Faisal Basri Prediksi Ekonomi Indonesia Minus 3 Persen di Kuartal III 2020

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2020 berada pada kisaran 0 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Agu 2020, 13:45 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2020, 13:45 WIB
FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2020 Minus 5,32 Persen
Anak-anak bermain di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom senior Faisal Basri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2020 akan minus 3 persen. Angka ini jauh lebih dalam dibandingkan proyeksi ditetapkan pemerintah di kisaran 0 persen sampai dengan minus 2 pesen.

"Perkiraan saya minus 3 persen (di kuartal III 2020)," kata dia saat diskusi dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Senin (31/8/2020).

Pemerintah tidak perlu takut dan fokus menghindari resesi yang terjadi. Terpenting saat ini adalah terus berubaya dengan berbagai kebijakan serta mendorong realisasi program pemulihan ekonomi nasional. "Jangan fokus menghindari resesi," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2020 berada pada kisaran 0 hingga -2 persen. Dengan pergeseran yang belum solid, bahkan dia memperkirakan keseluruhan outlook untuk 2020 pada kisaran -1,1 sampai dengan 0,2 persen.

"Indikator di bulan Juli kita memang melihat downside ternyata tetap menunjukkan suatu risiko yang nyata. Jadi untuk Kuartal ketiga kita outlooknya adalah antara 0 hingga negatif 2 persen. Kita lihat karena negatif 2 persen tadi pergeseran dari pergerakan yang belum terlihat, ini sangat sulit meskipun ada beberapa yang sudah positif," kata Sri Mulyani dalam APBN KiTa, pada Selasa 25 Agustus 2020.

Dia mengatakan, kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menghadapi situasi ini adalah konsumsi dan investasi. Menurutnya, meskipun pemerintah sudah all out, namun jika kedua kunci tersebut masih negatif, maka akan sangat sulit mencapai zona netral.

"Ini harus dilihat dan dimonitor. Makanya, presiden minta Menteri fokus melihat indikator investasi. Kuartal II kontraksi dalam. Kuartal III dan Kuartal IV bisa mulai pulih paling tidak mendekati 0 persen," imbuhnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mulai Membaik

Pemerintah Serahkan Draft RUU Omnibus Law
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) menyerahkan draft RUU Omnibus Law kepada Ketua DPR Puan Maharani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/2/2020). Pemerintah mengajukan RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dan RUU Omnibus Law Perpajakan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto membeberkan trend indikator pertumbuhan ekonomi terus mengalami perbaikan. Dibandingkan dengan negara lain, Airlangga menyebut kontraksi Indonesia di kuartal II tak terlalu dalam.

Dimana ekonomi Indonesia terkontraksi - 5,32 persen. Sementara Filipina -16,5 persen, Singapura -12, Jerman -11, dan Perancis hingga -19.

“Trend Perekonomian berbagai indikator sudah ada perbaikan arah positif. Stock market sudah mendekati balik ke Rp 81 triliun dari Rp 90 triliun. Dan pandemic ini yang terburuk ada di akhir Maret, awal April. Dimana seluruh chart itu berada di bawah, tapi beberapa sudah naik,” ujar Airlangga dalam Konferensi Pers Nota Keuangan dan RUU APBN 2021, Jumat (14/8/2020).

Selain itu, Airlangga juga mencatat harga minyak yang relatif naik. Tembaga dan aluminium juga menunjukkan tren yang sama. Demikian juga CPO juga sudah RM 2.800/ton.

“Jadi, kira kira sudah diatas harga. Lalu, ini juga relatif harganya baik. Dari ekonomi baik di Sumatera dan Kalimantan gak sedalam di Pulau Jawa,” kata Menko.

Menko Airlangga menyebutkan beberapa sektor yang jadi pengungkit pemulihan pertumbuhan ekonomi. Dalam catatannya, pertambanagn sudah menunjukkan pertumbuhan positif. Lalu, beberapa sektor keuangan, pendidikan, real estate, properti disebut Airlangga jadi pengungkit yang memiliki multiplier besar.

“Lalu industri utiliti dan kesehatan. Domestik ekonomi, kendaraan bermotor sudah naik. Penjualan retail juga sudah naik. Indeks keyakinan konsumen naik, survei dunia usaha dari -13 sudah membaik. Trendnya sudah membaik seiring dengan kegiatan di Global. Kami juga melihat sektor perbankan, korporasi strukturnya sudah 17 persen. UMKM sudah 50-55 persen,” rincinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya