Cair Bulan Ini, Pemerintah Pakai Dana Efisiensi untuk Bayar Klaim Jiwasraya

Pembayaran dana nasabah PT Jiwasraya tahap pertama akan menggunakan dana efisiensi gedung yang sudah tidak beroperasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mar 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2020, 15:00 WIB
Ilustrasi Jiwasraya
Ilustrasi Jiwasraya (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Staf Komunikasi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengatakan, pembayaran dana nasabah PT Jiwasraya (Persero) tahap pertama akan menggunakan dana efisiensi gedung yang sudah tidak beroperasi. Selain itu, perusahaan tersebut juga akan menggunakan gaji karyawan alih daya (outsourcing) yang sudah tak dibayarkan.

"Maksud dari biaya efisiensi ini, misalkan banyak kantor yang sudah tidak lagi dimaksimalkan, sehingga operasionalnya tidak lagi berjalan. Artinya, listriknya dan pekerja outsource tidak lagi dibayar," ujar Arya saat ditemui di kantor Kementerian BUMN, Senin (9/3).

Arya tidak merincikan jumlah dana yang telah disiapkan Jiwasraya untuk pembayaran dana nasabah tahap pertama. "Soal skema dan nasabah mana yang diprioritaskan akan kita omongkan di panja. Namun, kita akan lihat nasabah mana yang urgensi yang akan dibayar," jelasnya.

Dia menuturkan, pembayaran dana nasabah Jiwasraya tahap pertama masih terus dikomunikasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Selain membahas mengenai pembayaran tahap pertama, pemerintah juga akan mengusulkan beberapa opsi pembayaran dana selanjutnya.

"Di panja, akan ada detil tahapannya. Beberapa hari selesai panja uang nasabah akan dibayarkan. Jadi kita tunggu hasil keputusan panja sebab sudah keputusan bersama untuk menunggu hasil panja dan panja sudah mulai sepakat dengan skema kita," kata Arya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jiwasraya Cicil Klaim Nasabah Mulai Kuartal II 2019

Nasabah Jiwasraya datangi Kantor Kementerian Keuangan
Nasabah Jiwasraya datangi Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu). (Liputan6.com/Athika Rahma)

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyatakan, pembayaran klaim perusahaan asuransi Jiwasraya akan segera dimulai pada kuartal II 2020.

Menurut Arya, hal itu dilakukan sejalan dengan proses penyehatan bisnis perusahaan.

"Nanti kuartal II akan dimulai, tahun ini, yang pasti kuartal II dengan Jiwasraya Putra, holdingisasi, kita bertahap lah," papar Arya di Kementerian BUMN, Kamis (9/1/2020).

Nantinya, akan diprioritaskan pembayaran bagi nasabah-nasabah kecil. Namun, tidak dijelaskan kriteria nasabah kecil tersebut.

Setidaknya, ada 3 langkah yang dilakukan untuk menyehatkan keuangan Jiwasraya. Pertama, dengan membentuk lembaga Jiwasraya Putra.

"Jiwasraya Putra, yang bersih dari induknya, utang dan sebagainya, ini sudah kami mulai sounding ke mana-mana, due diligence nanti investor masuk. Diharapkan Rp 3 triliun masuk," ujarnya.

Kedua, membentuk holding BUMN asuransi. Ketiga, menjual aset untuk mencari investor. 

Serikat Pekerja BUMN Dukung Kejagung Kejar Pembobol Jiwasraya

Gedung Kejaksaan Agung RI (Kejagung).
Gedung Kejaksaan Agung RI (Kejagung). (Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)

Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu (FSPBB) mendukung upaya Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam mengusut tuntas kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Sesuai dugaannya, permasalahan Jiwasraya ini disebabkan kesalahan investasi perusahaan.

Menanggapi hal ini, Sekretaris Jendral FSPPB, Tri Sasono meyakini di dalam kepemilikan saham PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) dan PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP) yang dikelola Heru Hidayat, terdapat indikasi fraud dengan modus transaksi jual-beli saham dengan harga yang tidak wajar.

Motifnya, menurut dia, direksi lama Jiwasraya di era Hendrisman Rahim dan Hary Prasetyo memborong saham TRAM dan IIKP dengan harga yang tinggi. Namun selang beberapa bulan dua saham tadi jatuh dengan nilai yang sangat rendah.

Untuk menyembunyikan transaksi ini, katanya, manajemen lama Jiwasraya kemudian menempatkan sebagian saham TRAM dan IIKP dalam bentuk reksadana saham melalui penunjukkan sejumlah manajer investasi.

“Kalaupun saham tersebut harganya naik juga bukan akibat kinerja bisnis perusahan. Tetapi akibat goreng-menggoreng saham,” katanya kepada wartawan Rabu (8/1/2019). 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya