Liputan6.com, Jakarta Miliarder Kate Wang adalah pendiri perusahaan produsen rokok elektrik, RLX Technology yang berbasis di China. Pasar China yang menjanjikan membuat bisnisnya moncer dan kekayaan terus meroket.
Â
Sayangnya kondisi ini mulai berubah kala pemerintah China belum lama ini merilis aturan ketat perdagangan rokok elektrik.Â
Â
Dikutip dari Forbes, Kamis (25/3/2021) kekayaan Wang mendadak tergerus lebih dari 40 persen, dari USD 6 miliar atau setara Rp 86,6 triliun menjadi hanya USD 3,4 miliar sekitar Rp 49,1 triliun. Ini setelah harga saham RLX anjlok lebih dari 40 persen pada perdagangan saham.Â
Â
Sebelumnya, pemerintahan Xi Jinping melalui Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi bersama Lembaga Administrasi Monopoli Tembakau China, merilis secara online rencana revisi aturan perdagangan tembakau di China.
Â
Dalam klausul yang akan ditambahkan itu akan mengklasifikasikan rokok elektrik sebagai bagian dari produk tembakau. Aturan ini akan memperketat pengawasan terhadap industri yang sedang berkembang ini.
Â
"Revisi tersebut akan memperjelas dasar hukum untuk pengawasan dan administrasi rokok elektrik dan produk tembakau jenis baru lainnya. Ini akan dikoordinasikan dengan Undang-Undang Republik Rakyat China tentang Perlindungan Anak di Bawah Umur serta undang-undang dan peraturan lainnya," sebagaimana keterangan dalam dokumen yang dirilis pemerintah, dikutip dari Global Times.
Â
Karena aturan baru itu, kerugian bukan hanya ditanggung Wang. Anjloknya harga sama RLX juga membuat kekayaan pendiri RLX lainnya ikut tergerus.
Â
David Jiang yang juga salah satu dari tujuh pendiri perusahaan ini mengalami penurunan kekayaan, nilainya turun dari USD 2,8 miliar atau lebih dari Rp 40 triliun menjadi USD 1,6 miliar atau setara Rp 23 triliun.
Â
Begitupun Yilong Wen yang kekayaannya ikut turun dari USD 1,8 miliar atau sekitar Rp 26 triliun menjadi USD 1 miliar sekitar Rp 14,4 triliun.
Saksikan Video Ini
Bisnis Rokok Elektrik sedang Naik-Daun
Tidak mengejutkan jika gertakan dari pemerintah China ini berhasil memberi kejutan pada kekayaan Wang. Pasalnya sebagian besar kekayaannya disumbangkan atas kepemilikan sahamnya di RLX.
Â
Usai didirikan pada 2017, kesuksesannya menjajaki pasar China yang diprediksi memiliki lebih dari 300 juta perokok aktif, membuat RLX percaya diri untuk melantai ke bursa saham New York tiga tahun pasca dididirkan.
Â
Dikutip dari Nasdaq, pada Januari 2021, RLX mencetak kesuksesan IPO di New York Stock Exchange dengan mrngumpullam pendanaan baru lebih dari USD 1,4 miliar atau Rp 20,2 triliun. Kapitalisasi pasarnya juga tercatat seharga USD 18,6 miliar atau hampir Rp 270 triliun.
Â
Dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan dari penjualan di dalam negeri terus meningkat. RLX tumbuh dengan sangat cepat, dari penjualan USD 20 juta atau sekitar Rp 288 miliar pada 2018 menjadi USD 238 juta atau Rp 3,4 triliun pada 2019.
Â
Terbaru, pada sembilan bulan pertama tahun 2020 saja atau saat banyak sektor ekonomi lesu karena pandemi, pendapatan RLX tetap naik. RLX berhasil mencatat pemasukan USD 338 juta atau sekitar Rp 4,8 triliun.
Â
Sekalipun sedang melirik untuk ekspansi ke luar China, penghasilan RLX masih sangat bergantung terhadap pasar China. Sekitar 63 persen perdagangan rokok elektriknya dari dalam negeri dan produknya telah dijual di lebih dari 250 kota di negeri tirai bambu ini.Â
Â
Â
Reporter: Abdul Azis Said
Advertisement
Lanjutkan Membaca ↓