Persepsi Anak Muda Bertani Tidak Keren dan Beri Penghasilan Kecil Dinilai Harus Diubah

Transformasi pertanian ke arah digitalisasi merupakan sebuah keniscayaan dan dipercaya dapat membantu percepatan perkembangan sektor pertanian.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Nov 2021, 20:06 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2021, 20:06 WIB
Webinar Creative Talks Pojok Literasi “Petani Milenial Dongkrak Ekonomi Sektor Pertanian”, Selasa (9/11/2021).
Webinar Creative Talks Pojok Literasi “Petani Milenial Dongkrak Ekonomi Sektor Pertanian”, Selasa (9/11/2021).

Liputan6.com, Jakarta Persepsi generasi muda yang beranggapan bertani merupakan hal tidak keren, memberi penghasilan kecil dan tidak tentu, tidak ada jaminan masa depan, kotor dan tidak rapi dinilai harus diubah.

Selain itu, transformasi pertanian ke arah digitalisasi merupakan sebuah keniscayaan dan dipercaya dapat membantu percepatan perkembangan sektor pertanian.

Ini menjadi salah satu yang terungkap dalam acara webinar Creative Talks Pojok Literasi “Petani Milenial Dongkrak Ekonomi Sektor Pertanian”, Selasa (9/11/2021).

Acara ini digelar Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Perekonomian Maritim Kementerian Kominfo bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Istimewa Yogyakarta secara hybrid (luring dan daring), di Yogyakarta.

Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kementerian Kominfo, Septriana Tangkary mengatakan jika petani milenial mempunyai peran yang penting untuk melakukan terobosan di sektor pertanian. 

 “Saya berharap inovasi dan terobosan antara lain melalui reformasi pertanian, intensifikasi produksi, dan peningkatan akses pasar, menjadi upaya nyata yang harus diimplementasikan pelaksanaannya di lapangan secara konsisten untuk mewujudkan kesejahteraan petani,” ujar dia mewakili Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, Usman Kansong.

Dikatakan jika ransformasi pertanian ke arah digitalisasi merupakan sebuah keniscayaan dan dipercaya dapat membantu percepatan perkembangan sektor pertanian.

Turut hadir Wakil Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Syam Arjayanti, Kaprodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, Artita Devi Maharani dan Petani Kreatif Sambung Ganda, Gaib Asih Santoso.

 

 

 

 

 

Ubah Persepsi

Di Mana Ada Pemuda Tani, Di Situ Ada Desa Asri
Irawan, warga yang dituakan di Desa Sugihwaras, saat mengedukasi anggota Pemuda Tani Milenial Sugihwaras Palembang, tentang bagaimana cara membudidayakan ikan air tawar di lahan yang sempit (Liputan6.com / Nefri Inge)

Dalam paparannya Syam Arjayanti mengatakan jika pembangunan di sektor pertanian dibutuhkan dukungan dari sumber daya manusia pertanian yang maju, mandiri, dan modern.

“Adapun inovasi yang membedakan petani milenial dan konvensional tercermin dari matangnya perencanaan bisnis serta kemampuan menganalisa peluang, sehingga tidak menggantungkan diri kepada pemerintah,” lanjut dia.

Persepsi generasi muda yang beranggapan bertani itu tidak keren, penghasilan kecil dan tidak tentu, tidak ada jaminan masa depan, kotor dan tidak rapi tentu saja harus dirubah.

“Menjadi petani itu tidak hanya memberi kebaikan untuk yang dekat tapi manfaat kebaikannya dapat dirasakan masyarakat lebih luas, contohnya seperti dengan bercocok tanam dapat berkontribusi untuk memberikan oksigen,” jelas Gaib.

Artita mengatakan pentingnya peran milenial untuk meneruskan kegiatan di sektor pertanian agar dapat mewujudkan kembali kejayaan Indonesia di masa lalu sebagai negara agraris.

“Generasi milenial dapat menjadi jembatan generasi z dalam hal pendampingan penerapan digitalisasi pertanian khususnya dalam implementasi smart farming,” jelas Artita.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya