10 Kota Termahal di Dunia untuk Ditinggali

Harga makanan dan minuman di kota-kota di Swiss cukup mengejutkan, dan mampu menguras isi dompet.

oleh Tira Santia diperbarui 19 Jul 2020, 21:06 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2020, 21:06 WIB
20170410-Murray dan Federer Tanding di Atas Sungai-AP
Petenis asal Swiss, Roger Federer (kiri) bertanding melawan petenis asal Inggris, Andy Murray di lapangan kecil di atas sungai Kota Zurich, Senin (10/4). Kedua petenis itu terlibat dalam program amal The Match For Africa 3. (Michael Buholzer/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi banyak orang pasti menghindari tinggal di kota yang biaya hidupnya tinggi. Nah, dari sekian ribu kota di dunia ini, kira-kira kota di negara mana saja yang termasuk ke dalam kota termahal untuk ditinggali?

Menurut survei biaya hidup yang dilakukan oleh Educational credential assessment (ECA) International, terdapat beberapa kota di dunia yang ternyata memiliki biaya hidup yang sangat tinggi. 

Survei ini berfokus pada barang dan jasa yang digunakan secara harian. Mulai dari bahan makanan hingga kebutuhan dasar, seperti barang-barang rumah tangga, dan pengeluaran umum, termasuk pakaian, peralatan listrik, makan di luar, keanggotaan gimnasium, dan alkohol serta tembakau.

Dalam survei tersebut tidak termasuk akomodasi, utilitas, dan biaya sekolah, karena perusahaan mengatakan biasanya dikompensasi secara terpisah oleh beberapa negara.

Dilansir dari laman Forbes.com, Minggu (19/7/2020), berikut ini 10 kota termahal untuk ditinggali:

Negara Swiss, selain menghasilkan salah satu merek jam tangan mewah terkenal di dunia, juga menjadi pusat dari kota-kota termahal di dunia, yakni pertama Bern, kedua Zurich, ketiga Jenewa, dan keempat Basel.

Harga makanan dan minuman di kota-kota di Swiss tersebut cukup mengejutkan, dan mampu menguras isi dompet.

Misalnya, harga secangkir Cappuccino ukuran sedang di sebuah kafe di Zurich berharga USD 5,98 atau Rp 88 ribu (USD 1=Rp 14.782), dibandingkan harga di New York yang di angka USD 4,56 atau Rp 60 ribu, dan di Hong Kong yang sebesar USD 5,01 atau Rp 73 ribu, sedangkan di London hanya USD 3,66 atau Rp 44 ribu.

Itulah salah satu contoh biaya hidup sehari-hari yang Anda harus keluarkan untuk membeli secangkir Cappuccino di kota termahal Zurich atau Jenewa. Fantastis bukan?

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ashgabat

Lalu, kota termahal kelima adalah Ashgabat, ibu kota sekaligus kota terbesar Turkmenistan. Ashgabat mempertahankan gelarnya sebagai salah satu kota penguras dompet terbesar di dunia.

Selama setahun terakhir ibu kota Turkmenistan telah menjadi pilihan dari imigran yang hendak tinggal di negara tersebut, dan menjadi impian bagi banyak orang lainnya.

Tak heran, Ashgabat disebut sebagai kota termahal untuk ditinggali, karena merupakan bagian dari negara di Asia yang kaya minyak, dan memegang rekor dunia untuk kota yang bangunan-bangunannya dihiasi dengan marmer putih, tentu ini menjadi daya tarik yang luar biasa.

 


Hong Kong

FOTO: 23 Tahun Penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China
Kapal tongkang dengan spanduk bertuliskan “Rayakan Hukum Keamanan Nasional” berlayar di Victoria Harbour pada peringatan 23 tahun penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China di Hong Kong, Rabu (1/7/2020). Hong Kong menandai 23 tahun penyerahan dari Inggris ke Cina pada 1 Juli. (Anthony WALLACE/AF

Sedangkan, urutan keenam ditempati oleh Hong Kong. Sebelumnya Hong Kong menempati urutan kelima, namun tergeser oleh Ashgabat. Dikarenakan adanya kerusuhan sosial, yang memicu runtuhnya mata uang dan alami krisis ekonomi.

Bahkan, Hong Kong diperkirakan jatuh jauh ke bawah daftar kota termahal untuk ditinggali, karena demonstrasi politik yang sedang berlangsung dan kadang-kadang terlihat di jalan-jalan selama tahun lalu.

Tetapi menurut ECA International, Steven Kilfedder mengatakan sebagian telah terlindung dari ekonomi yang terkait erat dengan dolar AS, yang "berkinerja baik."

Hong Kong juga tangkas melakukan lockdown saat pandemi covid-19 merajalela, dan mampu bertahan sehingga perekonomiannya mampu terjaga, meski berbulan-bulan sebelumnya sering terjadi kerusuhan politik di kota itu. 

 


Tokyo

Waga Jepang
Sejumlah orang menggunakan payung dan topi untuk melindungi dirinya dari sinar matahari selama gelombang panas saat melintasi jalan di distrik Shinjuku Tokyo, Minggu (4/8/2019). Setelah menyerang beberapa wilayah di Eropa, suhu tinggi juga terjadi di Jepang. (Charly TRIBALLEAU / AFP)

Ketujuh, ditempati oleh kota Tokyo; kedelapan, Tel Aviv yang merupakan sebuah kota metropolitan di Israel. Disusul urutan kesembilan kota Yerusalem, demikian yang kesepuluh kota Yokohama Jepang.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya