Ekspor Sawit Indonesia Naik pada September, Bagaimana di Akhir 2020?

Secara volume, ekspor produk sawit di September 2020 mencapai nilai 2.764 ribu ton, naik 3 persen dari bulan sebelumnya.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 13 Nov 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2020, 18:00 WIB
Buah kelapa sawit
Buah kelapa sawit. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Industri kelapa sawit mulai menunjukan tren pemulihan usai menghadapi situasi sulit akibat pandemi Covid-19. Tingkat produktivitas tercatat kembali meningkat pada akhir kuartal III 2020.

Menurut laporan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) pada September 2020 sebesar 4,73 juta ton, meningkat dari Agustus 2020 yang sebesar 4,38 juta ton.

Senada, nilai ekspor produk sawit pada September mencapai USD 1.871 juta, naik 10 persen dibandingkan Agustus yang sekitar USD 1.697 juta.

Bahkan, total nilai ekspor produk sawit sepanjang Januari-September 2020 mencapai USD 15.498 juta. Jumlah tersebut naik dibanding periode serupa di 2019 yang sebesar USD 14.458 juta.

Secara volume, ekspor produk sawit di September 2020 mencapai nilai 2.764 ribu ton, naik 3 persen atau sekitar 81 ribu ton dari Agustus 2020 yang sebesar 2.683 ribu ton.

Lantas, apakah tren peningkatan produksi dan ekspor CPO beserta produk turunannya akan berlanjut di tiga bulan terakhir 2020?

Wakil Ketua Umum III Gapki Togar Sitanggang mengatakan, pihaknya belum melakukan perhitungan terkait angka produksi dan ekspor produk sawit pada Oktober 2020.

"Oktober belum ada data. Oktober biasanya hampir sama dengan September. Plus minusnya sedikit," kata Togar kepada Liputan6.com, Jumat (13/11/2020).

Menurut dia, nilai produksi dan ekspor CPO pada November diperkirakan akan kembali menurun. Perhitungan tersebut diambil berdasarkan tren yang terjadi di setiap tahunnya.

"November biasanya sudah turun. Ini secara umum, tahunan seperti itu," ujar Togar.

Sebagai informasi, China masih menjadi pasar terbesar CPO dan produk turunannya asal Indonesia. Ekspor sawit ke Tiongkok pada September 2020 tercatat 645 ribu ton, naik dari 618 ribu ton pada Agustus 2020.

Kenaikan ekspor juga terjadi untuk wilayah tujuan seperti Brazil, Malaysia, Rusia, dan kawasan Afrika. Penjualan ekspor ke Brazil naik menjadi 44 ribu ton, Malaysia sebesar 39 ribu ton, dan Rusia 37 ribu ton.

Di sisi lain, India yang jadi salah satu negara tujuan terbesar pengiriman CPO dan produk sawit, nilai ekspornya stagnan di angka 351 ribu ton. Sementara ekspor ke Uni Eropa dan Pakistan pada September terpantau lebih rendah dari Agustus.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Berdayakan Petani, PTPN III Lakukan Peremajaan Kebun Kelapa Sawit

20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Sebelumnya, PTPN III (Persero) melalui seluruh anak perusahaannya melakukan Program Peremajaan Kebun Kelapa Sawit Rakyat (PSR), dengan melakukan penggantian tanaman lama dengan tanaman yang baru sesuai dengan prinsip-prinsip GAP (good agricultural practices).

Direktur Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) M. Abdul Ghani, menjelaskan PSR ini dilatarbelakangi oleh permasalahan tanaman yang tidak produktif di perkebunan sawit rakyat. 

Melalui PSR atau Program Replanting Sawit diharapkan dapat meningkatkan produksi kelapa sawit dan memberikan hasil yang optimal sehingga kesejahteraan petani plasma meningkat, di samping juga untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan baku ke Pabrik Kelapa Sawit PTPN Group.

“Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) ini, PTPN Group mengharapkan produksi kebun kelapa sawit dapat meningkat sejalan dengan rencana peremajaan kebun kelapa sawit milik anak perusahaan PTPN I hingga PTPN XIV seluas 223,719,71 hektar,” kata Ghani, Kamis (29/10/2020).

Lanjutnya, BUMN Untuk Sawit Rakyat ditandai dengan tanam perdana peremajaan kebun kelapa sawit plasma PTPN V sebagai anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara di Kabupaten Rokan Hulu – Riau.

Kemudian, PTPN V akan melakukan peremajaan kebun kelapa sawit plasma seluas ± 18.250 Ha, yang tersebar di 5 (lima) kabupaten di Provinsi Riau. 

Sebagai anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), fokus peremajaan sawit rakyat di samping untuk menyejahterakan petani plasma juga untuk menjaga kesinambungan pasokan bahan baku ke PKS, di mana hampir 50 persen pasokan tandan buah segar (TBS) ke pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN V berasal dari plasma dan pihak ke-III.

“Sebagai dukungan perusahaan dalam percepatan program PSR, PTPN V sebagai anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) telah melakukan kerja sama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS Medan) dalam penyediaan +/- 1,5 juta bibit kelapa sawit,” ujarnya.

Berdayakan Petani

Direktur PTPN V Jatmiko menambahkan manfaat dari Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) adalah memberdayakan petani di mana secara pendapatan petani plasma akan memperoleh tambahan pendapatan, sekaligus meningkatkan kualitas dan memperkuat manajemen yang hasilnya akan berdampak kepada perekonomian masyarakat.

“Peremajaan sawit plasma PTPN V menyentuh angka 20 persen dari total areal sawit seluas 56.665 hektar.  Hingga 2023 mendatang, PTPN V menargetkan melakukan program peremajaan sawit plasma hingga 18.250 hektare yang menyebar di lima kabupaten di Riau.  Jika program itu tercapai, maka 40 persen sawit plasma PTPN V telah diremajakan,” jelas Jatmiko.

Demikian Holding Perkebunan Nusantara mendukung penuh program percepatan peremajaan sawit rakyat yang dilaksanakan PT Perkebunan Nusantara V.

“Dukungan itu ditandai dengan kehadiran Wakil Direktur Utama, Denaldy Mulino Mauna pada program peremajaan sawit di kebun PTPN V Lubuk Dalam, Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang telah dilaksanakan pada Agustus lalu,” pungkas Jatmiko. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya