AS Larang Impor Minyak dari Rusia, Seberapa Besar Dampaknya?

AS resmi melarang impor minyak dari Rusia. Inggris dan Uni Eropa juga menangguhkan impor minyak dari negara tersebut.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 09 Mar 2022, 14:16 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2022, 14:16 WIB
Presiden Amerika Serikat Joe Biden memutuska melarang impor minyak dari Rusia.(AP)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden memutuska melarang impor minyak dari Rusia.(AP)

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat akhirnya memutuskan menyetop impor minyak dari Rusia sebagai bentuk respons invansi negara ini ke Ukraina. Keputusan ini disampaikan langsung Presiden AS Joe Biden.

Imbas dari keputusan AS ini diprediksi akan berdampak ke harga minyak dunia yang bisa terus melonjak.

"Kita melarang semua impor minyak dan gas serta energi dari Rusia," kata Presiden AS Joe Biden, dikutip dari BBC, Rabu (9/3/2022).

"Ini berarti minyak Rusia tidak lagi dapat diterima di pelabuhan AS dan rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya kepada (Presiden Vladimir) Putin," ujarnya.

Ternyata selain AS, Inggris dan Uni Eropa juga mengumumkan akan menghentikan impor minyak dari Rusia.

Namun karena harga energi terus melonjak di tengah konflik Rusia-Ukraina, para pakar khawatir masalah itu dapat memicu inflasi yang lebih tinggi dan kelambanan pertumbuhan ekonomi.

"Sementara impor minyak Rusia terbilang kecil dari total impor di AS, larangan tersebut akan terus menekan harga minyak dan dengan demikian menekan konsumen," kata Lindsey Bell, kepala strategi pasar dan uang Ally, dikutip dari laman Forbes.

Analis di Goldman Sachs dan Bank of America juga memperkirakan, bahwa dampak pada konsumen dari lonjakan harga komoditas akan menyebabkan penurunan 0,3 persen dalam pertumbuhan PDB AS tahun ini.

Harga minyak pun terus meroket, dengan minyak mentah Brent sebagai patokan internasional yang sudah mencapai sekitar USD 130 per barel.

Dalam skenario terburuk, di mana pembatasan terjadi pada pasar energi Rusia menyebabkan penutupan akses negara itu dari pasar global, para pakar memperkirakan harga minyak dapat melonjak hingga lebih dari USD 150 per barel atau bahkan USD 200 per barel.

"Invasi Rusia di Ukraina—dan tanggapan negara Barat terhadapnya—akan memperburuk ketidakseimbangan penawaran-permintaan yang menjadi inti dari lonjakan inflasi global,” kata kepala ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius.

"Kenaikan harga minyak sudah memukul ekonomi AS yang sudah terlalu panas," ujar dia.

Eropa Dikhawatirkan Bakal Sulit Pasok Energi Jika Setop Impor Minyak dari Rusia

FOTO: Rusia Bersolek Menyambut Tahun Baru 2021
Foto yang diabadikan pada 2 Desember 2020 ini menunjukkan Katedral Santo Basil di Moskow, ibu kota Rusia. (Xinhua/Bai Xueqi)

Di sisi lain, kepala ekonomi global Bank of America, Ethan S. Harris melihat, "Pemutusan terkoordinasi (terhadap pasar energi Rusia) oleh negara Barat akan lebih efektif" dalam menekan negara itu atas invasi di Ukraina.

Penghentian impor minyak dari Rusia dan khususnya gas alam akan memiliki dampak yang jauh lebih parah di Eropa, yang belum memberlakukan larangan impor.

Sebagai informasi, Eropa masih sangat bergantung pada impor energi Rusia, yang menyumbang sekitar 30 persen dari minyak dan 40 persen dari gas alam di kawasan tersebut.

Dalam tanggapannya terhadap sanksi ekonomi dari negara Barat, termasuk pada larangan pasar energinya, Rusia memperingatkan harga minyak bisa melonjak menjadi sekitar USD 300 per barel jika pembatasan lebih lanjut diberlakukan.

"Penolakan minyak Rusia akan menyebabkan konsekuensi bencana bagi pasar global," kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya