UMKM di Jepang dan China Mampu Ekspor karena Bermitra dengan Perusahaan Besar

Menteri Teten ingin UMKM bisa mempercepar transformasi berbasis teknologi karena akan mempermudah jalinan kemitraan dengan perusahaan besar.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 12 Nov 2020, 11:50 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2020, 11:50 WIB
UMKM Diajak Manfaatkan Fasilitas GSP Ekspor Produk ke AS
Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Generalized System of Preference (GSP) atau fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk memungkinkan produk UMKM lebih banyak diekspor ke Amerika Serikat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan, pemerintah akan mendorong pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk dapat terintegrasi secara rantai pasok dengan pengusaha besar.

Dalam hal ini, Menteri Teten berkaca pada kesuksesan kemitraan UMKM dengan pelaku usaha besar di negara besar Asia Timur. Sehingga pengusaha kecil di sana pun bisa terlibat dalam kegiatan usaha dalam skala yang lebih luas di tingkat global.

"Saya kira intinya memang kita perlu mendorong kemitraan UMKM dengan usaha besar. Kalau kita lihat misalnya bagaimana UMKM di Jepang, Korea Selatan, China, kalau kita lihat ekspornya saja mereka sudah di atas 40 persen," tuturnya dalam sesi webinar bersama Sinarmas, Kamis (12/11/2020).

Teten mengatakan, jika dilihat dari produk UMKM asal negara-negara tersebut, itu sebenarnya telah terintegrasi dengan rantai pasok di tingkat domestik maupun global.

"Karena itu saya kira ke depan pengembangan UMKM berbasis komunitas, kawasan, cluster, dan juga berbasis rantai pasok, ini akan menjadi prioritas kita," ujar dia.

Oleh karenanya, ia ingin UMKM Indonesia bisa mempercepar transformasi berbasis teknologi. Sebab, itu akan mempermudah jalinan kemitraan antara pelaku usaha besar dengan yang kecil-kecil.

"UMKM juga tidak punya biaya untuk melakukan riset and development produk. Harusnya kan didorong oleh usaha besar, berarti harus mendapatkan insentif di situ. Jadi nanti kemitraan itu lebih bagus kalau misalnya UMKM terintegrasi dengan sistem produksi usaha besar," paparnya.

Sebagai contoh, Teten mengungkapkan apa yang dilakukan Astra di sektor industri logam. Perseroan dalam hal ini betul-betul melakukan pendampingan kepada UMKM sehingga bisa terhubung dalam rantai pasok bahan baku kepada perusahaan inti.

"Itu memang didampingi dengan betul, karena kan dia mensuplai sparepart ke astra. Dan Astra Alhamdulillah menjaga mutu produknya. Karena itu pendampingannya serius," imbuh dia.

"Karena itu bagaimana mengintegrasikan UMKM jadi bagian dari rantai pasok industri besar. Kalau sudah maju kita dorong untuk masuk ke rantai pasok dari global. Baru kita mendorong ekspor kita," tandasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

LIPI Siap Bantu UMKM Tingkatkan Penjualan di Tengah Pandemi

UMKM Diajak Manfaatkan Fasilitas GSP Ekspor Produk ke AS
Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Kementerian Koperasi dan UKM mengajak para pelaku UMKM yang telah siap mengekspor untuk memanfaatkan Generalized System of Preference (GSP). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan, pihaknya membuka kesempatan bagi para pelaku UMKM yang membutuhkan berbagai inovasi agar mendapatkan pendampingan dan pelatihan berjualan di masa pandemi Covid-19.

“Kami memang tidak bisa memberikan bantuan dalam bentuk pendanaan, tetapi Insyaallah kami bisa berikan bantuan dalam teknologi, pendampingan, pelatihan jadi tidak perlu khawatir Lipi tidak hanya hanya ada di Jakarta,” kata Laksana, dalam webinar Inovasi dan Teknologi Solusi Kebangkitan UMKM di Tengah Pandemi, pada Rabu 11 November 2020.

Ia mengatakan, selama ini pun LIPI telah banyak membina UMKM dalam memberikan berbagai solusi teknologi yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan UMKM di daerah masing-masing. Menurutnya memang tidak dapat dipungkiri dampak negatif Covid-19 untuk dunia usaha khususnya UMKM.

Namun dirinya yakin LIPI bisa membantu dalam hal pembinaan dan pelatihan. Ini lantaran LIPI merupakan salah satu lembaga riset yang terbesar dan tertua di negara ini, serta penghasil inovasi, hak paten terbanyak secara nasional.

“Artinya banyak inovasi yang juga sudah bisa dimanfaatkan dengan melalui mekanisme lisensi ke para pelaku usaha riil dari berbagai tingkatan,” ujarnya.

Ia menegaskan, lisensi dari LIPI itu tidak selalu harus ada royaltinya. 

“Mengapa ini sangat penting karena kita tahu bahwa kita sudah tidak bisa lagi berbisnis dengan cara metode yang konvensional lagi, karena banyak orang enggan keluar rumah dan sebagainya. Sehingga kita harus mencari menemukan berbagai cara metode yang lain,” jelasnya.

Baik itu cara memproses maupun cara menjual produk UMKM. Sehingga bisa mengembalikan setidaknya omzet dari para pelaku UMKM.

“Kami siap membantu dengan melalui berbagai inovasi sudah kami miliki atau kalaupun belum Kami miliki dan itu problem baru tentu akan sangat menarik bagi para peneliti kami untuk mengembangkannya dan bisa memberikan solusi yang lebih baik bagi teman-teman di UMKM,” ungkapnya.

Menurutnya, meskipun pandemi ini membawa dampak buruk tetapi kita selalu tahu bahwa dibalik dampak buruk itu selalu ada hikmah. Jadi disitulah tergantung pada upaya kita untuk mencari sisi positif.

“Kita harus membuat rencana ini sebagai kesempatan opportunity baru, kesempatan untuk mengembangkan produk, untuk memperluas pasar yang tadinya hanya bisa jualan di depan rumah, dengan teknologi pengemasan mungkin itu bisa diperluas pasarnya bisa dijual online,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya