Ingin Ekonomi Positif, Jokowi Minta Covid-19 Ditekan Juga Tanpa Abaikan Sisi Kesehatan

Jokowi meminta agar Gubernur, Walikota, dan Bupati tetapi hati-hati terkait permasalahan Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Mei 2021, 22:15 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2021, 21:50 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapatkan laporan dari Kepala BNPB Doni Monardo tentang gempa Magnitudo 6,1 yang terjadi di Jawa Timur, 10 April 2021 kemarin. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Lukas)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar penyebaran Covid-19 harus terus ditekan. Tapi upaya ini, dengan memperhatikan dari sisi kesehatan dan ekonomi.

"Semua provinsi kita harapkan sudah positif di kuartal kedua ini. Tapi hati-hati urusan covid-19 tetap harus ditekan jangan hanya melihat satu sisi ekonomi tidak melihat sisi kesehatan, dua-duanya harus dijalankan beriringan," tutur dia saat memberikan pengarahan secara virtual kepada kepala daerah se-Indonesia dalam akun YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (18/5/2021).

Dia mengatakan uang kartal yang beredar pada Lebaran atau Idul Fitri tahun ini mencapai Rp 154,5 triliun. Angka ini naik 41,5 persen dibanding dengan Lebaran pada 2020.

Kenaikan uang beredar ini merupakan sinyal positif. "Ini positif, menambah optimisme kita," ujar dia. 

Walaupun demikian, dia meminta agar Gubernur, Walikota, dan Bupati tetapi hati-hati terkait  permasalahan Covid-19.

 

Saksikan Video Ini

Pertumbuhan Ekonomi

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kuartal III 2020 Masih Minus
Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 membaik dari kuartal II 2020 lalu yang tumbuh minus 5,32 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jokowi mengungkapkan jika pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama di sebagian besar provinsi dalam kondisi negatif.

Meski ada beberapa daerah yang ekonominya masih positif, seperti Riau yang mencapai 0,41 persen pada kuartal pertama ini.

Kemudian ekonomi Papua mencapai 14,2 persen. Provinsi yang paling tinggi Sulteng sebesar 6,26 persen, serta Yogyakarta sebesar 6,4 persen.

Sementara itu Sulawesi Utara sebesar 1,87 persen, Sulawesi Utara sebesar 0,06 persen, NTT mencapai 0,12 persen, Papua Barat sebesar 1,47 persen, Bangka Belitung sebesar 0,97 persen, dan Maluku Utara sebesar 13,45 persen.

"Yang lain masih negatif semuanya, berarti yang positif ada 10 provinsi yang positif, artinya yang 24 masih negatif semuanya," ungkap dia.

Sebab itu, dia meminta seluruh pihak harus bekerja keras agar kuartal kedua bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi.

 

Reporter: Intan Umbari

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya