Sri Mulyani Minta Anak Buah Tulis Buku: Ilmu Tak Boleh Pensiun

Menurut Sri Mulyani, Kementerian Keuangan saat ini menjalankan apa yang disebut corporate university.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Okt 2020, 11:47 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2020, 11:45 WIB
FOTO: Sri Mulyani Bahas Program PEN Bersama Komisi XI DPR
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) dan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana (kanan) saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/8/2020). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati meminta kepada anak buahnya di lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk menulis buku. Buku tersebut berisi berbagai macam pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan negara.

Sri Mulyani menjelaskan, setiap masyarakat harus mengerti kondisi keuangan negara saat ini dan juga cara-cara pengelolaan keuangan negara. menurutnya, buku menjadi salah satu sarana yang bisa digunakan. 

"Saya sekarang betul-betul menginginkan banyak para pejabat Kementerian Keuangan yang sudah melaksanakan dan melalui proses ini menuangkan dalam berbagai macam buku dan sharing pengalaman dan knowledge ini," kata dia dalam video conference di Jakarta, Senin (26/10/2020).

Sri Mulyani  tak ingin ilmu dan pengetahuan hanya menempel pada pejabat itu sendiri. Karena, jika tidak diaplikasikan atau dibagikan kepada masyarakat, sewaktu-waktu pejabat itu mengakhiri masa tugasnya, ilmu yang sebagian banyak bersifat pasif knowledge itu juga akan ikut pensiun.

"Padahal seharusnya ilmu itu tidak boleh tired atau tidak boleh pensiun. Ilmu harus terus berkembang," katanya.

Atas dasar itu, Kementerian Keuangan sekarang menjalankan apa yang disebut corporate university. Di mana setiap pejabat, dia adalah pemegang dan sekaligus produser ilmu. Sehingga ilmu mengenai keuangan negara dan pemegang dan produsen ilmu ini tidak boleh kemudian ilmunya tidak ditangkap, tidak kemudian dibagikan.

"Inilah yang sekarang kami giatkan di dalam berbagai macam cara Kementerian Keuangan untuk terus meng-capture berbagai ilmu yang muncul di dalam kita melaksanakan suatu reformasi di bidang keuangan negara," jelas Sri Mulyani.

Dia menyadari, banyak sekali para pejabat kita yang luar biasa, mereka biasa diam, tidak bicara, namun ilmunya banyak. Sehingga pribahasa makin dalam ilmunya semakin tenang tidak bisa terbantahkan.

"Tapi kalau terlalu tenang hanyut nanti negara Indonesia nggak mendapatkan ilmu itu," kata Sri Mulyani.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Berbagi Ilmu

FOTO: Sri Mulyani Bahas Program PEN Bersama Komisi XI DPR
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/8/2020). Sri Mulyani memastikan pencairan bantuan Rp 600 ribu bagi para pekerja yang memiliki gaji di bawah Rp 5 juta akan dimulai pekan ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Oleh karenanya, Bendahara Negara itu menginginkan banyak sekali para pejabat yang sekarang menjadi widyaiswara untuk menuangkan pengalaman dan ilmu yang mereka dapatkan. Sehingga bisa ditangkap dan kemudian dibagikan ke generasi muda baik di lingkungan Kemenkeu atau bahkan di luar Kemenkeu.

"Inilah yang kita sebut knowledge management dan ini dilakukan oleh BPPk Terima kasih Pak Marwanto Harjowiryono terus melaksanakan tugas ini secara progresif dan melalui penyebaran knowledge tersebut dan mengakulasi knowledge tersebut di dalam library kita," ujar dia.

Seperti diketahui, Mantan Direktorat Jenderal Perbendahadaraan Kemenkeu, Warwanto Harjowiryono baru saja menerbitkan buku berjudul Treasury Indonesia : Moderenisasi Pengelolaan Perbendaharaan Berkelas Dunia.

"Buku yang diluncurkan haru ini betul-betul berisi ilmu dan informasi sangat penting. Dan dalam kondisi kita mneghadapi covid itu sangat berarti karena anda banyak sekali saat ini memiliki waktu untuk belajar," katanya.

Dia berharap ilmu pengetahuan, pengalaman itu terus dikembangkan dan dibagikan menjadi sebuah estafet. Sehingga terus menerangi RI dan menuju cita-cita Indonesia menjadi negara maju, adil, beradab, dan sejahtera.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya