Ditawari Pensiun Dini, Pekerja Garuda Indonesia Bakal Ngadu ke Jokowi

Serikat Bersama Garuda Indonesia bakal meminta Presiden Jokowi turun tangan membantu menyelesaikan polemik di dalam tubuh maskapai tersebut.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 28 Mei 2021, 16:30 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2021, 16:30 WIB
Garuda Indonesia
Ilustrasi maskapai penerbangan Garuda Indonesia saat berhenti di apron Bandara Adi Soemarmo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta - Serikat Bersama PT Garuda Indonesia bakal meminta bantuan Presiden Jokowi untuk turun tangan membantu menyelesaikan polemik di dalam tubuh Garuda Indonesia.

"Dalam waktu dekat, kami akan menemui Presiden Jokowi, Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua DPD, Menteri BUMN, Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, Komisi V, Komisi VI, Komisi XI DPR," Tommy Tampatty, Kordinator Sekber PT Garuda Indonesia, dalam konferensi pers Sekber PT Garuda Indonesia, Jumat (28/5/2021).

Hal ini dilakukan untuk meminta bantuan dan dukungan atas polemik yang terjadi di Garuda Indonesia. Mulai dari kerugian yang diderita Garuda Indonesia hingga tawaran program pensiun dini yang dilakukan managemen Garuda Indonesia kepada karyawannya.

Terlebih Sekber, lanjut Tommy, berharap, bila Presiden Jokowi memiliki alternatif opsi cara menyelesaikan polemik yang terjadi di Garuda Indonesia. Karyawan berharap, opsi tersebut jadi solusi penyelamatan Garuda Indonesia.

Untuk menemui Presiden Jokowi pun, Serikat Bersama Garuda Indonesia bakal menyusun opsi penyelesaian masalah terbaik yang disusun langsung oleh karyawan. Sebab menurutnya, karyawan sendirilah yang mengetahui akar masalah yang terjadi di Garuda Indonesia.

"Sekali lagi kami tekankan, Serikat Bersama PT Garuda Indonesia, tidak menerima ataupun tidak menolak opsi pensiun dini. Kami optimis masih ada opsi lain," tegas Tommy. (Pramita Tristiawati)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Dirut Garuda Indonesia Blak-blakan Kondisi Keuangan hingga Tawaran Pensiun Dini

Komut dan Dirut Paparkan Semangat Baru Garuda Indonesia
Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra saat berkenalan kepada media di Jakarta, Jumat (24/1/2020). Dalam perkenalan tersebut Triawan dan Irfan memaparkan program program baru untuk pembenahan Garuda Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra buka-bukaan tentang kondisi perusahaan dan perihal menawarkan pensiun dini kepada karyawan.

Dia mengatakan jika opsi ini tidak dipilih jmaka gaji karyawan yang sempat ditunda tidak akan dibayarkan dulu. Itu imbas kondisi keuangan Garuda Indonesia yang semakin mengkhawatirkan.

“Memang betul kami menawarkan pensiun dipercepat bagi karyawan Garuda. Tahun 2020 karyawan Garuda Indonesia saja 7.890 orang dan tahun lalu kita sudah melakukan program pensiun dini ini, plus percepatan kontrak dari pegawai-pegawai kita,” kata dia dalam satu diskusi, Selasa (25/5/2021).

Dia turut membenarkan perihal sebuah rekaman pembicaraan dirinya yang meminta langsung kepada para karyawan agar mengambil program pensiun dini.

Berikut isi rekaman tersebut. “Buat mereka yang tidak mengambil program ini tidak akan dibayarkan dulu penghasilannya yang sempat ditunda. Kenapa saya ingin sampaikan itu karena kondisi cash kita hari ini sangat mengkhawatirkan,” kata Irfan.

“Mungkin penghasilan kita bulan ini hanya USD 56 juta, pada tahun-tahun jaya kita tahun 2019 pernah mencapai USD 200 juta teman-teman sekalian, dan kita belum tahu sampai hari ini bagaimana pembayaran gaji untuk bulan Mei ini. Saya menyampaikan waktunya tinggal 6 hari ini kita coba kerja keras,” jelas Irfan dalam rekaman tersebut.

Sejatinya Irfan menyesalan perihal beredarnya rekaman tersebut. Namun dia mengakui jika itu merupakan satu bentuk keterbukaan.

"Saya sungguh menyesalkan bahwa diskusi internal ini bisa menyebar keluar, tapi saya sebagai WNI yang sangat menghargai keterbukaan dan kebebasan informasi, saya tidak akan melakukan apapun terkait penyebaran rekaman tersebut,” ungkapnya.

Irfan mengaku jika manajemen telah berdiskusi dengan 2.000 karyawannya terkait program pensiun dini Garuda Indonesia. Sehingga dari 7.890 karyawan itu kini di tahun 2021 hanya tersisa 5.945 orang.

“Karyawan kita di tahun 2021 ini sebanyak 5.945 orang. Kami berbulan-bulan memikirkan cara yang terbaik untuk menyelesaikan dan mengantisipasi situasi yang berkembang di industri penerbangan maupun di Garuda,” tegas dia.

Tetap Optimis

Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG
Desain masker baru pesawat Garuda Indonesia pada armada B737-800 NG (dok: GIA)

Kendati begitu, dikatakan manajemen Garuda Indonesia tetap optimis ke depannya industri penerbangan akan kembali normal, tinggal menunggu waktu saja.

“Kami sangat optimis karena menjelang akhir tahun bisa dilihat profil pendapatan dan kerugian yang kita hadapi pada kuartal ketiga itu kita membaik sekali dibandingkan kuartal II. Kita menyaksikan jumlah penumpang yang sangat menggembirakan di akhir Desember 2020,” ujarnya.

Meski dia mengakui jika optimisme ini belum tampak di kuartal I 2021 maupun di kuartal II 2021. Apalagi ada beberapa pembatasan pergerakan sehingga aktivitas penerbangan sedikit terkendala. Namun Manajemen Garuda dipastikan sangat mendukung kebijakan emerintah terkait pembatasan itu.

“Kita sangat mendahulukan kesehatan masyarakat. Bahwa Garuda hari ini satu-satunya maskapai Indonesia yang mempertahankan distancing, menurut kita itu penting,” imbuhnya.

Irfan menegaskan perihal estimasi Garuda Indonesia bisa pulih di tahun ini prosesnya masih jauh dan perlu kesabaran. 

“Estimasi kita recovery kita di tahun 2021 kita harus bersabar butuh waktu karena ini bukan Yayasan bukan partai karena kita diskusi dengan teman-teman serikat dan membuka alternatif yang ada untuk memastikan karyawan itu tidak terdzolimi,” pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya