Liputan6.com, Jakarta Terkenal sering mengkritik kompetitor, kini giliran miliarder Elon Musk yang balik dihujani kritikan usai teknologi mobil otonomnya diketahui tidak sebagus apa yang dijanjikan. Tidak terkecuali Austin Russell, pendiri dari Luminar, kompetitor Tesla yang juga mengembangkan teknologi mobil otonom.
Â
Dalam wawancaranya dengan Market Watch, Selasa (30/3/2021), Austin Russell menyebut Musk telah gagal melihat peluang dari pengembangan teknologi Lidar yang dianggapnya lebih efektif dibanding teknologi yang dikembangkan Tesla. Musk bahkan pernah menyebut bahwa Lidar adalah teknologi yang 'gagal'.
Â
"Apa yang telah dibuat Tesla hari ini, yaitu anda tidak membutuhkan Lidar untuk apa yang disebutnya mobil otonom. Masalahnya adalah mobil itu bukan sepenuhnya otonom (tertawa). Di situlah saya pikir mereka menuai banyak kritikan dari industri ini karena apa yang mereka berikan," kata dia.
Â
Baca Juga
Â
Menurutnya, pengembangan mobil otonom Tesla hanya memanfaatkan teknologi kamera 2D untuk mendeteksi benda yang ada di depan kendaraan. Karena itu, pengemudi masih tetap harus fokus pada kemudi dan memastikan mobil berjalan sesuai jalur.
Â
Ini dianggapnya tidak lebih akurat ketimbang teknologi Lidar yang menawarkan teknologi 3D dan memungkinkan penumpang dapat duduk santai tanpa khawatir dengan kemudi mobil. Teknologi Lidar ini yang juga dipakai oleh Russell di perusahannya.
Â
Selain itu, ide penggunaan teknologi kamera 2D dalam kendaraan otonom menurutnya mungkin akan ditentang oleh mayoritas pakar dalam industri otomotif.
Â
Lima puluh mitra Luminar dan tujuh dari sepuluh produsen otomotif besar dunia menurut Russell akan berpandangan serupa dengannya, bahwa teknologi yang dipakai Musk tidak bisa diandalkan.
Â
Sikap anti-Lidar Musk sudah sejak lama disampaikannya di depan publik. Pada April 2019, saat hadir dalam acara 'Tesla's first Autonomy Day Event' Elon Musk menyebut teknologi kamera untuk mendeteksi benda menjadi kunci dalam merealisasikan ambisinya atas mobil otonom. Saat itu, ia juga terang-terangan menolak penggunaan teknologi Lidar untuk mobil buatannya.
Â
"Lidar adalah sebuah pekerjaan yang sia-sia. Siapapun yang mengandalkan lidar tidak akan beruntung, (itu) adalah sensor mahal yang sebenarnya tidak diperlukan," sebutnya seperti dikutip dati TechCrunch.Â
Â
Tahun lalu, Musk juga sempat sesumbar dengan menyebut teknologi mobil otonomnya nyaris mendekati sempurna. Meski belum lama ini terungkap bahwa itu rupanya tidak sesuai ekspektasi. Teknologi Full Self-Driving (FSD) yang dijanjikannya bisa mencapai level 5 rupanya hanya berada di level 2
Saksikan Video Ini
Kesuksesan Luminar
Â
Di tengah tren kesuksesan perusahaan-perusahaan teknologi, Luminar Technology, pengembang mobil otonom yang sudah berdiri sejak 2012 ini juga ikut mencicipi kesuksesan tersebut.
Â
Russell mendirikan perusahaannya sejak usia masih 17 tahun, saat masih menjadi mahasiswa di salah satu universitas terbaik dunia, Stanford University. Namun memutuskan keluar dan fokus untuk memulai bisnisnya.
Â
Delapan tahun berselang, Luminar memutuskan untuk go-public di bursa Nasdaq dengan skema SPAC. Kesuksesannya ini juga yang berhasil membawa Russell digelari sebagai miliarder termuda di dunia. Kekayaannya saat ini berkisar USD 2,5 miliar atau sekitar Rp 36 triliun.
Â
Dikutip dari Forbes, dalam laporan kuartalan pertama perusahaan, Luminar menerima pesanan untuk pengembangan teknologi Lidar yang harganya mencapai USD 1,3 miliar atau lebih dari Rp 18 triliun pada akhir tahun lalu. Nilai tersebut belum termasuk dengan nilai transaksi terbarunya dengan produsen mobil China.
Â
Setelah berhasil bekerjasama dengan raksasa otomotif Volvo pada Mei tahun lalu, Luminar kembali berhasil membuat kesepakatan kerjasama dengan raksasa otomotif asal China, SAIC Motor Corp. untuk mengembangkan teknologi Ludar di mobil listrik tipe R yang akan diluncurkan SAIC di pasar China.
Â
Â
Reporter: Abdul Azis Said
Advertisement
Lanjutkan Membaca ↓