Apa Itu DME? Sumber Energi yang Bakal Gantikan LPG

Dimethyl Ether atau DME berbentuk gas pada suhu kamar, tidak beracun, dan ramah lingkungan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 26 Nov 2021, 15:31 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2021, 15:31 WIB
Produk DME yang disebut-sebut menggantikan peran LPG karena harganya lebih murah
Produk DME yang disebut-sebut menggantikan peran LPG karena harganya lebih murah. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah menjalankan skenario konversi energi dari Liquified Petroleum Gas (LPG) menjadi Dimethyl Ether (DME). Salah satu dampak dari skenario ini adalah mengurangi impor minyak sehingga menyehatkan neraca pembayaran.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan, dengan adanya konversi energi ini akan terjadi penghematan pengeluaran negara hingga Rp 20 triliun per tahun untuk impor LPG.

"Kita akan melakukan efisiensi besar-besaran, karena harga DME tidak sebesar harga LPG," kata Bahlil dalam sebuah diskusi yang berlangsung pada Selasa 23 November 2021.

Bahlil melanjutkan, harga LPG di pasaran dunia yaitu USD 850 per ton. Sementara harga DME lebih rendah yaitu sekitar USD 650 sampai USD 700 per ton.

Lalu apa itu DME?

Dikutip dari Balitbang Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM, Jumat (26/11/2021), Dimethyl Ether atau DME adalah produk hilirisasi batu bara. Dimethyl ether memiliki monostruktur kimia yang sederhana (CH3-O-CH3).

DME berbentuk gas pada temperatur lingkungan (ambient temperature), dan dapat dicairkan seperti halnya Liquefied Petroleum Gas (LPG) sehingga infrastruktur untuk LPG dapat juga digunakan untuk DME.

Dimethyl Ether atau DME berbentuk gas pada suhu kamar, tidak beracun, dan ramah lingkungan. Kemiripan karakteristik DME dengan LPG merupakan peluang untuk menggunakan kedua bahan bakar tersebut dalam bentuk campuran.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pemerintah Ganti LPG dengan DME

Kebutuhan Elpiji 3 Kg
Pekerja menurunkan tabung gas LPG 3 kilogram (kg) dari truk di Jakarta, Rabu (16/12/2020). PT Pertamina (Persero) memperkirakan kebutuhan gas elpiji 3 kg naik menjadi 7,50 juta metrik ton pada 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa pemerintah tengah merancang skenario untuk konversi energi yang berasal dari Liquified Petroleum Gas (LPG) menjadi Dimethyl Ether (DME). Konversi energi ini mampu menghemat pengeluaran negara hingga Rp 20 triliun per tahun.

"Kita akan melakukan efisiensi besar-besaran, karena harga DME tidak sebesar harga LPG," kata Menteri Bahlil Lahadalia dalam diskusi, Jakarta, Selasa (23/11/2021).

Selama ini pemerintah mengimpor LPG sebesar 5,5 juta hingga 6 juta ton per tahun. Di saat yang sama, pemerintah juga menghabiskan sekitar Rp 12 triliun per 1 juta ton untuk memberikan subsidi bagi warga tidak mampu.

"Kalau kali 5,5 juta ton, sekitar Rp 60 triliun sampai Rp 70 triliun habis untuk subsidi LPG," katanya.

Bahlil melanjutkan, harga LPG di pasaran dunia yaitu USD 850 per ton. Sementara harga DME lebih rendah yaitu sekitar USD 650 sampai USD 700 per ton.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya