Liputan6.com, Jakarta Tak bisa dipungkiri bahwa perempuan adalah salah satu generasi penerus bangsa. Seiring berjalannya waktu atau dari masa ke masa, peran perempuan selalu penting, baik dalam keluarga maupun untuk pembangunan bangsa.
Untuk keluarga, perempuan bukan hanya mengurus diri sendiri, tapi juga anak dan suami. Dalam perannya sebagai pekerja, perempuan tetap harus dituntut profesional untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Baca Juga
Pergerakan Independen Alex Kuple dalam Bermusik, Ogah Bergantung pada Major Label Berkat Kedekatan dengan Musisi Indie
Mendagri Tito Karnavian Beberkan Alasan Yogyakarta Tetap Naik Pertumbuhan Ekonomi saat Pandemi Covid-19
Pandemi Adalah Wabah Global, Pahami Ciri-Ciri, Cara Menghadapi, serta Bedanya dengan Endemi dan Epidemi
Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, stigma peran perempuan dilihat sebagai sebuah value. Hal ini tentunya menciptakan ekspektasi atau keharusan.
Advertisement
Tanpa disadari, saat menjalankan perannya yang beragam, perempuan mengalami kelelahan secara fisik dan emosi karena kekhawatiran berlebih, sampai kehilangan empati terhadap diri sendiri, merasa tidak berdaya dan merasa ‘saya bukan apa-apa’. Belum lagi kesetaraan gender yang masih timpang antara laki-laki dan perempuan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Puspayoga menyatakan bahwa realita di lapangan menunjukkan saat ini wanita masih tertinggal dibandingkan pria, baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga keterwakilan dalam politik.
Menurutnya, komplikasi perwujudan kesetaraan gender di Indonesia sejalan dengan timpangnya akses partisipasi kontrol serta kesempatan memperoleh manfaat antara wanita dan pria, yang salah satunya dipicu oleh nilai patriarki dan konstruksi sosial di masyarakat.
Perempuan, selain dicemaskan oleh tindak diskriminasi dalam pergaulan dan rumah tangga, wanita harus siap menghadapi diskriminasi dalam dunia pekerjaan nantinya.
Diskriminasi Perempuan yang Sistematis
Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kesetaraan gender yang belum memadai, dengan posisi peringkat ke-85 dari 153 negara.
Ketidaksetaraan ini pun terjadi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti dalam dunia pekerjaan dan rumah tangga. Di tengah pandemi, peran perempuan yang bekerja sekaligus menjadi ibu rumah tangga seolah diabaikan.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) melaporkan beberapa tindakan pelanggaran hak perempuan di tempat kerja, seperti pemberian gaji yang lebih rendah daripada pria.
Termasuk terjadinya PHK pada wanita hamil, tidak diberikannya cuti haid, kurangnya fasilitas bagi para pekerja wanita untuk memberikan ASI, dan sebagainya. Hal itu memperlihatkan bahwa partisipasi dan peran perempuan dalam ekonomi dan ketenagakerjaan masih rendah, dikarenakan diskriminasi terhadap perempuan yang terjadi secara sistematis.
Kondisi itu tentunya memberikan gambaran kurang baik bagi para perempuan generasi penerus bangsa. Saat seorang wanita ingin mendedikasikan dirinya bagi masa depan yang penuh kemungkinan, berbagai ancaman ketidaksetaraan gender justru masih menjadi tantangan bagi mereka untuk mewujudkan mimpinya.
Advertisement
Pandemi Membuat Perempuan Lebih Rentan
Pandemi telah mengubah berbagai sisi kehidupan selama setahun belakangan ini. Dalam hal ini, disamping dari banyaknya tantangan yang dihadapi, perempuan memiliki banyak sekali peran. Mulai dari sebagai istri, ibu, anak, juga sebagai pengusaha maupun pekerja profesional.
Bertepatan dengan Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day (IWD) yang diperingati setiap 8 Maret dan Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April, Allianz menggelar webinar untuk nasabah perempuannya. Webinar ini digelar sebagai wujud kepedulian Allianz terhadap para perempuan Indonesia yang selama setahun terakhir berjuang menghadapi Covid-19.
Dari webinar yang mengangkat tema Tips Tangguh Bagi Perempuan dalam Menghadapi Pandemi, Baik Untuk Diri Sendiri Maupun Untuk Keluarga itu diketahui bahwa 62% perempuan di seluruh dunia ternyata tidak mempunyai waktu untuk mencari tahu tentang kesehatan mereka sendiri.
Analisa Widyaningrum, Psikolog Klinis & CEO APDC Indonesia menjelaskan bahwa penting bagi perempuan untuk selalu memperhatikan masalah kesehatannya, baik kesehatan fisik maupun mental.
Itu karena saat di rumah perempuan menjadi tokoh sentral dan pandemi membuatnya lebih rentan terhadap beberapa kondisi mental yang berbeda dengan situasi sebelum pandemi.
Menurut Pew Research Center (2020), 35% orang tua merasa kesulitan dalam menjalankan pengasuhan selama pandemi, sedangkan 71% orang tua mengkhawatirkan dampak jangka panjang dari pandemi terhadap perkembangan anaknya.
Kegelisahan (anxiety) sampai ke perasaan depresi yang dihadapi perempuan, seringkali disebabkan oleh stereotype dan stigma yang terjadi dalam masyarakat.
Lalu apa yang harus dilakukan perempuan agar tetap tangguh dalam menjalankan perannya di masa pandemi seperti sekarang ini?
Analisa menjelaskan bahwa tips yang paling penting untuk dilakukan perempuan dalam peranan mengurus keluarga di tengah situasi pandemi seperti saat ini adalah melakukan manajemen diri, manajemen waktu dan delegasi, hingga akhirnya bisa menemukan value diri sendiri.
Selain itu, juga ada beberapa penghalang yang harus disingkirkan. Mulai dari meminimalisir perasaan insecure, ketakutan akan berbagai risiko, kepercayaan diri yang rendah dan stigma bahwa pekerjaan laki-laki lebih baik.
Perempuan, lanjut Analisa, harus berdaya (empowerment) dalam pekerjaannya, mampu mengurus rumah tangga dan mendampingi anak belajar dari rumah sekaligus. Namun lagi-lagi pandemi membuat situasi menjadi tidak ideal.
"Maka gambaran idealis dan realistis sebaiknya disesuaikan sehingga dapat terjadi keselarasan. Penting juga untuk diperhatikan adalah perempuan sebagai pusat kendali emosi dalam keluarga, sehingga perempuan yang memiliki welas asih terhadap diri sendiri, maka akan tumbuh menjadi perasaan menyayangi yang baik pada setiap anggota keluarga lainnya," jelas Analisa.
Tips Agar Tetap Sehat di Masa Pandemi
Seorang ibu biasanya memiliki peran sangat penting dalam memastikan kesehatan keluarganya. Sehingga para perempuan yang menjalankan peran sebagai ibu menilai diri bahwa dia adalah sosok dalam keluarga yang tidak boleh sakit.
Oleh karena itu, seorang ibu dalam keluarga perlu untuk memperhatikan dan mengutamakan kesehatan dirinya sendiri baik fisik maupun mental, sebelum memprioritaskan kesehatan keluarganya.
"Tipsnya adalah memperhatikan suplemen dan asupan agar imun tubuh tetap terjaga. Saat ini, probiotik banyak dianjurkan karena dapat menurunkan insidensi dan durasi dari infeksi saluran pernapasan akut viral dan penurunan kebutuhan regimen antibiotik pada infeksi nafas akut bakterial," ujar Dokter Spesialis Paru dari Siloam Hospitals TB Simatupang, dr. Henie Widowati.
Selain itu, untuk mendukung perempuan dan nasabahnya, Allianz Indonesia memberikan sejumlah manfaat kesehatan terkait Covid-19, seperti akses tes swab antigen untuk Covid dan berbagai tes kesehatan lainnya, melalui redeem point di aplikasi Allianz Smart Point.
Selain itu, nasabah Allianz juga diberikan akses konsultasi kesehatan secara online dengan dokter secara gratis melalui aplikasi mitra Allianz, yaitu Halodoc.
(Adv)
Advertisement