Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diperkirakan mengalami tekanan sepanjang pekan ini. Hal tersebut akibat peningkatan imbal hasil obligasi AS dan juga penguatan dolar AS.
Investor terlihat sangat apatis dengan kenaikan harga emas sehingga meningkatkan sentimen bearish. Para analis di Wall Street pun sependapat dengan investor.
Baca Juga
Co-Director Lindung Nilai Walsh Trading Sean Lusk menjelaskan, harga emas terjebak di sentimen bearish karena kurangnya keyakinan pelaku pasar.
Advertisement
"Secara jangka panjang kami perkirakan harga emas akan bullish karena tingkat utang AS tumbuh di luar kendali. Namun dalam jangka pendek, akan ada reli jual emas," katanya dikutip dari Kitco, Senin (20/9/2021).
Lusk menambahkan bahwa harga emas perlu kembali di atas USD 1.830 per ounce sebelum mulai menarik minat investor baru.
Dia juga mencatat bahwa seiring dengan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi dan penguatan dolar AS, emas terus bersaing dengan valuasi rekor di pasar saham.
Minggu ini 15 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Sentimen bearish dan netral seimbang, masing-masing mengumpulkan tujuh suara atau 47 persen. Pada saat yang sama, satu analis atau 7 persen bullish pada emas.
Minggu ini, partisipasi dalam survei online Kitco News meningkat dibandingkan dengan level terendah dua tahun minggu lalu. Namun masih berada di bawah rata-rata tingkat partisipasi.
Sebanyak 757 suara diberikan dalam jajak pendapat online. Dari jumlah tersebut, 339 responden, atau 45 persen memperkirakan harga emas naik.
Sedangkan 294 lainnya, atau 39 persen mengatakan harga emas lebih rendah. Sementara 124 pemilih atau 16 persen memilih untuk netral.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tantangan
Analis melihat, harga emas menghadapi beberapa tantangan sulit minggu ini karena The Federal Reserve (the Fed) atau Bank Sentral AS mengadakan pertemuan kebijakan moneter.
Ada ketidakpastian yang berkembang seputar kebijakan moneter AS karena beberapa ekonom telah mencatat bahwa data ekonomi baru-baru ini dapat mendukung the Fed merilis rencananya untuk mengurangi pembelian obligasi.
Namun, beberapa analis juga memperkirakan harga emas bearish. Hal ini terlihat dari lompatan singkat lebih tinggi jika bank sentral AS menunda rencana tersebut.
"Saya suka emas tetap lembut di paruh pertama minggu ini. Saya melihat harga emas di USD 1.780 sebagai angka resistensi," kata Direktur Pelaksana Bannockburn Global Forex, Marc Chandler.
"Ketika pertemuan FOMC berakhir, kita bisa melihat beberapa rumor jual dari fed hawkish dan emas mungkin akan dibeli." jelas dia.
Kepala analis SIA Wealth Management Colin Cieszynski melihat harga emas akan lebih tinggi minggu ini karena Fed menunda rencana tapering.
Adrian Day, presiden Adrian Day Asset Management, adalah satu-satunya suara bullish dalam survei minggu ini. Dia mencatat bahwa logam mulia tampaknya akan oversold dalam waktu dekat.
Advertisement