Nestle Mau Ekspansi USD 200 Juta, Bos BKPM: Jangankan Dukung, Kita Gendong

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, pemasukan investasi pada sektor industri makanan dan minuman terus berdatangan di tengah pandemi Covid-19.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 27 Jan 2021, 14:15 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2021, 14:15 WIB
Panel V Rakornas Indonesia Maju
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan paparan saat diskusi panel V Rakornas Indonesia Maju antara Pemerintah Pusat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Bogor, Rabu (13/11/2019). Panel V itu membahas penyederhanaan regulasi dan reformasi birokrasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan, pemasukan investasi pada sektor industri makanan dan minuman terus berdatangan di tengah pandemi Covid-19, baik dari dalam maupun luar negeri.

"Saya ingin menyampaikan bahwa sekalipun pandemi Covid-19, salah satu sektor yang investasinya tumbuh baik dari foreign direct investment maupun dari PMDN-nya itu adalah makanan dan minuman," kata Bahlil dalam sesi webinar, Rabu (27/1/2021).

Bahlil menceritakan, beberapa waktu lalu ia menemui Nestle yang akan melakukan ekspansi bisnis sekitar USD 200 juta. Dia mengatakan, perusahaan asal Swiss itu mungkin akan mulai groundbreaking pabriknya yang ke-4 pada bulan depan.

"Jadi kita dukung terus kalau untuk industri makanan dan minuman. Jangankan dukung, gendong pun kita gendong," ujar dia.

Di luar itu, ia mengakui adanya ketidakjelasan terkait rantai pasok bahan baku dari antar kementerian teknis pada beberapa waktu lalu.

Namun, dia percaya dengan adanya Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) sebagai turunan dari Undang-Undang (UU) Cipta Kerja, maka itu akan membuat pasokan bahan baku penopang produk makanan dan minuman menjadi lebih pasti.

"Jadi kalau kementerian teknis perdagangan tidak mengeluarkan impor, rekomendasinya terlalu lama itu Menteri Perindustrian bisa cepat, dan Insya Allah dengan pola seperti ini maka kita menjamin suplai bahan baku untuk memastikan industri berjalan itu tetap akan dilakukan," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lebih Penting Konsumsi atau Investasi? Mendag dan Kepala BKPM Beda Pendapat

Muhammad Lutfi
Muhammad Lutfi. (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia punya sudut pandang berbeda terkait mana yang lebih penting didahulukan, peningkatan investasi atau konsumsi.

Mendag Lutfi menganalogikan investasi dan konsumsi seperti hubungan kasih antara laki-laki dan perempuan. Dia mengibaratkan konsumsi dan kegiatan dagang seperti pacaran, dan investasi sebagai komitmen jangka panjang.

"Yang pertama kali kita mesti kenalan, saling mengunjungi. setelahnya kita pacaran atau trading dulu. Setelah trading, jatuh cinta dan saling kenal itu baru kita punya komitmen atau investasi, dalam pergaulan ini adalah perkawinan," jelasnya, Selasa (26/1/2021).

Dengan begitu, ia menilai konsumsi harus lebih dahulu diutamakan agar ke depannya muncul komitmen dari pelaku untuk bisa berinvestasi.

"Perdagangan itu pacaran. Apa yang kamu punya, saya punya, kita saling jatuh hati. Komitmennya investasi. Perdagangan membawa investasi dan investasi membawa industrialisasi," kata Mendag Lutfi.

Pendapat Lain Kepala BKPM

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meluncurkan Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi, Senin (23/3/2020). (Athika/Liputan6.com)
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meluncurkan Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi, Senin (23/3/2020). (Athika/Liputan6.com)

Sementara Bahlil punya penilaian sedikit berbeda. Menurutnya, investasi merupakan pintu utama dari tumbuhnya konsumsi yang menopang pendapatan negara.

Bahlil menuturkan, konsumsi akan tumbuh jika ada daya beli dari masyarakat. Daya beli ini akan muncul jika ada kepastian pendapatan.

Kepastian pendapatan ini, lanjut Bahlil, bisa kita terjadi bila ada lapangan pekerjaan. Sementara lapangan pekerjaan bukan hanya untuk posisi PNS atau pegawai BUMN saja, melainkan pihak swasta juga harus ikut membuka lapangan kerja lewat investasi.

"Jadi kalau secara subjektif, investasi atau konsumsi dulu, saya mengatakan bahwa investasi adalah sumber pintu masuk untuk menaikan konsumsi uang masif," ujar Bahlil. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya