Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengatakan, saat ini, perbankan syariah masih kalah bersaing dibandingkan konvensional. Hal ini terlihat dari berbagai data indikator, khususnya total nilai aset yang dimiliki perbankan syariah.
"Sekarang faktanya kalau kita lihat (nilai aset) yang syariah ini dibandingkan dengan konvensional berat," tegasnya dalam acara Sarasehan Industri Jasa Keuangan, Jumat (23/4).
Baca Juga
Bahkan, kata Wimboh, PT Bank Syariah Indonesia Tbk sebagai perusahaan hasil merger dari tiga bank syariah BUMN yang terdiri atas PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah mempunyai total nilai aset yang masih kalah jauh ketimbang perbankan konvensional. Mengingat PT Bank Syariah Indonesia Tbk masih berada di peringkat ketujuh dari 10 daftar perbankan dengan nilai aset terbesar di Indonesia.
Advertisement
"Ini (PT Bank Syariah Indonesia Tbk) pun belum betul-betul pemain nomor satu di Indonesia. Masih nomor tujuh dari aset size setelah digabung itu," terangnya.
Bos OJK ini mengungkapkan, masih belum berdaya saingnya kinerja perbankan syariah tersebut lantaran berbagai hambatan yang belum dicarikan solusinya dengan baik hingga saat ini. Diantaranya market share yang masih masih rendah maupun produk yang ditawarkan belum bisa bersaing dengan perbankan konvensional.
"Artinya masyarakat belum sepenuhnya memilih keuangan syariah," bebernya.
Oleh karena itu, dia mendorong adanya usaha ekstra dari seluruh stakeholder terkait, terutama lembaga-lembaga keuangan syariah untuk mampu meningkatkan literasi akan keuangan dan ekonomi syariah kepada masyarakat luas untuk peningkatan market share. Lalu, peningkatan kualitas produk dari yang saat ini dimiliki oleh perbankan syariah.
"Jadi, nanti kalau produk tidak lebih baik kualitasnya dengan produk lapak apa saja dan tidak lebih murah harganya. Artinya sulit untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa produk syariah itu memberikan value," ucap dia menekankan.
Sulaeman
Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BSI Targetkan Seluruh Jaringan Terintegrasi 1 November 2021
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) melanjutkan penyatuan dan integrasi sistem layanan di Area Manado. Langkah ini sebagai wujud komitmen perusahaan mendorong pengembangan keuangan syariah dan meningkatkan literasi masyarakat di kawasan Timur Indonesia.
Direktur Sales and Distribution Bank Syariah Indonesia Anton Sukarna menjelaskan, penyatuan sistem layanan Area Manado ini merupakan tahap kedua kelanjutan dari kick off Region Makassar pada 5 april 2021 yang diresmikan oleh Direktur Utama BSI.
“Integrasi sistem layanan tahap kedua meliputi meliputi tiga area dibawah Region BSI XI Indonesia Timur, yaitu area Makassar membawahi Sulselbar, area Palu membawahi Sulteng, Sultra & Gorontalo, termasuk Area Manado yang membawahi Sulut, Maluku, Papua,” kata Anton, Selasa (20/4/2021).
Lanjutnya, penyatuan sistem layanan ini mencakup migrasi rekening nasabah, kartu ATM hingga mobile dan internet banking. Tentunya proses tersebut juga mengedepankan kenyamanan dan keamanan data nasabah.
Selama proses penyatuan integrasi sistem layanan, BSI memastikan nasabah tetap dapat melakukan aktivitas dan transaksi keuangan seperti biasa. Integrasi sistem layanan ini merupakan salah satu langkah merger operasional dan bisa mendukung layanan BSI berjalan lebih optimal.
Anton menegaskan Area Manado sebagai salah satu pintu penting dalam integrasi sistem layanan BSI karena area ini mempunyai potensi perbankan syariah yang sangat besar, tercermin dari minat nasabah atau masyarakat nonmuslim cukup tinggi di Timur Indonesia.
“Hal Ini juga sekaligus membuktikan bahwa BSI hadir sebagai solusi keuangan yang aman dan sesuai syariah yang inklusif, mampu diterima oleh semua kalangan. Kami berharap hadirnya BSI di Area ini dapat meningkatkan inklusi dan literasi keuangan syariah bagi masyarakat di kawasan Timur Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, proses penyatuan integrasi sistem layanan di Area Manado pada 19 April 2021 merupakan bagian dari proses integrasi operasional cabang, layanan dan produk secara nasional mulai 1 Februari 2021 sampai 30 Oktober 2021. Terkait hal ini, BSI telah melakukan training, sharing knowledge IT, dan persiapan data nasabah yang akan dilakukan migrasi.
Dalam periode tersebut nasabah bank asal secara bertahap akan dihubungi untuk melakukan migrasi rekening ke BSI. Untuk fasilitas kartu, buku tabungan dan deposito, nasabah bisa melakukan migrasi secara bertahap hingga 31 Oktober 2021.
“Selama proses migrasi, nasabah bank asal Bank Syariah Indonesia masih dapat menggunakan kartu dan buku tabungan yang dimiliki sampai dengan cabang tersebut berubah menjadi kantor cabang yang sudah terintegrasi,” ujarnya.
Disisi lain, BSI menargetkan pada 1 November 2021, seluruh jaringan Bank Syariah Indonesia bisa terintegrasi dan sampai akhir 2021 sebanyak 100 persen dari total nasabah akan memiliki akun di sistem baru BSI.
Kemudian, selama proses migrasi, nasabah dapat menggunakan jaringan ATM dari masing-masing bank asal. Selain itu, nasabah dapat menggunakan ATM dari jaringan ATM yang bekerja sama, yakni jaringan ATM Prima, ATM Bersama, dan GPN.
Proses migrasi rekening bisa dilakukan secara digital dengan aplikasi BSI Mobile, dan hadir langsung ke kantor cabang BSI. Migrasi rekening via digital juga bisa dilakukan melalui call center 14040, Whatsapp Business BSI, dan live chat Asiyah. Dalam periode migrasi nasabah dapat menyampaikan informasi bila terdapat perubahan nomor telepon dan email.
“Untuk memperlancar proses migrasi, BSI melakukan beberapa pendekatan diantaranya melalui media online yaitu direct message ke nasabah, media sosial hingga email. Hal ini agar nasabah bisa terinformasi terkait jadwal migrasi,” pungkasnya.
Advertisement