasi.

Lalu bagaimana nasib program konversi BBM ke BBG setelah disalip kendaraan listrik?

‎Sekretaris Jenderal Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan, pemerintah sedang fokus mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam dalam negeri untuk menekan impor. Salah satunya dengan menggalakan penyerapan gas bumi yang produksinya masih banyak, dengan menjalankan program konversi BBM ke BBG pada kendaraan.

"Pemerintah prioritaskan penggunaan dalam negeri, ini salah satu subtitusi supaya Current Account Deficit kecil," kata Ego, di Jakarta, Sabtu (21/12/2019).

‎Dengan tujuan tersebut, program konversi BBM ke BBG tetap berjalan meski pemerintah telah menggagas program kendaraan listrik. Menurut Ego ‎konversi BBM ke BBG akan sejalan dengan peralihan kendaraan yang menggunakan BBM ke kendaraan listrik.

‎"Electric Vehicle kita terus akan beralih, kalau gas ini sudah tersedia lama apa lagi kalau betul-betul realisasikan jaringan yang saya bilang dari Sumatera ke Jawa, dulu terbatas sekarang disetiap jalan tol kapan pun ada," paparnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Lebih Murah dari Premium

Pemudik Sepeda Motor Ramaikan SPBU di Brebes
Petugas mengisi bahan bakan ke sepeda motor pemudik di SPBU kawasan Brebes, Jawa Tengah, Minggu (2/6/2019). Sejumlah SPBU di Brebes terpantau ramai oleh para pemudik yang mengisi bahan bakar kendaraannya. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Pemerintah pun akan terus mengimbau masyrakat yang kendaraannya masih mengkonsum‎si BBM untuk beralih menggunakan BBG. Pasalnya, selain dapat menekan polusi udara, harga BBG jauh lebih murah dibanding BBM dengan kualitas terendah jenis Premium, yaitu hanya Rp 4.500 liter. Sedangkan harga Premium saat ini Rp 6.450 per liter.

‎"Kita himbau lebih murah dan bersih, tekhnologi permesinan dulu komplain gas lebih lambat sekarang semua sama," tandasnya.


Menristek Ingin Ada Beda Kendaraan Listrik Buatan Lokal dengan Impor

Konvoi Kendaraan Listrik Sambut Formula E 2020
Mobil BMW i8 Roadster, i8 Coupe dan BMW i3s mengawal konvoi mobil listrik jelang jadwal pelaksanaan balap mobil listrik atau Formula E 2020 di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (20/9/2019). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menaiki mobil listrik berjenis BMW i8 roadster. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, turut hadir di acara Grab peluncuran uji coba kendaraan listrik. Dalam sambutannya, ia memaparkan dengan peluncuran kendaraan listrik mampu memperkuat komitmen untuk mengurangi emisi.

"Event ini sebagai event yang membanggakan dan penting bagi komitmen kita terhadap global, kita berjanji untuk mengurangi emisi. Salah satunya untuk mengurangi polusi udara, di Jakarta, yang datang di dua kelompok yaitu dari pembangkit listrik dan kendaraan," kata Bambang.

Menurutnya, sebagai masyarakat juga harus ikut andil dalam mengurangi polusi tersebut, dengan beralih ke teknologi kendaraan listrik.

Sementara itu, ia juga menyampaikan terkait produksi kendaraan listrik. Menurutnya harus ada perbedaan antara mobil listrik yang diproduksi di Indonesia dan kendaraan listrik dari hasil impor.

"Kita harus menciptakan rangkaian yang penuh, untuk mendukung segala aspek pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia," ujarnya.

Hal itu adalah tahapan yang penting, dalam upaya menyelesaikan polusi udara. Maka, ia mengatakan bahwa PLN harus siap dalam mendukung dan menyuplai energi listrik.

Meskipun memang investasi kendaraan listrik ini mahal di awal, tapi akan banyak keuntungan yang diperoleh jika sudah menggunakan dan menerapkan kendaraan listrik dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan emisi, polusi udara menjadi berkurang.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya