Kementan Tegaskan Bukan Produsen Produk Herbal Eucalyptus

Kementan pada Mei lalu melaunching inovasi produk herbal berbasis eucalyptus.

oleh Tira Santia diperbarui 06 Jul 2020, 12:20 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2020, 12:20 WIB
Kalung dari tanaman eucalyptus sebagai produk kesehatan. Kalung ini dipercaya bisa menjadi antivirus Corona. (Dok Kementan)
Kalung dari tanaman eucalyptus sebagai produk kesehatan. Kalung ini dipercaya bisa menjadi antivirus Corona. (Dok Kementan)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) pada Mei lalu melaunching inovasi produk herbal berbasis eucalyptus. Diketahui produk inovasi tersebut dalam bentuk roll on, inhaler, balsam, minyak aromaterapi dan kalung aromaterapi.

Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbang) Kementan, Fadjry Djufry, memaparkan alasan Kementan yang mengeluarkan inovasi produk herbal, dikarenakan Kementan adalah Lembaga pemerintahan, bukan perusahaan. 

Kementan dalam hal ini adalah penghasil teknologi termasuk produk eucalyptus. Maka Kementan menggandeng PT Eagle Indopharma sebagai produsen yang akan memproduksi langsung produk hasil inovasi tersebut.

“Balitbangtan sebagai salah satu unit eselon 1 di bawah Kementan, yang memiliki mandat melakukan penelitian dan pengembangan, termasuk meneliti potensi eucalyptus yang merupakan salah satu jenis tanaman atsiri,” kata Fadjry, dalam konferensi pers Pemanfaatan eucalyptus, Senin (6/7/2020).

Jelasnya, memang saat awal pandemi, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) yang memiliki mandat melakukan penelitian bidang tanaman rempah, obat dan atsiri, sudah menginventarisir beberapa tanaman potensial sebagai peningkat imunitas dan juga antivirus.

“Data ini diperoleh baik dari hasil-hasil penelitian selama hampir 40 tahun Balittro berdiri ataupun dari publikasi ilmiah. Ada sekitar 50 tanaman yang diidentifikasi, dan lebih 20 yang sudah diekstraksi dan diketahui bahan aktifnya,” ujarnya.

Kemudian, dilakukan pengujian oleh Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) terhadap kemampuan antivirus, pada virus influenza dan virus corona model (beta dan gama corona).  Kata Fadjry, saat ini di Indonesia,  belum ada laboratorium yang mampu menumbuhkan virus SARS-CoV-2 pada sel kultur. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ekstrak Tanaman

Tanaman kayu putih (Dok. Kementan)
Tanaman kayu putih (Dok. Kementan)

Sehingga, hasil pengujian menunjukkan beberapa ekstrak tanaman potensial sebagai antivirus pada pengujian in vitro pada media tumbuh.  Dengan konsentrasi terukur minyak eucalyptus mampu membunuh hingga 100 persen virus influenza maupun virus corona.

“Tahapan selanjutnya dari penelitian ini adalah pengembangan produk dengan bahan dasar minyak oleh Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian(BB Pascapanen) yang memiliki kompetensi termasuk pengembangan produk berbasis nanoteknologi,” ujarnya.

Terdapat lima bentuk sediaan yang dikembangkan, yaitu roll on, inhaler, balsam, minyak aromaterapi dan kalung aromaterapi.  Saat ini paten atas produk eucalyptus sudah didaftarkan ke Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan sudah dilisensi oleh mitra industri.

“Selain itu untuk pemasarannya, ijin edar dari BPOM sebagai obat tradisional sudah keluar.  Untuk bisa mendapat ijin edar tentunya sudah melewati proses evaluasi oleh Tim Pakar dari BPOM terkait kemampuannya,” pungkasnya.

 

Kata Akademisi

Kementan
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry menegaskan bahwa produk antivirus corona berbasis tanaman atsiri (eucalyptus)

Dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Zullies Ikawati mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam membuat inovasi kalung dari tanaman eucalyptus sebagai produk kesehatan. Dia menyebut, produk ini sangat cocok untuk orang yang terpapar Corona Covid 19.

"Saya kira, sebagai pendukung untuk gejala covid inovasi ini sangat bagus karena covid biasanya sesak nafas. Jadi ini sangat pas sekali," kata Zullies dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (5/7/2020). 

Meski demikian, kata Zullies, untuk sebagai antivirus Corona pembuktian menuju ke sana masih harus melalui beberapa proses panjang. Termasuk uji klinis di tingkat kementerian dan lembaga lain.

"Kalau uji invitro saya setuju dan saya kira memang ada potensi menjadi antivirus. Tapi kan untuk menjadi satu obat pasti ada alurnya," katanya.

Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Kementerian Pertanian, Indi Dharmayanti menegaskan bahwa semua inovasi yang dilakukan Kementan masih dalam tahap invitro dengan proses riset dan penelitian yang masih panjang.

"Sebenarnya bukan obat untuk corona, karena riset masih terus berjalan. Tapi ini adalah ekstrak dengan metode desilasi untuk bisa membunuh virus yang kita gunakan di laboratorium. Toh sesudah kita lakukan screening ternyata eucalyptus ini memiliki kemampuan membunuh virus influenza bahkan corona," tutupnya.

Namun, kata Indi, produk ini tetap akan dipasarkan melalui pihak ketiga, dalam hal ini perusahaan yang bergerak di bidang minyak berbahan dasar tanaman eucalyptus. "Dalam waktu dekat mungkin akan dipasarkan melalui perusahaan swasta," tutupnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya