PLN Operasikan PLTS Atap Pertama di Bali

PLTS Atap ini terpasang di Kompleks Perkantoran Bali Power Generation Unit, dengan total daya 226 Kilo Watt peak (KWp).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Feb 2020, 15:31 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2020, 15:31 WIB
Pemanfaatan Tenaga Surya Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif
Teknisi melakukan perawatan panel PLTS di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/8/2019). PT PLN menargetkan pengembangan lebih dari 1.000 megawatt PLTS atap yang terdiri dari inisiasi swasta dan PLN sendiri sesuai RUPTL dengan potensi tiga gigawatt untuk PLTS. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PLN melalui anak perusahaannya, yaitu Indonesia Power (IP), mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Kompleks Perkantoran Bali Power Generation Unit, dengan total daya 226 Kilo Watt peak (KWp).

Direktur Utama Indonesia Power M Ahsin Sidqi mengatakan, pengembangan teknologi PLTS ini dimulai Juni 2019 oleh oleh PT Indo Tenaga Hijau, yang merupakan anak perusahaan Indonesia Power. PLTS Atap yang dikembangkan memanfaatkan modul Photo Voltage (PV) dari Canadian Solar.

"Teknologi ini menjadi salah satu metode untuk menurunkan emisi yang dihasilkan oleh unit pembangkit yang selama ini dioperasikan menggunakan energi primer gas ataupun minyak," kata Again, di Jakarta, Senin (24/2/2020).

PLTS Atap Bali Power Generation Unit terpasang di dua titik, dengan memanfaatkan atap pembangkit listrik tenaga diesel gas (PLTDG) yang mampu menghasilkan daya listrik sebesar 136 kWp untuk di Pesanggaran dan yang terpasang diatap kantor pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Pemaron kapasitasnya sebesar 90 kWp.

"Dari kedua PLTS Atap tersebut diperkirakan akan mampu memangkas nilai emisi hingga 39T CO2," tuturnya.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) FX Sutijastoto mengungkapkan, kehadiran PLTS atap yang diiperasikan Indonesia Power merupakan bentuk dukungan terhadap penggunaan energi ramah lingkungan di Bali, penerapan ini pun menjadi pioner di Bali.

"Selamat bagi Anak Usaha PLN, Indonesia Power, hal ini menjadi motivasi bagi instansi lainnya untuk menerapkan hal serupa dalam mendukung penerapan green energy. Apalagi ke depan Bali akan menjadi center of excellence penggunaan EBT,” tutur Sutijastoto.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pertama di Bali

Pemanfaatan Tenaga Surya Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif
Teknisi mengecek panel pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (6/8/2019). PLTS atap ini bertujuan menghemat pemakaian listrik konvensional sekaligus menjadi energi cadangan saat listrik padam. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Gubernur Bali Wayan Koster mengapresiasi pemanfaatan PLTS Atap oleh IP. Ini menjadi pioner di Bali.

“Saya mempelajari nilai nilai lokal yang diberikan oleh leluhur, Bali menyatu dengan alam, menjadi perwujudan salah satu pariwisata dunia terbaik, peresmian ini wujud nyata bahwa PLN dan IP mendukung citra pariwisata di Bali, sebagai pariwisata yang berkualitas, saya sangat berterima kasih akan hal ini. Jadi bukan hanya di hulu, tapi di hilir juga pengembangan EBT diterapkan, ke depan kami juga ingin menggalakkan penggunaan electric vehicle di Bali ini,” papar Koster.

Adapun pengembangan dan pemasangan PLTS ini menjadi wujud nyata komitmen perusahaan dalam mendukung Kota Bali, sebagai salah salah satu daerah terdepan dalam hal upaya pengembangan energi bersih, yang tercermin dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 45 Tahun 2019 tentang Energi Bersih.

Peraturan tersebut turut mengatur tentang pengembangan Bangunan Hijau, bangunan yang memiliki keseimbangan antara energi yang dihasilkan serta energi yang digunakan (zero energy building).

Salah satu poin yang termuat dalam peraturan tersebut adalah bahwa bangunan pemerintah pusat dan daerah, serta bangunan komersial industri, sosial dan rumah tangga dengan luas lantai lebih dari 500 M2 diwajibkan untuk memasang sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dengan tenggat waktu mulai dari 2021 hingga 2024 mendatang.

Selain itu, keberadaan PLTS ini turut membantu memenuhi kebutuhan energi Bali Power Generation Unit dan menjadikannya zero energy building.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya