Tangani Covid-19, Indonesia Bakal Terima 10 Juta Dosis Vaksin dari UEA

Dalam rangka pengembangan vaksin covid-19, Indonesia akan menerima 10 juta dosis vaksin dari Uni Emirates Arab (UEA).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Agu 2020, 20:37 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2020, 20:15 WIB
20160629-Ilustrasi-Vaksin-iStockphoto
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka pengembangan vaksin covid-19, Indonesia akan menerima 10 juta dosis vaksin dari Uni Emirates Arab (UEA). Hal ini sebagai bentuk kerjasama Indonesia melalui Kimia Farma dan Indofarma dengan UEA melalui G42 Healthcare.

“Saat ini G42 telah menjalin kerjasama dengan Kimia Farma untuk vaksin dan juga dengan Indofarma terkait test kit menggunakan teknologi laser dan artificial intelligence untuk mendeteksi virus covid-19," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam video konferensi, Sabtu (22/8/2020).

"Teknologi ini kita nilai akan dapat membantu tracing secara lebih cepat dan tentunya akan membantu mendukung kegiatan ekonomi yang aman,” lanjut dia.

Tak hanya itu, Retno juga menyebutkan adanya kerjasama jangka panjang dengan UEA.

“Misalnya penelitian bersama dengan menggunakan artificial intelligence. Tidak hanya untuk mendeteksi covid-19 namun juga penyakit lainnya. Kemudian kerjasama untuk distribusi produk farmasi indonesia di pasar-pasar Timur Tengah, Afrika dan wilayah lainnya. Dan pihak G42 menanggapi secara positif usulan-usulan tersebut dan akan melanjutkan komunikasi dan bahkan akan berkunjung ke Indonesia sesegera mungkin,” beber dia.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sabar, Vaksin Covid-19 dari Sinovac Masih Perlu Diolah Sebelum Diedarkan

Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Kementerian BUMN menegaskan vaksin yang diterima dari Sinovac masih berupa bahan baku konsentrat, dan bukan produk jadi. Dalam hal ini, Bio Farma kemudian bertindak sebagai pengolah hingga vaksin siap edar.

“Jadi bio farma itu mendapatkan bahan baku dari Sinovac, bahan baku ini akan diformulasikan di Bio Farma kemudian di-filling di Bio Farma dan packaging di Bio Farma,” ujar Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Sabtu (22/8/2020).

Arya pun mengibaratkan proses formulasi vaksin Covid-19 ini seperti membuat rendang. Meski bahan bakunya berasal dari Sinovac, namun yang meracik vaksin tersebut tetap produsen farmasi dalam negeri yaitu Bio Farma.

"Nah, formulasi itu seperti ini loh, seperti orang kalau bikin rendang padang. Kalau rendang padang itu kan bahan bakunya daging nih. Nah di situ dipotong pooting kecil, kemudian dikasih bumbu, dikasih santan, dikasih kelapa, dikasih kunyit, dikasih cabe, dikasih garam, baru tuh dimsuk kuali, dipanasin sampai kering, jadilah rendang. Jadi bahan bakunya doang yang dari Sinovac. Untuk membuat rendangnya itu ya Bio Farma," jelas dia.

"Kemudian di-filling ini bentuknya seperti vaksin dalam ampule, udah masuk dalam ini ya. Kayak rendang dimasukin dalam piring kecil apa semua. Kemudian packaging, nah di-packaging baru diedarkan," lanjut dia.

Dengan demikian, Arya kembali menegaskan bahwa tahapan-tahapan tersebut harus terlebih dahulu dilakukan oleh Bio Farma sebelum diedarkan di masyarakat.

“Formulasinya itu Bio Farma dapat dalam bentuk bulk, bahan bakunya bentuknya bulk, kemudian diformulasikan,” tegas dia.

Sebelumnya, PT Bio Farma dan perusahaan farmasi Cina, Sinovac menandatangani perjanjian Preliminary Agreement of Purchase dan Supply of Bulk Product of Covid 19 Vaccine tentang komitmen ketersediaan suplai bulk vaksin hingga 40 juta dosis vaksin mulai November 2020 hingga Maret 2021.

Penandatanganan itu disaksikan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno L Marsudi dan Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir di Sanya, China, 20 Agustus 2020.

Usai Sinovac, RI Jajaki Kerja Sama dengan 2 Produsen Farmasi China untuk Vaksin Covid-19

Vaksin corona
Vaksin corona sudah tiba di Indonesia dan akan diuji klinis oleh Bio Farma./ cottonbro from Pexels

Indonesia tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah perusahaan farmasi asal China. Hal ini guna memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 di Indonesia. 

Setelah Sinovac, Indonesia juga tengah menjajaki kerjasama dengan perusahaan farmasi Tiongkok lainnya, yaitu CanSino Biologics dan Sinopharm.

Penjajakan kerja sama tersebut dilakukan Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Erick Thohir bersama dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang Presiden Joko Widodo untuk menindaklanjuti beberapa kerjasama bilateral, termasuk kerjasama di bidang vaksin dan kerjasama ekonomi lainnya dengan China.

“Kami di Komite memperbesar dan melakukan berbagai daya upaya untuk mengurangi penyebaran virus sambil terus membangun kemandirian bangsa lewat pengembangan vaksin Merah Putih dan terapi penyembuhan. Sambil menunggu vaksin Merah Putih, vaksin dari negara lain masih dibutuhkan untuk melindungi masyarakat Indonesia agar Kesehatan Pulih, Ekonomi Bangkit," kata Erick dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (21/8/2020).

Erick menambahkan, Indonesia juga terus terbuka dan menjajaki kerjasama internasional lainnya untuk memastikan dan mengakselerasi ketersediaan vaksin Covid-19 yang aman dan efektif di Indonesia.

Kerjasama internasional di bidang vaksin menjadi salah satu dari berbagai berbagai upaya pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19, diantaranya melakukan 3T (test, trace, treat), mendorong perubahan perilaku, menyiapkan kemandirian bangsa lewat pengembangan vaksin merah putih, dan terapi penyembuhan, hingga menyiapkan kapasitas produksi dan distribusi di dalam negeri untuk produksi dan vaksinasi massal. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya