Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi minus 3,49 persen. Capaian tersebut lebih baik jika dibandingkan posisi pada kuartal II-2020 yang tercatat minus 5,32 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai pertumbuhan ekonomi di kuartal III tersebut telah menunjukkan adanya perbaikan kendati masih terkontraksi. Sehingga dia optimis proses pemulihan ekonomi nasional telah berada di jalur yang benar.
"Perekonomian kita sudah sampai dalam titik terendah atau dalam rock bottom. Di dalam triwulan ketiga kemarin kita terkontraksi sebesar 3,49 persen ini lebih baik dari triwulan kedua sebesar minus 5,32 persen," ujar Airlangga dalam acara peluncuran "Indonesia Fintech Society (IFSoc)", Senin (9/11).
Advertisement
Airlangga mengungkapkan, secara tahun ke tahun memang pertumbuhan ekonomi nasional masih minus. Namun, bila dilihat secara kuartalan maka terlihat bahwa ekonomi nasional mulai pulih.
"Kalau dari kuartal II ke III ada kenaikan 5 persen. Maka ini sudah masuk jalur positif sehingga di kuartal IV bisa positif," paparnya.
Pun, imbuh Airlangga, tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia kini sudah lebih dari 84 persen. "Ini lebih baik dari pada rata-rata kesembuhan dunia yang mencapai 81,9 persen," terangnya.
Oleh karena itu, di kuartal IV tahun ini pemerintah akan lebih jor-joran dalam implementasi berbagai program akselerasi pemulihan ekonomi nasional.
"Diantaranya, mempertahankan tingkat konsumsi pemerintah, hingga memaksimalkan realisasi dana investasi lebih dari Rp205 triliun," tutupnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Chatib Basri Sebut Ekonomi Indonesia Mulai Pulih di 2022
Ekonom Chatib Basri memperkirakan ekonomi Indonesia akan pulih mulai tahun 2022 jika persoalan pandemi COVID-19 sudah bisa diatasi.
“Setelah pandemi bisa diatasi, aktivitas mulai mengarah kepada normal, baru kita bicara tahap pemulihan, sekarang itu survival,” kata Chatib Basri seeorti dikutip dari Antara, Senin (9/11/2020).
Chatib Basri menyebut saat ini masa bertahan atau survival dari dampak pandemi Virus Corona, meski pertumbuhan ekonomi sudah mulai menunjukkan perbaikan dari kuartal II yang mencapai kontraksi 5,32 persen menjadi kontraksi 3,49 persen pada kuartal III-2020.
Mengingat saat ini dinilai sebagai masa bertahan, lanjut dia, pelaku usaha belum akan melakukan ekspansi bisnis karena masih ada pembatasan ekonomi.
“Misalnya restoran, orang hanya boleh 50 persen, untuk apa ekspansi restoran baru jika di tempat yang ada saja belum bisa penuh karena masih pembatasan,” kata Menteri Keuangan periode 2013-2014 itu.
Chatib Basri menambahkan ketika ekonomi mulai pulih dan normal kembali tahun 2022, diperkirakan investasi swasta baru akan meningkat.
“Jika vaksin butuh waktu 2021, saya tidak yakin investasi swasta naik tajam 2021 karena protokol masih in place karena itu proses recovery di mana investasi naik itu periode setelah kondisi ekonomi mulai normal,” imbuh mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2012-2013.
Advertisement