Target Rasio Elektrifikasi 99,9 Persen di 2019 Tak Tercapai

Hingga saat ini, realisasi rasio elektrifikasi baru ‎mencapai 98,89 persen.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 13 Jan 2020, 10:45 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2020, 10:45 WIB
20150812-Pasukan Elite PLN-Jakarta
Ilustrasi sutet listrik.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) gagal mencapai target pemerataan kelistrikan (rasio elektrifikasi) 99,9 persen pada 2019. Sedangkan pada tahun ini ditargetkan mencapai 100 persen.

Dikutip dari data Kementerian ESDM, Senin (13/1/2020), realisasi rasio elektrifikasi ‎mencapai 98,89 persen, sementara instansi yang dipimpin Arifin Tasrif tersebut menargetkan rasio elektrifikasi pada 2019 mencapai 99,9 persen.

Dari 34 provinsi di Indonesia, rasio elektrifikasi 29 provinsi sudah di atas 95 persen, 4 provinsi rasio elektrifikasinya berada di level 90 hingga 95 persen yaitu Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua, serta 1 provinsi berada di level 80 sampai 90 persen yaitu Nusa Tenggara Timur.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, ‎realisasi rasio elektrifikasi nasional pada bulan September 2019 mencapai angka 98,86 persen. Sementara target yang dipasang sampai akhir tahun ini sebesar 99 persen. Target tersebut bisa tercapai jika 1,1 juta rumah tangga sudah ‎terpasang listrik.

"Rasio elektrifikasi sampai September 2019 naik sekitar 0,56 persen dari Desember tahun 2018," kata Rida.

Menurutnya, untuk mencapai target rasio elektrifikasi sebesar 99,9 persen sampai akhir 2019, harus ada 1.103.859 rumah tangga yang harus dilistriki.

Dari sekitar 1,1 juta rumah tangga tersebut, berdasarkan Basis Data Terpadu Badan Pusat Statistik (BPS) dan hasil verifikasi PT PLN (Persero), 710.008 rumah tangga diantaranya merupakan masyarakat tidak mampu, namun sudah ada jaringan listrik dilingkungan rumah mereka.

"Rumah tangga itu tidak dapat membayar sambungan pasang baru karena ketidakmampuan ekonomi," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jurus PLN Genjot Rasio Elektrifikasi di Papua dan Papua Barat

Papua
Warga Tabrauw, Papua Barat yang menikmati listrik.

PT PLN (Persero) berupaya meningkatkan rasio elektrifikasi dua provinsi yang masih rendah, yakni Provinsi Papua dan Papua Barat. Hal ini sejalan dengan komitmen PLN dalam upaya meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia hingga mencapai 100 persen pada 2020.

Direktur Human Capital Management (HCM) PLN Muhamad Ali mengatakan, upaya untuk melistriki Bumi Cendrawasih tersebut tidak mudah dilakukan. Ini mengingat hingga Juli 2019 rasio elektrifikasi Provinsi Papua adalah 48,5 persen dan Papua Barat 91,22 persen.

Dengan jumlah desa total 7.358 (sesuai Permendagri No. 137/2017), masih ada sekitar 1.724 desa yang masih gelap gulita.

"Itulah awal mula yang sekaligus menjadi dasar pertimbangan, PT PLN (Persero) Direktorat Bisnis Regional Maluku dan Papua, menetapkanprogram inisiatif strategis, Ekspedisi Papua Terang (EPT) di 2018," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (4/10/2019).

Langkah awal yang dilakukan PLN untuk membangun sistem kelistrikan, lanjut dia, dengan mengadakan survei kelistrikan, yang menjadi dasar menentukan tahapan atau langkah berikutnya.

Karena itu menurut Ali, sebagai kelanjutan dari Ekspedisi Papua Terang, pada tahun ini PLN menetapkan Program 1.000 Renewable Energy for Papua yang merupakan kerjasama PT PLN (Persero) Direktorat Bisnis Regional Maluku dan Papua dengan Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Universitas Cenderawasih, LAPAN, dan TNI AD.

Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan

Papua
Perawatan kincir air di Kampung Kriku yang membuat adanya energi terbarukan untuk sumber listrik. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Dari hasil kajian dan survei menurut Kepala Divisi Pengembangan Regional Maluku-Papua PT PLN (Persero) Eman Prijono Wasito Adi, ada empat alternatif EBT yang ditawarkan dalam Ekspedisi Papua Terang (EPT) yakni Pembangkit ListrikTenaga Pikohidro; Tabung Listrik (Talis); Pembangkit Listrik TenagaBiomassa (PLTBm); serta PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).

Untuk Pikohidro lebih cocok apabila diaplikasikan pada daerah yang memiliki perbedaan ketinggian. Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro merupakan pembangkit skala sangat kecil yang memanfaatkan energi potensial air untuk menghasilkan listrik berkapasitas hingga 5.000 Watt. Energi potensial air menggerakkan turbin,sedangkan turbin memutar generator, dan generator inilah yang dapatmenghasilkan listrik.

Sedangkan Tabung Listrik merupakan alat penyimpanan energi (energystorage) layaknya power bank, yang digunakan untuk melistriki rumah. Cukup dengan plug-and-play, masyarakat di pedalaman Papua sudahdapat memanfaatkan listrik dengan Talis ini untuk kebutuhan peneranganhingga menyalakan televisi. Talis dapat diisi ulang di Stasiun PengisianEnergi Listrik (SPEL).

Sementara PLTBm adalah pembangkit listrik skala kecil yangmemanfaatkan potensi energi biomassa, seperti bambu, kayu, serat kelapasawit dan bahan organik kering lainnya. Pembakaran biomassamenghasilkan uap air bertekanan yang memutar turbin, kemudianmenggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.

PLTBm yang dikembangkan oleh PLN Regional Maluku dan Papua berkapasitas 3 – 10kW. Seperti yang dikenal selama ini Pembangkit Listrik Tenaga Surya(PLTS), menjadi alternatif melistriki daerah yang sulit dijangkau oleh transportasi darat. Karena itu dengan mengandalkan sumber energimatahari, maka sangat cocok untuk kawasan terpencil. Energi listrik disalurkan melalui jaringan tegangan rendah atau digunakan sebagai SPEL untuk Talis atau Energy Storage (cadangan energi).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya