Hitungan Dampak Perang Rusia dan Ukraina ke Indonesia

Kenaikan harga komoditas akan terjadi menyusul kenaikan harga minyak dunia sebagai dampak perang Rusia-Ukraina. Apa dampaknya ke Indonesia?

oleh Arief Rahman H diperbarui 02 Mar 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2022, 17:00 WIB
Latihan Perang Pasukan Ukraina di Kota Hantu Chernobyl
Prajurit ikut serta dalam latihan taktis dan khusus bersama Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Garda Nasional Ukraina, dan Kementerian Darurat di kota hantu Pripyat, dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl pada 4 Februari 2022. (Sergei Supinsky /AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Konflik antara Rusia dan Ukraina masih belum bisa diprediksi kapan selesai. Hal ini dipandang akan memberikan dampak berkepanjangan meski tidak terlalu signifikan bagi Indonesia.

kepala Centre of Macroeconomics and Finance Indef M Rizal Taufikurahman menilai, kenaikan harga komoditas akan terjadi menyusul kenaikan harga minyak dunia sebagai dampak perang Rusia-Ukraina. Artinya, sektor lainnya yang bergantung pada supply chain atau logistik juga akan terganggu akibat ongkos yang ikut bertambah.

“Saya kira akan terus naik, sudah dirasakan kenaikan (harga minyak dunia) sebelum dan setelah perang, kenaikan harganya mencapai 1,14 persen, dan ini saya kita sudah mulai dirasakan dari sisi harga, memang bagi konsumen ini terutama BBM salah satunya sudah mulai naik yang nonsubsidi, kita tak berharap yang subsidi juga dinaikkan karena jelas terpengaruh,” terangnya dalam diskusi Indef, Rabu (2/3/2022).

Dengan naiknya harga BBM nonsubsidi ini akan berpengaruh langsung terhadap kinerja ekonomi nasional. Terutama untuk sektor yang menggunakan langsung BBM. Salah satunya sektor transportasi yang berhubungan langsung dengan pasar komoditas lain.

“kemudian hampir semua komoditas atau sektor ini naik, mulai dari pangan, kemudian ekstraksi termasuk gas, dan gas ini sudah naik, kemudian pangan processing, industri pangan juga mulai naik, semua akan naik,” katanya.

Hal ini diakibatkan adanya transmisi minyak yang meningkat, kemudian berpengaruh pada angkutan logistik, yang berimbas lebih lanjut ke berbagai harga komoditas.

“Karena berpengaruh para angkutan logistik, daging juga naik dan menghadapi puasa dan lebaran, kita bisa saja terjadi inflasi, sangat mungkin terjadi,” terangnya.

Dengan begitu, Rizal menyebut pemerintah harus segera mengambil kebijakan antisipatif sebelum terjadi kenaikan yang lebih tinggi lagi. Apalagi dalam jangka pendek, belum ada tanda-tanda kapan Rusia-Ukraina ini akan berdamai.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kerek Pendapatan

Latihan Perang Pasukan Ukraina di Kota Hantu Chernobyl
Latihan taktis dan khusus bersama Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Garda Nasional Ukraina, serta Kementerian Darurat di kota hantu Pripyat dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl, 4 Februari 2022. Tempat itu salah satu daerah paling tercemar radioaktif di planet Bumi. (Sergei Supinsky/AFP)

Di sisi lain, Rizal menyampaikan dampak positif yang bisa didapatkan oleh Indonesia imbas dari perang ini. Misalnya dengan kenaikan harga minyak dunia dan produksi yang juga meningkat. Ini akan membawa keuntungan bagi pengusaha lokal.

“Terkait produksi ini akan berbeda-beda dampaknya, kalau minyak sendiri akan naik dan terjadi dorongan dari peningkatan harga dan bagi kalangan bisnis,” katanya.

Lalu, di bidang ekstraksi seperti kelistrikan dan gas juga akan meningkat jumlah produksinya, dengan diikuti kenaikan harga, pelaku usaha di sektor ini akan mendapatkan profit.

“Harga naik, produksi naik, tentu akan mendapatkan profit kan bagi pengusaha atau juga pelaku usaha di sana. Termasuk konstruksi, pemanfaatan konstruksi akan naik karena dibutuhkan infrastruktur dan logistik dalam mendorong produksi ini,” katanya.

Dengan demikian, jika dilihat dari jumlah output yang akan dihasilkan, dari sudut pandang global, indonesia secara agregat mencatatkan kenaikan jumlah output.

“Ekstrkasi, oil (minyak), jasa konstruksi, tapi secara agregat kenaikan tiga komoditas ini mendorong kenaikan output secara nasional meskipun relatif tidak besar tapi secara agregat sangat signifikan ya, hampir 0,081 persen,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya