Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, selama ini deviden PT Telkom Indonesia sebagian besar disumbang oleh Telkomsel. Untuk itu, menurutnya, Telkom lebih baik tidak ada dan Telkomsel dijadikan sebagai BUMN.
"Enak sih Telkom-Telkomsel dividen revenue digabung hampir 70 persen, mendingan tidak ada Telkom. Langsung saja Telkomsel ke BUMN, dividennya jelas," ujar Erick di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Baca Juga
Erick menginginkan Telkom mengubah core bisnis agar dapat bersaing dengan perusahaan milik negara lain. Dia juga ingin perusahaan pelat merah tersebut memiliki database big data seperti halnya Alibaba.
Advertisement
"Makanya kita mau Telkom berubah ke arah salah satunya ke database big data, cloud, masa cloud-nya dipegang alicloud [Alibaba Cloud]. Masa database kita diambil negara lain?," paparnya.
Dia menambahkan, suka tidak suka suatu BUMN harus memberikan sumbangsih pendapatan kepada negara. Sebab, selain pajak sektor andalan untuk pendapatan negara adalah deviden.
"Suka tidak suka kontribusi BUMN ke Indonesia luar biasa dan model BUMN ini memang tidak di semua negara ada, Amerika tidak ada tapi kalau kita lihat China ada, atau pun perusahaan negara di Norwegia ada yang BUMN," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kalah dari Sportify, Wamen BUMN Sindir Kinerja Telkom Indonesia
Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin (BGS) mencibir Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menurutnya belum banyak mengantisipasi kecepatan perubahan zaman. Dia khawatir perusahaan bersangkutan pertumbuhannya mati karena tak bisa beradaptasi.
BGS memberi contoh salah satu BUMN besar yakni PT Telkom Indonesia yang profitnya diatas Rp 20 triliun. Namun perusahaan bersangkutan secara revenue terhitung flat dengan ebitda makin terdepresi.
"Saya tanya mereka (Telkom), rencana ke depan seperti apa. Saya bilang, saya punya hp, saya bayar per bulan Rp 1-1,5 juta. Tapi saya bayar ke perusahaan-perusahaan yang berdiri di atas infrastruktur mereka, itu mungkin Rp 2-3 juta per bulan," tuturnya di Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Dia pun mengaku mengeluarkan uang lebih besar untuk aplikasi hiburan di telepon genggamnya seperti Spotify, Google Drive, dan iCloud. "Kadang-kadang kalau stres saya main Candy Crush," ungkapnya.
"Saya di situ spend more money daripada saya bayar bisnis komunikasi infrastruktur yang dibangun dengan ratusan triliun rupiah per tahun. Kita spend itu bayar ke BUMN, PT Telkom Indonesia," sambungnya.
Advertisement
Pergeseran Pola Industri
Oleh karenanya, ia menilai saat ini telah terjadi pergeseran pola industri. Dia pun menghimbau agar setiap badan usaha responsif terhadap perubahan ini agar tidak gulung tikar.
"So mulai terjadi infleksi itu, saya bilang mereka kalau kita tak gesit melihat dan mengantisipasi jangan-jangan terjadi seperti Aquarius atau Bluebird. Dimana kita terlambat bertindak mengantisipasi terjadinya infleksi dimana peradaban manusia ke depannya berubah," imbuhnya.