Harga Emas Diperkirakan Terombang-Ambing Pekan ini, Bisa Tembus USD 1.800?

Terdapat beberapa sentimen yang membuat harga emas bergerak tak beraturan pada beberapa pekan sebelumnya.

oleh Tira Santia diperbarui 23 Agu 2021, 06:30 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2021, 06:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diperkirakan sedikit berantakan pada perdagangan pekan ini. Harga logam mulia diperkirakan sulit untuk menembus level USD 1.800 per ounce.

Para analis di Wall Street maupun pelaku pasar atau investor ritel belum bisa menunjukkan arah yang jelas untuk harga emas pada pekan ini.

Dikutip dari Kitco, Senin (23/8/2021), memang terdapat beberapa sentimen yang membuat harga emas bergerak tak beraturan pada beberapa pekan sebelumnya. Hal ini kemungkinan masih ada membayangi harga emas pada pekan ini.

Analis mencatat, pasar emas dihantam oleh berbagai sentimen dari kekuatan ekonomi global. Angka inflasi dan juga lemabatnya pemulihan ekonomi global menjadi sentimen yang cukup bagi emas.

Namun investor saat ini lebih berhati-hati dalam berrtansaksi dan menunggu sinyal yang diberikan dari Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed). Bagaimana sinyal ini bisa berdampak kepada imbal hasil obligasi dan juga nilai tukar dolar AS.

"Dari sudut pandang teknis, harga emas berjangka untuk pengiriman Desember berantakan," kata Presiden Darin Newsom Analytics, Darin Newsom.

"Minggu lalu sangat terlihat jelas bahwa harga emas berjangka untuk pengiriman Desember terperangkap di antara bearish dari dolar AS yang lebih kuat dan bullish dari pergolakan geopolitik."

Minggu ini 15 analis di Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Di antara para peserta tersebut, sebanyak 7 analis atau atau 47 persen memperkirakan harga emas naik.

Sedangkan antara analis bearish dan netral sama besar yaitu masing-masing mengumpulkan empat suara atau masing-masing 27 persen.

Sementara itu, Sebanyak 930 suara ikut ambil bagian dalam jajak pendapat Main Street online. Dari jumlah tersebut, 428 responden atau 46 persen melihat bahwa harga emas akan naik pada minggu ini.

Sedangkan 334 lainnya atau 36 persen mengatakan harga emas akan lebih rendah. Sementara itu 168 pemilih atau 18 persen memilih untuk netral. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pemulihan ekonomi

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sentimen positif terlihat besar pada minggu lalu dan juga akan terus berlanjut pada minggu ini karena angka pemulihan ekonomi belum solid di beberapa negara.

Namun, harga dari logam kuning ini tidak mampu menembus level resistance di USD 1.800 per ounce. Harga emas berjangka untuk pengiriman Desember diperdagangkan pada USD 1.784,50 per ounce pada Jumat lalu. Angka tersebut naik 0,35 persen dari Jumat sebelumnya.

Kepala analis Blue Line Futures Phillip Streible mengatakan, untuk sementara harga emas memiliki ruang untuk menembus USD 1.800 per ounce. Namun meningkatnya ancaman deflasi karena pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah di beberapa negara dapat membatasi potensi keuntungan dalam waktu dekat.

Adrian Day, presiden Adrian Day Asset Management, mengatakan bahwa mengingat pembalikan posisi terendah baru-baru ini, harga emas mungkin akan mengalami beberapa konsolidasi. Namun, dia menambahkan bahwa secara fundamental gambaran jangka panjang tetap bullish.

"Apakah minggu depan atau bulan depan, emas akan bergerak secara dramatis melonjak karena semakin banyak investor menyadari bahwa inflasi tidak hanya sementara. Bahwa pengabaian liar bank sentral dengan mencetak terlalu banyak uang terlalu lama pasti memiliki konsekuensi," katanya.

"Dan pada cakrawala yang lebih luas daripada hilangnya status AS setelah bencana penarikan di Afghanistan berarti kurang percaya pada semua hal soal AS termasuk di dalamnya dolar AS." tambah dia.

Namun, beberapa analis belum menyerah pada emas. Kepala analis komoditas di Saxo Bank Ole Hansen mengatakan. emas memiliki peluang untuk reli jika Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell jauh lebih berhati-hati mengenai rencana untuk mengurangi pembelian aset bulanannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya