Harga Minyak Turun di Tengah Pertemuan Penting OPEC

Sepanjang November 2020 ini, harga minyak membukukan kinerja yang positif dengan naik kurang lebih 25 persen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 01 Des 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 01 Des 2020, 08:30 WIB
lustrasi tambang migas
Sepanjang November 2020 ini, harga minyak membukukan kinerja yang positif dengan naik kurang lebih 25 persen. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penurunan ini di tengah ketidakpastian akan keputusan OPEC+ mengenai perpanjangan pemangkasan produksi minyak.

Namun, harapan akan keberhasilan uji coba vaksin Corona Covid-19 menjadi menahan harga emas agar tidak anjlok dalam pada perdagangan Senin ini.

Mengutip CNBC, Selasa (1/12/2020), harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari, yang kontraknya berakhir pada Senin, turun 64 sen atau 1,33 persen menjadi USD 47,54 per barel.

Sedangkan kontrak harga minyak Brent untuk pengiriman Februari yang lebih aktif diperdagangkan turun 48 sen menjadi USD 47,77 per barel.

Untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Januari ditutup 19 sen atau 0,4 persen lebih rendah pada USD 45,34 per barel.

Sepanjang November 2020 ini, harga minyak membukukan kinerja yang positif dengan naik kurang lebih 25 persen. Ini merupakan kenaikan bulanan terbesar sejak Mei.

Pendorong utama kenaikan harga minyak adalah perkembangan vaksin Corona COvid-19 yang meningkatkan harapan untuk pemulihan ekonomi yang dapat meningkatkan permintaan bahan bakar.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak, Rusia dan negara sekutu lainnya, yang dikenal sebagai OPEC+, berencana untuk mengadakan pembicaraan yang lebih dalam pada Selasa setelah diskusi para menteri utama pada hari Minggu gagal mencapai konsensus.

"Ketika OPEC bergerak untuk membuat keputusan akhir, pasar menjadi gugup dan mulai menjalankan aksi jual," kata analis senior Price Futures Group, Chicago, Phil Flynn.

OPEC+ rencananya akan mengurangi pemotongan produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari (bph) mulai Januari 2021. Namun pemulihan permintaan global yang tidak merata telah mendorong pemikiran ulang akan rencana tersebut.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Permintaan

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Menteri Energi Aljazair Abdelmadjid Atta mengatakan perlunya perpanjangan pemangkasan produksi yang lebih besar dalam tiga bulan dan akan bekerja untuk meyakinkan sekutu mereka di OPEC+ untuk mendukung langkah tersebut.

Sebenarnya, permintaan akan minyak telah pulih di Asia tetapi tidak di Eropa dan Amerika. Hal inilah yang menjadi perdebatan di OPEC+.

"Pilihan yang menantang apakah akan menunda atau mengembalikan lebih banyak minyak ke pasar," kata analis FXTM, Hussein Sayed.

Goldman Sachs mengatakan lonjakan musim dingin kasus Corona COVID-19 tidak akan mencegah penyeimbangan kembali pasar minyak sebagai akibat dari kemajuan vaksin. Itu membuat harga minyak Brent naik menjadi USD 65 pada 2021.

Jajak pendapat Reuters dari 40 ekonom dan analis memperkirakan Brent akan rata-rata di level USD 49,35 per barel pada tahun depan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya