BI: Suku Bunga Kartu Kredit Indonesia Paling Tinggi di Dunia

Suku bunga yang diterapkan oleh perbankan Indonesia kepada nasabah yakni berkisar 26,6 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Apr 2020, 17:20 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2020, 17:20 WIB
Kartu Kredit
Ilustrasi Kartu Kredit (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, suku bunga kartu kredit Indonesia tertinggi di seluruh dunia. Suku bunga yang diterapkan oleh perbankan kepada nasabah yakni berkisar 26,6 persen.

"Itu suku bunga kartu kredit Indonesia tertinggi seluruh dunia, 26,6 persen. Mbok diturunkan," ujar Perry saat memberikan keterangan dalam Video Conference di Jakarta, Rabu (22/4).

Perry mengatakan, penurunan suku bunga di tengah pandemi Virus Corona sangat penting dilakukan agar memberikan kemudahan berbelanja bagi masyarakat. Sehingga dapat mengurangi aktivitas di luar ruangan.

"Bukan ngajarin ngutang loh ya. Tapi kan zaman lagi susah, jadi untuk mempermudah pembayaran virtual itu. Dalam masa seperti ini mbok ya suku bunga kartu kredit diturunkan," katanya.

Dia menambahkan, penurunan suku bunga kartu kredit sudah disampaikan kepada Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI). Asosiasi juga menyambut baik adanya kebijakan tersebut.

"Terkait kartu kredit juga kami bicara dengan AKKI berbagai kebijakan itu kami diskusi dengan industri, ini zaman lagi susah, ayo gotong royong. Itu biaya untuk QRIS, MDR yang semula masa gratisnya kan sampai Mei yuk diperpanjang sampai September," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

BI Pastikan Inflasi di Bulan Ramadan Tetap Rendah

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan inflasi di bulan ramadan akan terjaga rendah di tengah pandemi virus corona. Di pekan kedua bulan April 2020 diperkirakan inflasi di angka 0,2 persen dan kurang dari 3 persen secara tahunan.

"Sampai minggu kedua bulan april diperkirakan inflasi rendah di 0,2 persen dan secara tahunan juga rendah dari 3 persen," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (17/4). Perry meyakini ekspetasi inflasi akan tetap rendah jika dibandingkan secara historisnya. Hal ini terjadi lantaran penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang telah ditetapkan di beberapa wilayah. Misalnya DKI Jakarta dan beberapa wilayah penyangga Bogor, Depok, Tanggrang dan Bekasi. PSBB juga dilakukan di Makassar dan beberapa daerah lainnya.

Termasuk kebijakan larangan mudik juga akan mengurangi tekanan inflasi dari sisi konsumsi. Sehingga berkurangnya mobilitas manusia akan berdampak pada pola konsumsi.

"Ini akan mengurangi tekanan inflasi dari periode sebelumnya," kata dia.

Pasokan Aman

FOTO: Kenaikan Sejumlah Bahan Pokok Picu Laju Inflasi
Pembeli memilih telur saat berbelanja di sebuah pasar di Jakarta, Rabu (1/4/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen, salah satunya karena adanya kenaikan harga sejumlah makanan, minuman, dan tembakau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Meski begitu Perry meyakini pemerintah akan memastikan pasokan dan distribusi barang tidak terganggu. Baik dari kebijakan pemerintah pusat dan koordinasi di berbagai daerah.

Melihat kondisi ekonomi yang secara keseluruhan menurun itu memperkuat ekspetasi inflasi rendah. Selain itu, Perry menyebut nilai tukar rupiah juga bergerak stabil dan cenderung menguat.

Apalagi harga komunitas pengguna juga rendah. Sehingga dia memastikan inflasi di bulan April-Mei tetap stabil dan lebih rendah.

"Insya Allah inflasi di bulan ramadan juga akan lebih rendah dari bulan historisnya," kata Perry mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya