Strategi Pemerintah Tekan Harga Vaksin Covid-19 Supaya Lebih Murah

Pemerintah terus mendorong kerjasama multilateral dalam pengadaan vaksin Covid-19 untuk masyarakat Indonesia.

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Sep 2020, 11:50 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2020, 11:50 WIB
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)
Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, pihaknya terus mendorong kerjasama multilateral dalam pengadaan vaksin Covid-19 untuk masyarakat Indonesia.

Selain bekerjasama dengan lembaga kesehatan dunia, didorong pula opsi bantuan finansial melalui mekanisme Official Development Assistance (ODA) yang diharapkan dapat membuat harga vaksin menjadi lebih murah.

"Yang pasti, dengan bantuan financial ODA diharapkan harga vaksin akan lebih murah dibanding mekanisme yang lain," kata Menlu Retno dalam tayangan virtual, Rabu (16/9/2020).

Sejak awal, Indonesia gencar melakukan diskusi pengadaan vaksin dengan negara-negara lain. Pemerintah terus berkomunikasi dengan Covac Facilities, yang merupakan aliansi pengembangan vaksin yang dipimpin Gavi, Koalisi untuk Kesiapan Inovasi Epidemi (CEPI), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memastikan ketersediaan vaksin dan harga yang bakal ditetapkan nantinya.

Kemudian pada hari ini, pemerintah juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan UNICEF dalam pengadaan infrastruktur distribusi vaksin. Retno bilang, dengan adanya infrastruktur yang memadai, penyaluran vaksin akan lancar dan tidak mengalami hambatan berarti.

"Dengan MoU ini, ketika vaksin (yang didapatkan) lewat jalur multilateral sudah ada, maka infrastrukturnya sudah ada sehingga tidak terjadi delay dalam delivery-nya," tutur Retno.

Retno menegaskan, saat ini pemerintah menjalankan seluruh ikhtiar agar masyarakat Indonesia bisa bebas dari pandemi Covid-19. Usaha tersebut dilaksanakan dengan berbagai kerjasama baik jangka pendek melalui kerjasama pengadaan vaksin maupun jangka panjang melalui pengembangan vaksin merah putih.

"Kerja sama dengan pihak dalam negeri dan luar negeri bukan lagi jadi opsi, tapi jadi keharusan agar kita bisa menang dalam melawan Covid-19," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Indonesia Pesan 20 Juta Vaksin Covid-19 Tambahan ke Uni Emirat Arab

Teori Konspirasi Seputar Pandemi Covid-19
Ilustrasi Konspirasi Penemuan Vaksin Covid-19 Credit: pexels.com/Polina

Pemerintah akan mendapat alokasi vaksin Covid-19 sebanyak 30 juta dosis pada kuartal IV 2020. Salah satunya berasal dari perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA), G42 Healthcare Holdings.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memproyeksikan Indonesia bisa menyediakan hingga 50 juta dosis vaksin virus corona pada akhir tahun ini.

Untuk itu, ia berencana menemui Menteri Energi dan Industri UEA Suhail Mohammed Al Mazrouei guna meminta tambahan 20 juta alokasi vaksin dari negara tersebut.

"Vaksin itu kita akan dapat tahun ini kira-kira 30 juta (dosis), dan kami coba sampai ke 50 juta. Nanti mungkin dari G42 dari Abu Dhabi ketemu saya nanti sore mau bicara sama Menteri Suhail mau minta tambahan 20 juta lagi masuk sini," ujarnya dalam sesi teleconference, Selasa (15/9/2020).

Luhut percaya, jika tambahan vaksin Covid-19 berhasil didatangkan, maka masyarakat Indonesia bakal lebih kebal dari pandemi virus corona.

"Kalau itu dapat, jadi kita 3 bulan ini bisa manage Covid-19 jika vaksin bisa masuk. Basically kita akan lebih baik," kata Luhut.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah terus berkoordinasi dengan berbagai lembaga dunia untuk memproduksi vaksin Covid-19. Salah satunya dengan G42 Uni Emirat Arab (UAE).

Negara Timur Tengah tersebut bekerjasama dengan Kimia Farma dan berkomitmen untuk menyediakan 10 juta dosis vaksin untuk akhir 2020.

"Kemudian kita melalui G42 telah melakukan juga kerjasama untuk mendapatkan akses. Saat sekarang sedang melakukan clinical trial di UAE. Akses vaksin kita 60-110 juta (secara keseluruhan)," ungkapnya.

Kerjasama Lain

China Pamerkan Vaksin Covid-19 di Pameran
Kandidat vaksin China National Biotec Group (CNBG) untuk virus corona Covid-19 diperlihatkan dalam Pameran Internasional China untuk Perdagangan Jasa (CIFTIS) di Beijing, 6 September 2020. Untuk pertama kalinya, China akhirnya resmi memamerkan produk dalam negeri vaksin COVID-19. (NOEL CELIS/AFP)

Selain itu, ia memaparkan, pemerintah juga menggalang kerjasama dengan Sinovac Biotech, AstraZeneca, Gavi, dan CEPI untuk mempabrikasi vaksin corona. Airlangga pun memperkirakan varian harga dari bermacam dosis vaksin tersebut.

"Melalui Gavi dan CEPI ini harga daripada vaksin diperkirakan akan lebih rendah, sekiar USD 3-5. Sedangkan Sinovac itu antara USD 10-20," terang dia.

Tak hanya itu, ia menambahkan, pemerintah juga berinisiatif memproduksi vaksin Covid-19 buatan anak bangsa, yakni vaksin merah putih. Rencananya, itu bakal disediakan memasuki kuartal III 2021 mendatang.

Airlangga pun mengingatkan, proses vaksinasi tidak serta merta akan sukses dilaksanakan dalam satu kali. Sebab, ada beberapa jenis vaksin yang harus disuntikan beberapa kali guna memberikan kekebalan tubuh terhadap virus corona.

"Ini berbagai vaksin memang jenis imunisasinya berbeda, ada yang satu kali dan dua kali. Sinovac tampaknya dua kali. Kemudian ada yang diperkirakan satu kali. Sehingga akan berbeda metode dan harganya," ujarnya.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya