Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan berbagai negara dunia termasuk Indonesia sedang mengutamakan pemenuhan energi bersih dari Energi Baru Terbarukan (EBT). Namun akselerasi pengembangan EBT tidak akan meninggalkan peran sektor migas.
"Meskipun secara persentase bauran energi migas menurun, namun secara nominal justru meningkat," kata Arifin dalam pembukaan 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas secara virtual, Jakarta, Rabu (2/12).
Baca Juga
Di masa depan, peran sub sektor migas, tidak hanya dalam pemenuhan kebutuhan energi untuk transportasi maupun kelistrikan. Tetapi juga berperan sebagai bahan baku dalam dalam pengembangan Industri.
Advertisement
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), konsumsi minyak diperkirakan akan meningkat dari 1,66 juta bopd menjadi 3,97 juta bopd di tahun 2050 atau naik sebesar 139 persen. Sedangkan untuk konsumsi gas meningkat lebih besar lagi, dari 6 ribu MMSCFD menjadi 26 ribu MMSCFD pada tahun 2050 atau naik 298 persen.
Maka, kata Arifin potensi hulu migas Indonesia masih sangat besar. Saat ini di Indonesia sudah ada 128 cekungan migas. Dari jumlah tersebut baru 20 cekungan yang sudah berproduksi. Masih terdapat 68 cekungan yang belum dieksplorasi.
"Perlu disadari bahwa industri migas adalah industri yang membutuhkan investasi yang besar, teknologi yang tinggi, dan high risk," kata dia.
Untuk itu sektor migas tidak hanya sebagai revenue generator. Tetapi akan menjadi penggerak roda perekonomian nasional (economic driven).
Berbagai kebijakan telah diambil oleh Pemerintah, yakni penurunan harga gas, untuk mendorong tumbuhnya industri. Lalu, pelonggaran perpajakan, dan flexibilitas fiscal term . Tujuannya untuk meningkatkan daya tarik investasi migas serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemerintah Agresif Kejar Data Hulu Migas
Pemerintah akan melakukan langkah yang agresif dan transparan untuk mengumpulkan dan membuka data potensi hulu migas dalam rangka mengejar target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030. Penguatan kuantitas dan kualitas data ini diharapkan dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di sektor strategis ini.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ego Syahrial, mengatakan pemerintah akan berkontrak dengan perusahaan-perusahaan geosains internasional untuk mengumpulkan data hulu migas sebanyak mungkin.
“Satu terobosan eksplorasi yang kami lakukan ialah penjajakan kerja sama dengan institusi riset atau survei internasional yang bertujuan meningkatkan kualitas data melalui reprocessing dan reinterpretasi dalam rangka penemuan giant recovery,” kata Ego di Jakarta, Senin (30/11/2020).
Bahkan, kata Ego, pemerintah akan mendanai penuh kegiatan survei seismik tiga dimensi (3D). Mitra perusahaan geosains nanti hanya akan fokus mencari potensi migas untuk ditawarkan dalam lelang.
"Dampaknya akan luar biasa. Hasil seismik langsung dijual kepada kontraktor yang berminat pada blok tertentu. Ini pembelian data pengelolaan dilaksanakan secara mandiri," katanya.
Tenaga Ahli Komite Pengawas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Nanang Abdul Manaf, mengatakan strategic partnership akan dilakukan bersama analis data geologi kelas dunia, seperti Schlumberger, Halliburton, PGS, TGS, IHS Market, dan lain-lain.
“Gambaran potensi sumber daya migas telah terverifikasi setelah dilakukan reka ulang dan pembaruan dari data yang telah ada dan beberapa hasil survei yang baru. Informasi potensi migas ini akan tergambarkan dengan lebih jelas,” kata Nanang. Dengan demikian, kepercayaan investor akan meningkat karena potensi migas Indonesia terpromosikan melalui publikasi kelas dunia.
Ia menunjukkan perbandingan dengan pemerintah Mesir yang bekerja sama dengan Schlumberger dan beberapa perusahaan dan menemukan 69 cadangan migas (51 minyak bumi dan 18 gas bumi). Penemuan gas dari kegiatan eksplorasi dari lapangan Zohr, North Alexandria, Nooros, dan Atolland mencapai produksi sebesar 6.500 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
“Untuk mendorong penemuan lapangan baru yang besar, Mesir melakukan reformasi hulu migas yang agresif. Di Mesir tidak banyak area untuk dieksplorasi. Area frontier hanya ada di Laut Merah. Oleh karena itu Mesir melakukan survei seismik 3D yang masif bekerja sama dengan Schlumberger agar mendapatkan data yang valid,” kata Nanang.
Karena itu, kata Nanang, peningkatan pengelolaan data sangat mutlak diperlukan dengan mengembangkan digital subsurface data platform yang mudah diakses.
Selain mengambil langkah agresif untuk mendapatkan data hulu migas, pemerintah juga telah membuat kebijakan untuk mengelola data secara terbuka dan transparan.
Advertisement