Terbukti Dongkrak Harga Sawit, Program B30 Disebut Layak Berlanjut

Program B30 menyebabkan pasar minyak sawit mentah di dalam negeri meningkat sehingga memicu kenaikan permintaan

oleh Nurmayanti diperbarui 10 Jun 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2020, 16:00 WIB
Uji Coba Penggunaan Bahan Bakar B30
Sampel biodiesel B0, B20, B30, dan B100 dipamerkan saat uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6/2019). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Program biodiesel 30 persen (B30) dinilai masih layak dilanjutkan, karena kebijakan ini terbukti efektif mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) milik petani dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Pakar Ekonomi Raden Pardede menjelaskan, program B30 menyebabkan pasar minyak sawit mentah di dalam negeri meningkat sehingga memicu kenaikan permintaan terhadap komoditas tersebut yang dampaknya harga CPO juga terkatrol.

"Tak hanya harga CPO yang meningkat, tapi TBS yang merupakan bahan baku CPO turut menikmati margin. Kebijakan ini sangat membantu para petani sawit. Karena itu, kebijakan ini tepat," ujar dia seperti melansir Antara, Rabu (10/6/2020).

Menurut dia, jika Indonesia tidak menerapkan program B30, bisa dipastikan harga TBS dan CPO akan lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi saat ini, karena sebagian besar komoditas itu diekspor ke luar negeri.

Sayangnya, permintaan dunia akan CPO saat ini dipastikan menurun, mengingat di saat pandemi COVID-19 perekonomian global lesu, industri-industri yang menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit juga mengurangi produksinya.

Dampaknya, permintaan dunia akan minyak sawit juga menurun dan dipastikan menekan harga TBS di tingkat petani.

"Untung saja Indonesia ada program B30 sehingga penurunan permintaan minyak sawit tak terlalu signifikan," kata Raden Pardede melalui keterangan tertulis.

Jadi, menurut dia, pasar minyak sawit di dalam negeri ini harus tetap diamankan sebab kalau tidak ada pasar domestik yang besar, maka harga TBS dipastikan akan anjlok.

Selain itu, ujarnya, manfaat program B30 lainnya yakni menghemat devisa. Keinginan penambahan importasi solar dinilai tidak tepat kendati harga minyak mentah dunia saat ini sangat murah karena banyak devisa negara yang keluar.

 

Lokomotif Ekonomi

Jokowi Luncurkan Implementasi B30 di SPBU Pertamina
Presiden Joko Widodo (tengah) menyaksikan petugas mengisikan bahan bakar ke kendaraan saat meresmikan Implementasi Program Biodiesel 30 persen (B30) di SPBU MT Haryono, Jakarta, Senin (23/12/2019). Jokowi menargetkan implementasi program B40 pada 2020 dan B50 pada 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di saat pandemi COVID-19 ini, kata Raden Pardede, Indonesia harus memiliki lokomotif ekonomi yang mampu membangkitkan perekonomian nasional.

Saat ini, hampir semua sektor ekonomi terpuruk, hanya sedikit sektor ekonomi yang mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19, salah satunya perkebunan kelapa sawit beserta industri turunannya.

Program B30 di 2020 akan menggunakan biodisel sebanyak 9,59 juta kilo liter. Manfaat ekonomi dan sosial dari implementasi Program B30 akan menghemat devisa sebesar 5,13 miliar dolar AS atau setara dengan Rp63,39 triliun sedangkan hilirisasi CPO menjadi biodisel memberikan nilai tambah Rp13,82 triliun.

Dengan program B30 ini akan mempertahankan tenaga kerja (petani sawit) di on farm sebanyak 1,2 juta orang dan di off farm sebanyak 9.005 orang.

Wakil Ketua Komisi IV DPR Hasan Aminuddin mengatakan pemerintah harus memproteksi petani untuk menyediakan pangan masyarakat.

Menurut dia, Program B30 secara tidak langsung juga merupakan proteksi yang dilakukan pemerintah dalam rangka menjaga harga TBS tetap pada harga yang menguntungkan petani.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya