Industri Hotel dan Restoran Diprediksi Masih Lesu hingga Akhir Tahun

Okupansi hotel sangat bergantung pada pergerakan orang.

oleh Athika Rahma diperbarui 24 Jun 2020, 15:20 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2020, 15:20 WIB
Ilustrasi Kamar Hotel
Ilustrasi kamar hotel. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Pelonggaran PSBB dan penerapan New Normal secara bertahap masih belum menjamin nasib industri perhotelan dan restoran tahun ini. Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyatakan, hingga akhir tahun, industri perhotelan dan restoran diperkirakan masih lesu.

Hal ini dikarenakan okupansi hotel bergantung pada pergerakan orang. Hingga saat ini, Maulana menilai pergerakan orang masih minim.

"Karena meskipun PSBB dilonggarkan, orang-orang masih takut untuk keluar rumah kecuali kalau terpaksa perjalanan bisnis. Kondisi hotel sebenarnya ada potensi tumbuh, tapi tidak besar," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (24/6/2020).

Maulana mengatakan, potensi okupansi hotel saat ini masih berada di level single digit, meskipun di beberapa daerah yang terdapat destinasi wisata, okupansinya mencapai 20 persen hingga 30 persen.

Namun, jika dibandingkan kondisi normal, tentu hal ini jauh berbeda. Biasanya, bulan April adalah high seasonnya industri hotel, karena okupansi hotel didominasi oleh perjalanan dinas pemerintah yang berkontribusi sekitar 30 hingga 50 persen terhadap keterisian hotel secara keseluruhan.

"Tapi 6 bulan ke depan, kemungkinan besar pemerintah nggak akan melakukan perjalanan dinas, karena pemerintah sudah merancang 6 bulan ke depan kondisi harus seefisien mungkin, jadi ekspektasinya, kondisi hotel mungkin bisa bangkitnya tahun depan," jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bisnis Restoran

Gara-Gara Corona, Layanan Bufet, Mini Bar, dan Room Service Bakal Hilang Selamanya dari Hotel?
Ilustrasi buffet hotel. (dok. Naim Benjelloun/Pexels/Dinny Mutiah)

Sementara untuk restoran, Maulana mendapatkan kabar dari pengelola mall bahwa okupansi pusat perbelanjaan masih minim, sekitar 20 persen dari 50 persen yang dibatasi. Dengan demikian, hal itu juga bergantung kepada keterisian restoran yang ada di mall.

Hal yang sama juga terjadi di restoran yang berdiri di atas bangunan sendiri. Biasanya, pemesanan makanan dalam jumlah banyak dilakukan oleh pegawai kantor yang terbiasa makan siang bersama-sama di sela waktu kerja atau catering untuk acara kantor.

"Tergantung dari pergerakannya, kantor sekarang sudah mulai masuk tuh. Namun untuk recoverynya, memang semuanya ini saling berkaitan," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya