Pengampunan Pajak Tax Amnesty Jilid II Belum Tentu Jadi Solusi Kerek Devisa Negara

Pemerintah memberikan pengampunan pajak atau tax amnesty pertama pada 2016-2017.

oleh Andina Librianty diperbarui 20 Mei 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2021, 14:00 WIB
20160925-Wajib Pajak Antusias Ikut Program Tax Amnesty di Hari Minggu-Jakarta
Sebuah banner terpasang di depan pintu masuk kantor pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Minggu (25/9). Mendekati hari akhir periode pertama, Kantor Pajak membuka pendaftaran pada akhir pekan khusus melayani calon peserta tax amnesty. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Rencana pemerintah kembali memberikan pengampunan pajak atau tax amnesty jilid II melalui Rancangan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (RUU KUP), dinilai belum tentu dapat mendorong penerimaan negara.

Rencana tax amnesty  jilid II disebut sebagai solusi jalan pintas yang belum tentu berhasil. "Ini merupakan jalan pintas yang belum tentu memberikan solusi tepat dalam penerimaan negara," kata Anggota Komisi XI DPR Kamarussamad, dalam keterangannya pada Kamis (20/5/2021).

Menurutnya, berdasarkan pengalaman tax amnesty pertama pada 2016-2017 saat ekonomi tumbuh positif saja, target yang diharapkan pemerintah gagal dicapai.

Hal tersebut, kata Kamrussamad, dapat dilihat dari tolak ukur seperti rendahnya tingkat partisipasi wajib pajak hanya sebanyak 956 ribu.

Sedangkan surat pemberitahuan tahunan (SPT) pajak saat itu mencapai 20,1 juta dan pemilik NPWP 32,7 juta orang.

"Kemudian rendahnya angka repatriasi senilai Rp 147 triliun sekitar 3 persen. Kontribusi terhadap penerimaan juga rendah senilai Rp 135 triliun yang terdiri dari tebusan Rp 114 triliun, tunggakan Rp 18,6 triliun dan bukti permulaan Rp 1,75 triliun," jelasmya.

Jika dibedah lagi, partisipasi berdasarkan klaster level usaha, maka objek pajak non UMKM sebesar 91,1 triliun dan objek pajak UMKM Rp 7,73 triliun.

"Saat ini, kedua klaster usaha tersebut terdampak Covid-19 selama setahun terakhir," turur politikus Gerindra tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Ini


Kegagalan

20160925-Wajib Pajak Antusias Ikut Program Tax Amnesty di Hari Minggu-Jakarta
Suasana di kantor pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Minggu (25/9). Mengantisipasi lonjakan peserta tax amnesty, DJP membuka tempat pendaftaran program pada Sabtu-Minggu pukul 08.00-14.00. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Menurutnya, kegagalan tax amnesty pertama juga bisa dilihat dari segi dampak terhadap ratio penerimaan pajak tahun berikutnya, yaitu pada 2017 justru turun menjadi 9,89 persen dibandingkan 2016 sebesar 10,36 persen.

"Bagaimana tahun 2020 turun menjadi 7,9 persen, walaupun proyeksi tax ratio 2021 akan naik 8,18 persen," kata Kamrussamad.

Oleh sebab itu, ia menyarankan pemerintah untuk melakukan reformasi fundamental regulasi perpajakan secara sungguh-sungguh dan menyeluruh, dibanding mengadakan tax amnesty jilid II.

"Bangun kepercayaan WP dengan memberikan jaminan zero korupsi diperpajakan. Berani mengambil tindakan dengan berhentikan pejabat korup sampai dua tingkat di atasnya dan dua tingkat ke bawah," ujarnya.

Selanjutnya, Kamrussamad menekankanpengoptimalan penggalian potensi pajak penghasilan (PPh) Pasal 25, 29 dan Pasal 23 untuk barang impor dan konsultan ssing dalam pembangunan infrastruktur.

"Implementasikan kesepakatan pertukaran data otomatis yang sdh diteken antar negara melalui AEoI (Automatic Exchange of Information) untuk mengejar WP di luar negeri," jelasnya.


Agendakan Tax Amnesty Jilid II, Jokowi Bersurat ke DPR

20160721- Presiden Jokowi Jelaskan Manfaat Tax Amnesty di Istana- Faizal Fanani
Presiden Joko Widodo saat wawancara khusus dengan SCTV di Long Room Istana, Jakarta, Rabu (20/7). Presiden menjelaskan berbagai macam keuntungan dari Tax Amnesty. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta DPR untuk merevisi Undang-Undang (UU) Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) dan tata cara perpajakan.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Airlangga menyebutkan, dalam permintaan revisi tersebut, salah satu poin pembahasannya ialah pengampunan pajak atau tax amnesty.

"Yang diatur memang ada di dalamnya PPN, termasuk PPh orang per orang, pengurangan tarif PPh Badan dan terkait PPN barang/jasa, PPnBM, UU Cukai, dan terkait carbon tax, lalu ada terkait dengan pengampunan pajak," ujar Airlangga dalam konferensi pers, Rabu (19/5/2021).

Lanjut Airlangga, tax amnesty jilid II tersebut diharapkan segera disetujui oleh DPR karena masuk ke dalam program legislasi nasional (prolegnas) 2021.

Aturan ini nantinya akan disusun dengan lebih luas dan fleksibel dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi. Untuk detailnya, kata Airlangga, akan mengikuti pembahasan di parlemen.

"Jadi memang ada beberapa yang akan dibahas, hasilnya kami tunggu pembahasan dengan DPR. Bapak Presiden sudah kirim surat ke DPR untuk membahas hal ini," kata Airlangga.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya