Pengusaha Bus Pariwisata Bali Minta Insentif Pajak dan BPJS

Sejauh ini pengusaha transportasi belum mendapat keringanan angsuran kredit angkutan dan bantuan lainnya.

oleh Tira Santia diperbarui 26 Apr 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2020, 18:00 WIB
Melihat Para Turis Berlibur di Pantai Kuta Bali
Dua turis berjemur di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang tempat produk lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Persatuan Angkutan Pariwisata (Pawiba) Bali, Nyoman Sudiarta, mengeluh terkait belum berjalannya berbagai macam relaksasi seperti yang dijanjikan oleh pemerintah. Sejauh ini pengusaha transportasi belum mendapat keringanan angsuran kredit angkutan dan bantuan lainnya.

“Adapun yang sudah kami sepakati bahwa para pengusaha pariwisata mendapat penurunan angsuran secara bertahap,” kata Nyoman dalam satu diskusi, Minggu (26/4/2020).

Dirinya mewakilkan pelaku usaha angkutan pariwisata pun meminta kepada para pemerintah untuk menambah relsaksi kepada pra pengusaha angkutan pariwisata di Bali

Adapun sejumlah insentif yang diharapkan adalah penundaan pembayaran angsuran pajak selama 6 bulan. Kemudian juga penghapusan Pajak Penghasilan (PPh) 21 dan 25.

"Kemudian kegiatan BPJS di luar pungutan upah diberikan relaksasi juga, karena saya tidak beroperasi KIR, samsat, Jasa Raharja dari pemerintah relaksasi yang ada di Bali ini," kata dia.


Gara-Gara Corona, Industri Pariwisata Bali Anjlok 93 Persen

Melihat Para Turis Berlibur di Pantai Kuta Bali
Dua turis wanita berpose saat difoto di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Daerah ini merupakan tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Sebelumnya, pandemi Corona memukul keras pertahanan industri pariwisata Indonesia. Bali menjadi salah satu destinasi terdepan yang terhantam pukulan tersebut.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menyatakan, Bali sedang sangat terpuruk dimana seluruh pelayanan oversupply karena tidak ada wisatawan.

"Covid-19 ini, seluruh provinsi mungkin yang paling terdampak 90 persen di pariwisata. Sekarang kita oversupply, kondisi Bali sangat terpuruk," ujar pria yang akrab disapa Cok Ace tersebut via diskusi daring, Jumat (24/4/2020).

Dan ternyata, data Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali mencatat potensi kerugian sektor pariwisata di Bali dari leisure dan mice mencapai USD 9 miliar atau sekitar Rp 140 triliun (kurs Rp 15.639).

"Jadi bisa dilihat potensi lost leisure dan mice ini mencapai USD 9 miliar, dan yang paling besar itu China dan Australia mereka bisa per hari datang 9.000 hingga 10.000 wisman per hari," kata Ketua DPD GIPI Bali Agung Artha.

Agung menambahkan, secara keseluruhan, pariwisata di Bali anjlok hingga 93,24 persen. Jika dirinci, per Januari 2020 pariwisata Bali naik 11 persen year-on-year (yoy) dari 346.113 wisatawan menjadi 384.343 wisatawan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya