Menteri KKP Buat Standarisasi Pengelolaan Tambak Udang Super Intensif

Dengan teknologi super intensif hasil panen bisa berkali-kali lipat lebih banyak dari hasil produksi tambak udang konvensional.

oleh Tira Santia diperbarui 18 Jun 2021, 11:20 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2021, 11:20 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono. (Dok KKP)
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono. (Dok KKP)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono akan membuat standarisasi pengelolaan tambak udang super intensif. Hal itu ditujukan untuk meminimalisir kendala-kendala yang dihadapi selama melakukan budidaya udang oleh para pelaku usaha.

"Harus ada standar yang kita keluarkan sebagai acuan dalam mengelola tambak udang super intensif ini. Misal standarisasi PH air, ukuran kolam, padat tebar, termasuk supply energinya. Sampai itu nemu, itu namanya penelitian. Jadi ada waktu penelitian yang jadi toleransi sampai kita mendapat hasil paling optimal untuk disampaikan ke masyarakat dan industri," kata Menteri KKP, saat meninjau Instalasi Tambak Percobaan (ITP) Punaga, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Jumat (18/6/2021).

Dia berharap standarisasi pengelolaan tambak udang super intensif sudah ada di tahun 2022, sehingga dapat dipakai sebagai acuan oleh masyarakat maupun pelaku usaha yang ingin menekuni tambak udang super intensif. Teknik budidaya ini menurutnya salah satu kunci peningkatan produksi udang di masa depan.

Dia menjelaskan, dengan teknologi super intensif hasil panen bisa berkali-kali lipat lebih banyak dari hasil produksi tambak udang konvensional, semi intensif maupun intensif. Sebagai contoh, hasil panen per hektar tambak super intensif mencapai 40 ton per tahun.

Selain itu, operasional tambak ini juga lebih ramah lingkungan, sebab sudah dilengkapi dengan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

"Kalau flow budidayanya sudah bagus bener. Air mulai diambil dari laut, masuk tandon, kemudian dibeningkan lagi baru masuk ke kolam budidaya. Terdapat IPAL juga sehingga tidak mencemari laut," ujarnya.

Selanjutnya, selain standarisasi pengelolaan, Menteri Trenggono juga meminta jajarannya menghitung lebih detail biaya produksi udang per kilogramnya pada ukuran kolam tertentu. Perhitungan ini penting untuk menarik minat pelaku usaha untuk berinvestasi, dan memudahkan mereka dalam menjalankan kegiatan budidaya udang vaname super intensif.

"Ini dihitung lagi ya, sampai dapat harga yang ideal," imbuhnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Siap Bantu Modal

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat mengunjungi kampung garam
Anatan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono. berkunjun ke Kampung Daram, Kebumen (Foto: iputan6.com hummas Pemkab Banyumas)

Menteri KKP optimistis, budidaya tambak udang super intensif dapat segera diterapkan untuk segmentasi industri maupun rumah tangga. Kegiatan tersebut, katanya, dapat berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional. KKP sendiri siap membantu masyarakat dari sisi infrastruktur maupun pinjaman permodalan.

"Kalau ini bisa dijalankan tahun ini, sehingga tahun 2022 kita punya standar, Ditjen Perikanan Budidaya bisa segera mengimplementasikan ini ke masyarakat. Termasuk kolam bundar (budidaya skala rumah tangga). Lalu kita buatkan instalasinya. Wah sejahtera ini," jelasnya.

Disisi lain, dia juga menjelaskan terkait spesifikasi tambak udang super intensif diantaranya meliputi kawasan supratidal, central drain yang dikoneksikan dengan collector drain, kincir, blower, blower, otomatic feeder, hingga IPAL dengan volume 30 persen dari total volume tambak.

Untuk tambak super intensif di ITP Takalar sendiri, terdapat 12 kolam dengan luas masing-masing 1000 meter persegi, dengan padat tebar benur 500-1000 ekor. Pada kolam dengan padat tebar 500 ekor per meter persegi, produksi bisa mencapai 5 ton per kolam per siklus. Sedangkan yang padat tebar 1000, hasil produksi bisa sampai 10 ton per kolam per siklus.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya